3.1.Pengertian Implementasi Strategi
Implementasi Strategi
adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat
menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan proses
dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui
pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya
baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi
merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategic. Perumusan strategi dan
implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.
3.2. Implementasi
Strategi: Mengorganisasi Tindakan
1.
Siapa yang
mengimplementasikan strategi?
Tergantung
bagaimana korporasi diorganisir, pihak yang terlibat dalam mengimplementasikan
strategi mungkin akan lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang merumuskan
strategi. Pada sebahagian besar perusahaan multi industri pelaksana strategi
adlah setiap orang yang ada dalam organisasi. Para wakil presiden bidang
fungsional dan direktur divisi atau unit bisnis strategis (SBU) bekerjasma
dengan bawahan mereka untuk mengimplementasikan seluruh rencana tersebut secara khusus, terinci, dan dalam skala yang
lebih kecil menurut pabrik, departemen, dan unit yang mereka pimpin, sehingga
setiap manajer operasional harus mampu mengawasi lini pertama dan untuk
mendukung hal tersebut, setiap karyawan dilibatkan dalam berbagai proses
implementasi strategi yang ada, baik pada tingkat korporasi, unit bisnis,
maupun fungsional.
Banyak
orang dalam organisasi yang memegang peranan penting dalam menentukan suksesnya
implementasi strategi, yang justru mungkin hanya lebih sedikit dilibatkan dalam
mengembangkan strategi perusahaan. Oleh karena itu, mereka cenderung akan
menolak untuk bekerja dan menyediakan data yang diperlukan dalam perumusan
proses kerja sebuah perencanaan strategis. Penolakan dan keengganan untuk
berpartisipasi akan makin terlihat apabila perubahan misi, tujuan, strategi dan
kebijakan-kebijakan penting perusahaan tidak dikomunikasikan dengan jelas dan
transparan kepada seluruh manajer operasional. Para manajer operasional
berharap dapat mempengaruhi manajemen puncak untuk meninggalkan perubahan baru
yang direncanakan dan mulai kembali dengan cara yang lama. Itulah sebabnya
untuk menghindari terjadinya kemungkinan buruk tersebut, sangat mungkin untuk
melibatkan manajer tingkat menengah
dalam seluruh proses, baik dalam proses perumusan maupun implementasinya untuk
mencapai kinerja organisasi yang lebih baik
2. Apa
yang harus Dilakukan?
Para manajer
divisi dan wilayah fungsional harus bekerjasama dengan rekan manajer yang
lainnya dalam mengembangkan program, anggaran dan prosedur untuk mendukung
implementasi strategi. Merek juga harus bekerja sama untuk mencapai sinergi
diantara berbagai divisi dan wilayah fungsional agar mampu menciptakan dan
memelihara kompetensi khusus perusahaan.
A.
Mengembangkan Program, Anggaran dan Prosedur
1. Program
Tujuan dari
program adalah untuk membuat tindakan-berorientasi pada strategi. Misalnya,
Ajax Continental telah memilih integrasi vertical ke hilir sebagai strategi
terbaiknya untuk pertumbuhan. Ajax Continental membeli toko eceran (retail
outlet) perusahaan yang lain (Jones Surplus) daripada membangun sendiri. Untuk
mengintegrasikan toko-toko baru tersebut ke dalam perusahaan, berbagai program
baru telah dikembangkan, diantara adalah sebagai berikut :
1.
Program restrukturisasi untuk mengalihkan toko-toko
Jones Surplus ke dalam rantai komando pemasaran Ajax Continental agar para
manajer toko melapor kepada para manajer
wilayah, manajer wilayah melapor kepada manajer barang dagangan, dan manajer
barang dagangan melapor kepada wakil presiden yang mengepalai pemasaran.
2.
Program periklanan (Jones Surplus kini merupakan bagian
dari Ajax Continental, “Harga lebih
murah, pilihan lebih banyak”).
3.
Program pelatihan untuk para manajer toko yang baru
disewa dan untuk pelatihan ini tetap dipilih kerjasama dengan para manajer
Jones Surplus.
4.
Program untuk mengembangkan prosedur pelaporan akan
mengintegrasikan toko-toko Jones Surplus dalam system akuntansi Ajax
Continental.
5.
Program modernisasi toko-toko Jones Surplus dan
mempersiapkan untuk pembukaan mereka secara resmi.
2. Anggaran
Proses anggaran
dimulai setelah program dikembangkan. Perencanaan sebuah anggaran merupakan
pengecekkan akhir yang nyata dari sebuah korporasi terhadap kelayakan strategi
yang dipilihnya. Sebuah strategi yang ideal mungkin ditemukan menjadi tidak
praktis hanya setelah program-program implementasi khusus dibiayai secara
rinci.
3. Prosedur
Setelah anggaran
diprogram, divisional dan perusahaan disetujui, maka prosedur operasi standar
harus dikembangkan. Mereka merinci secara khusus berbagai aktivitas yang harus
dilaksanakan untuk menyempurnakan program-program korporasi. Disamping itu,
mereka harus diperbaharui untuk mewakili beberapa perubahan teknologi seperti
yang ada dalam strategi. Dalam kasus akuisisi Ajax Corporation terhadap
toko-toko eceran Jones Surplus, prosedur-prosedur operasi baru harus dibangun
seperti : toko-toko promosi, pemesanan persediaan, pemilihan barang dagangan,
hubungan pelangggan, fasilitas belanja kredit, distribusi gudang penyimpanan,
harga, batas pembayaran melalui cek giro, penanganan keluhan pelanggan, serta
promosi dan kenaikan berkala jabatan karyawan. Prosedur-prosedur ini akan
memastikan bahwa operasional harian toko akan selalu tetap dan stabil sepanjang
waktu (yaitu aktivitas minggu yang akan datang akan sama dengan aktivitas
minggu ini) dan konsisten diantara toko-toko yang lainnya (misalnya tiap toko
akan beroperasi pada standar pelayanan yang sama seperti yang lainnya).
B. Mencapai
Sinergi
Salah satu tujuan
yang harus dicapai dlam implementasi strategi adalah sinergi diantara berbagai
fungsi dan unit bisnis yang ada. Hal ini merupakan alasan mengapa banyak
perusahaan pada umumnya melakukan reorganisasi setelah melakukan akuisisi.
Sinergi dikatakan ada bagi korporasi divisional jika pengembalian investasi
(ROI) pada masing-masing divisi lebih besar daripada pengembalian yang
diperoleh oleh divisi-divisi tersebut ketika terpisah sebagai unit bisnis yang
mandiri (Vasconcellons, 1990:11). Akuisisi atau pengembangan dengan penambahan
lini produk baterai sering dijadikan alas an untuk mendapatkan keunggulan dalam
bidang fungsional tertentu dalam sebuah perusahaan. Contoh, Ketika Ralston
Purina mengakuisisi lini produk Carbide Eveready dan Energizer, para pimpinan
Ralston berargumen bahwa dengan melakukan akuisisi tersebut perusahaan Ralston
akan memperoleh margin keuntungan lebih besar dalam lini produk baterai
daripada Union Carbide karena keahlian Ralston dalam mengembangkan dan
memasarkan merek produk-produk konsumen. Ralston Purina menganggap bahwa proses
akuisisi akan mampu membuat harga baterai lebih murah karena ada keunggulan
sinergi dalam periklanan, promosi dan distribusi.
3.
Bagaimana Strategi Diimplementasikan dan Mengorganisasikan Tindakan?
Sebelum
perencanaan dapat menunjukkan kinerja secara actual, perusahaan harus
diorganisir dengan baik, program harus melibatkan staf dengan memadai, dan
aktivitas harus diarahkan untuk mencapai lingkup tujuan yang diinginkan.
Beberapa perubahan dalam strategi perusahaan nampaknya sangat memerlukan
beberapa jenis perubahan dalam hal organisasi yang disusun dan berbagai jenis
keterampilan yang dibutuhkan pada beberapa posisi yang khusus. Para manajer
harus membahas dengan teliti cara penyusunan perusahaan mereka agar dapat
memutuskan perubahan-perubahan yang harus dibuat dalam langkah kerja secara
sempurna. Apakah aktivitas-aktivitas dikelompokkan secara berbeda? Apakah
autoritas untuk membuat keputusan kunci disentralisasikan pada pimpinan pusat
atau didesentralisasikan kepada manajer pada beberapa lokasi yang berbeda?
Apakah perusahaan akan dikelola seperti “Pengiriman ketat (tight ship)”
dengan beberapa aturan dan pengawasan atau dengan aturan dan kontrol “yang
longgar (loosy)”. Apakah korporasi akan diatur dalam sebuah struktur
“tinggi (tall)” dengan beberapa lapis manajer, masing-masing memiliki
batas pengawasan yang dekat (yaitu sedikit pekerja pada setiap supervisor)
untuk mengawasi dengan baik bawahannya, atau apakah perusahaan akan diorganisir
ke dalam struktur datar (flat) dengan lapis manajer yang sedikit, dimana
masing-masing memiliki batas kontrol yang luas (yaitu banyak pekerja pada
setiap supervisor) untuk memberikan lebih banyak kebebasan kepada bawahannya ?.
Struktur
Mengikuti Strategi
Dalam studi klasik
yang secara luas dilakukan oleh Alfrend
Chandler pada perusahaan-perusahaan di Amerika seperti : DuPont, General
Motors, Sears, dan Standar Oil, telah
disimpulkan bahwa struktur mengikuti strategi (structure follows
strategy), yaitu perubahan-perubahan strategi perusahaan menunjukkan
perubahan-perubahan pada struktur organisasi. Chandler juga menyimpulkan bahwa
beberapa orgnisasi juga mengikuti pola pengembangan dari salah satu susunan
struktur yang lainnya seperti yang telah mereka perluas atau mereka kembangkan.
Menurut Chandler, perubahan-perubahan struktur ini terjadi sebagai akibat struktur
yang lama terdesak terlalu jauh karena kurang efisien dan sudah mengalami
banyak kendala bila dipertahankan. Sebagai akibat apa yang terjadi ini,
Chandler mengusulkan hal sebagai berikut :
1.
Diciptakannya sebuah strategi baru
2.
Munculnya beberapa masalah tentang administrasi baru
3.
Menurunnya kinerja ekonomi
4.
Ditemukannya struktur baru yang lebih sesuai
5.
Mengembalikan profit untuk level sebelumnya.
Chandler menemukan
pada tahun-tahun awalnya, perusahaan seperti DuPont, cenderung memiliki sebuah
struktur organisasi fungsional tersentralisasi yang sesuai dengan lingkup
produksi dan tingkat penjualan produk yang terbatas. Ketika perusahaan menambh
lini produk baru, membeli pasokan sumber-sumber daya dan menciptakan jaringan
distribusi sendiri, mereka menjadi terlalu kompleks untuk struktur yang
tersentralisasi terlalu tinggi. Untuk mencpai keberhasilan, jenis organisasi
ini memerlukan perubahan menuju pada struktur yang terdesentralisasi dengan
beberapa divisi yang semi otonomi.
Alfred P. Sloan,
seorang CEO dari General Motors, pada masa lalu telah merinci bagaimana General
Motors membuat perubahan-perubahan struktural pada tahun 1920-an. Ia menganggap
bahwa struktur desentralisasi sebagai “pasangan penentu kebijakan
tersentralisasi dengan operasi manajemen desentralisasi”. Setelah manajemen
puncak mengembangkan sebuah strategi untuk korporasi secara keseluruhan,
beberapa divisi secara individual (Chevrolet, Buick dan yang lainnya) bebas
untuk memilih bagaimana mengimplementasikan strategi tersebut. Setelah bekerjasama
dengan DuPont, General Motors menemukan struktur Multidivisi yang
terdesentralisasi sangat efektif dalam memberikan kebebasan maksimum dalam
mengembangkan produk dengan menggunakan ROI sebagai kontrol keuangan.
Pada umumnya
penelitian telah mendukung proposisi dari Chandler yang menyatakan bahwa
struktur mengikuti strategi. Sebagaimana yang disebutkan diawal,
perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan cenderung mengarahkan
perubahan strategi perusahaan dan pada akhirnya mengarahkan pada perubahan-perubahan
struktur perusahaan. Strategi, struktur dan lingkungan harus saling berkaitan
satu dengan yang lainnya, jika tidak kinerja organisasi akan hancur. Misalnya
unit bisnis mengikuti sebuah strategi diferensial, memerlukan lebih banyak
kebebasan dari atasan untuk mencapai keberhasilannya dripada unit bisnis lain
yang mengikuti strategi biaya rendah.
Meskipun hal ini
disepakati bahwa struktur organisasi harus berbeda dengan kondisi lingkungan
yang berbeda, yang pada akhirnya akan mempengaruhi sebuah strategi organisasi.
Disini tidak ada kesepakatan tentang suatu desain organisasi yang optimal. Apa
yang cocok untuk DuPont dan General Motors pada tahun 1920-an mungkin tidak
sesuai lagi untuk kondisi sekarang ini. Bagaimanapun perusahaan-perusahaan dalm
industri yang sama cenderung meniru konsep desentralisasi divisi milik General
Motors, sama halnya dengan barang-barang konsumen (consumer goods)
cenderung berusaha melayani manajemen konsep (sejenis struktur matriks) yang
dipelopori oleh perusahaan Procter And Gamble. Kesimpulan umum yang diperoleh
adalah perusahaan-perusahaan yang menjalankan strategi yang sama dalam satu
industri yang sama cenderung akan mengadopsi struktur yang sama pula.
Tahap-Tahap Pengembangan Perusahaan
Perusahaan-perusahaan
yang berhasil cenderung mengikuti suatu pola perkembangan structural ketika
mereka tumbuh dan berkembang. Pada permulaannya, dengan struktur perusahaan
yang berhubungan dengan usahawan (structure of entrepreneurial firm)
(dimana setiap orang melakukan sesuatu), mereka biasanya (jika mereka sukses)
memperoleh lebih besar dan mengatur lini fungsional pada departemen pemasaran,
produksi, dan keuangan. Dengan keberhasilan yang berkelanjutan, perusahaan
menambah lini produk baru pada industri yang berbeda dan mengatur sendiri
kedalam divisi-divisi yang berhubungan. Perbedaan diantara ketiga struktur
tahap pengembangan perusahaan meliputi bentuk masalah, tujuan, strategi, system
penghargaan, dan karakteristik lain yang secara khusus dirinci pada table 8.1.
Tahap I : Struktur Sederhana
Tahap pertama
ditandai dengan keberadaan usahawan, orang yang mendirikan perusahaan untuk
mewujudkan gagasannya (produk atau jasa). Usahawan cenderung untuk membuat
semua keputusan penting secara perseorangan dan terlibat dalam setiap bagian
paling kecil dan tahapan dalam orgaanisasi. Pada tahap I ini perusahaan
memiliki lebih sedikit struktur formal yang membantu usahawaan mengawasi
langsung berbagai aktivitas setiap karywan (lihat gambar 4.4 tentang struktur
ilustrasi sederhana, fungsional dan struktur divisional). Perencanaan biasanya
untuk jangka pendek dan reaktif. Fungsi khas manajerial dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, penataan staf, dan pengawasan semuanya dibentuk
hanya pada tingkat yang terbatas. Kekuatan perusahaan terbesar pada tahap I
adalah fleksibilitas dan sifat dinamis. Keinginan dan semangat besar
wirausahawan memberi energi kepada organisasi dalam usaha untuk pertumbuhan.
Sedangkan lelemahan terbesarnya adalah ketergantungan yang besar pada
wirausahawan dalam membentuk seluruh organisasi dan prosedur rinci
pelaksanaannya. Jika usahawan gagaal
untuk mengelola dengan baik maka perusahaan biasanya akan mengambang dalam
kegelapan. Hal ini berhubungan dengan krisis kepemimpinan.
Tahap I ini
menggambarkan perusahaan Oracle yaitu sebuah perusahaan perangkat lunak
komputer, dibawah manejemen pemiliknya, Lawrence Ellison. Perusahaan tersebut
mempelopori sebuah pendekatan baru untuk menyelamatkan data yang ada, yang
disebut dengan structured
query language (SQL). Kesuksesan Oracle dicapai ketika IBM membuat standar
SQL-nya. Namun disayangkan, kejeniusan teknik dari Ellison tidak cukup untuk
mengelola perusahaan. Sering kali ketika bekerja di rumah, Ellison kehilangan
gambaran secara rinci mengenai pengelolaan perusahaan di luar minat teknisnya. Meskipun
penjualan perusahaan meningkat dengan cepat, pengawasan keuangan perusahaan
sangat lemah sehingga mendorong pihak manajemen untuk menata ulang keseluruhan
pendapatan tahun tersebut untuk memperbaiki kesemrawutan yang terjadi. Stelah
perusahaan mencatat kerugiannya pada tahap pertama, Ellison menempatkan
beberapa manajer fungsional untuk menjalankan perusahaan tetapi terbatas pada
focus pengembangan produk baru.
Tabel 8.1.
Faktor Yang Membedakan Beberapa Perusahaan Pada Tahap I, II, dan III
Fungsi
|
Tahap
I
|
Tahap
II
|
Tahap
II
|
Pembentukan : Problem Utama
|
Bertahan hidup dan tumbuh berkembang dengan masalah-masalah
operasi jangka pendek
|
Pertumbuhan, rasionalisasi dan ekspansi guna memperoleh sumber daya, membangun perhatian
lebih pada masalah produk
|
Melepaskan kendali pada manajemen investasi dan pengawasan
yang lebih luas, meningkatkan dan diversifikasi sumber daya juga penting
untuk mendiagnosis dan mengambil tindakan pada maslah-masalh tingkat divisi.
|
Tujuan
|
Pribadi dan bersifat subjektif
|
Profit dan secara fungsional dan berorientasi untuk memenuhi
anggaran dan target kinerja
|
ROI, profit dan laba per saham (earning per share)
|
Strategi
|
Implisit dan bersifat pribadi, mengeksploitasi dengan cepat peluang yang muncul yang dilihat oleh
pemilik-manajer
|
Secara fungsional gerakan berorientasi terbatas pada lingkup
satu produk; eksploitasi pada satu basis produk atau bisnis jasa
|
Pertumbuhan dan melakukan diversifikasi produk; eksploitasi
pada peluang-peluang bisnis umum
|
Organisasi : Karakteristik struktur utama
|
Satu unit, satu-menunjuk orang (one-man show)
|
Satu unit, secara fungsional dibagi-bagi dalam kelompok
|
Staf kantor umum yang multiunit dan divisi operasi
tersentralisasi
|
Pengukuran dan pengawasan
|
Bersifat pribadi, pengawasan subjektif berdasarkan system
akuntansi sederhana serta komunikasi dan observasi harian
|
Pengawasan tidak dilakukan oleh satu orang, memerlukan
penilaian fungsi operasi, termasuk system pengawsan terstruktur
|
Sistem formal yang kompleks disesuaikan dengan ukuran
penilaian kinerja yang dapat diperbandingkan, menunjukkan beberapa peluang
dan masalah serta menilai kemampuan manajemen dari manajer divisi
|
Indikator-indikator kinerja kunci
|
Kriteria pribadi, fubungan dengan pemilik beroperasi dengan
efisien, kemampuan untuk memecahkan masalah operasi
|
Kriteria bersifat fungsional dan internal seperti penjualan,
kinerja dibandingkan dengan anggaran, ukuran perusahaan, status dalam
kelompok usaha lain, hubungan pribadi danlain-lain
|
Perbandungan aplikasi yang lebih bersifat umum seperti
profit, ROI, rasio saham terhadap deviden, penjualan, pangsa pasar,
produktivitas, kepemimpinan produk, pengembangan pribadi, sikap pekerja,
tanggung jawab publik
|
Sistem penghargaan hukuman
|
Bersifat informal, pribadi, subjektif, digunakan untuk
memelihara pengawasan dan membagi sumber daya pada kelompok kecil untuk
memberikan insentif yang bersifat pribadi pada karyawan kunci
|
Lebih terstruktur, biasanya berdasarkan kebijakan yang
secara luas disepakati bersama sebagai lawan dari hubungan dan opini yang
bersifat pribadi
|
Penetapan penghargaan dan hukuman secara formal dan
sistematis berdasarkan pada luasnya berbagai perbedaan tanggung jawab
|
Tahap II : Struktur Sederhana
Tahap II merupakan
batas kewajaran kletika wirausahawan digantikan oleh sebuah tim manajer yang
memiliki spesialisasi fungsional. Transisi untuk menuju tahap ini membutuhkan
sebuah perubahan secara substansi gaya manajerial untuk pimpinan kantor
perusahaan, jika secara khusus ia merupakan wirausahawan pada tahap I. Ia harus
belajar mendelegasikan, agar penambahan jumlah staf dapat memberikan manfaat
kepada organisasi. Contoh sebelumnya dimana Lawrence Ellison mundur dari
manajemen puncak pada Oracle Corporation untuk pengembangan produk baru,
merupakan salah satu cara bahwa pendiri yang memiliki kecerdasan secara teknis
mampu memperoleh cara baru untuk memberdayakan manajer-manajer fungsional.
Sekali masuk pada tahap II, strategi perusahaan mendukung proteksi melalui
dominasi industri, yaitu melalui pertumbuhan vertical dan horizontal. Kekuatan
utama perusahaan yang berada pada tahap II adalah konsentrasi dan spesialisasi
dalam satu industri. Kelemahan utamaa pada tahap II adalah semua investasi
berada dalam satu industri.
Dengan
konsentrasi pada satu industri, sementara industri tersebut masih menarik,
perusahaan yang berada pada tahap II seperti Oracle Corporation pada perangkat
lunak komputer dapat meraih kesuksesan besar. Sekali sebuah struktur fungsional
yang diversifikasi perusahaan masuk pada
produk-produk lain dalam industri yang berbeda, maka keuntungan dari
struktur fungsional akan menghilang. Krisis otonomi akan berkembang, ketika
orang-orang mengelola lini produk yang berbeda membutuhkan lebih banyak
kebebasan dalam pengambilan keputusan dari manajemen puncak yang rela untuk
mendelegasikan kepada mereka. Perusahaan perlu untuk mengubah sebuah struktur
yang berbeda.
Tahap III :
Struktur Divisional
Pada tahap III,
perusahaan memfokuskan perhatiannya pada pengelolaan berbagai lini produk di berbagai industri
yang dimilikinya dan mendesentralisasikan autoritas pengambilan keputusan.
Organisasi-organisaasi ini tumbuh
melalui berbagai lini produk mereka dan ekspansi untuk melindungi
wilayah geografi yang lebih luas. Mereka mengubah struktur divisional menjadi
satu kantor pusat dan mendesentralisasikan divisi-divisi operasi-setiap divisi
atau unit bisnis merupakan sebuah perusahaan tahap II yang diorganisir secara
fungsional. Mereka juga harus menggunakan struktur konglomerat jika manajemen
puncak memilih untuk melepaskan unit-unit tambahan yang dimilikinya pada tahap
II dengan melakukan operasi secara otonom.
Divisi-divisi baru
ini telah mengembangkan unit bisnis strategic (SBUs) untuk memikirkan pertimbangan-pertimbangan
pasar produk yang lebih baik. Kantor pusat berupaya untuk mengorganisasikan
aktivitas-aktivitas divisinya atau SBUs melalui kinerja dan system
pelaporan dan pengawsan berorientasi
hasil dan teknik-teknik yang menekankan pada perencanaan perusahaan. Unit-unit
ini tidak dikontrol secara ketat tetapi memperoleh tanggung jawab untuk
hasil-hasil kinerja mereka sendiri. Agar menjadi efektif maka perusahaan harus
memiliki sebuah proses keputusan yang terdesentralisasi. Kekuatan utama dari
perusahaan Pada tahap III adalah memiliki sumber daya yang tidak terbatas.
Sementara kelemahan utamanya adalah terletak pada ukuran perusahaan yang
terlalu besar dan kompleks yang cenderung membuat perusahaan menjadi lamban dan
tidak fleksibel. General Electric, DuPont, dan General Motors merupakan
perusahaan yang berada pada tahap III.
Tahap IV : Unit Bisnis Sistem
(SBUs)
Terjadinya evolusi
tahap pengembangan ke dalam unit bisnis strategis selama tahun 1970-an dan
1980-an, bentuk divisional bukan merupakan kata masa lampau dalam struktur
organisasi. Dengan kondisi-kondisi (1) Meningkatnya ketidakpastian lingkungan
(2) Menggunakan pengalaman yang lebih besar dalam teknologi metode produksi dan
system informasi (3) Meningkatnya ukuran dan lingkup bisnis korporasi ke
seluruh dunia (4) Titik berat yang lebih besar pada strategi kompetitif
multi-industri (5) Lebih banyak mendidik kader manajer dan karyawan,
bentuk-bentuk struktur organisasi baru telah muncul dan berjalan selama akhir
pertengahan abad ke-20. Matriks dan jejaring adalah dua kemungkinan yang
mewakili tahap keempat didalam pengembangan perusahaan-suatu tahap yang tidak
hanya lebih menitikberatkan hubungan horizontal-vertikal diantara orang-orang
dan kelompok, tetapi juga mengatur pekerjaan proyek-proyek sementara
disekitarnya dimana system informasi yang berhubungan mendukung aktivitas
kolaboratif.
Kendala-Kendala
Dalam Mengubah Tahapan
Perusahaan sering
menemukan kesulitan sendiri karena mereka dibatasi dari pergerakanuntuk masuk
secara logis ke dalam tahapan pengembangan berikutnya. Kendala pengembangan
mungkin bersifat internal (seperti kurangnya umber daya, kurangnya kemampuan
atau penolakan manajemen puncak untuk mendelegasikan pengambilan keputusan kepada yng lainnya) atau mungkin bersifat
internal (seperti kondisi ekonomi, kurangnya tenaga kerja dan kurangnya
pertumbuhan pasar). Misalnya Chandler menyatakan dalam studinya bahwa
keberhasilan pendiri perusahaan jarang merupakan orang yang menciptakan
struktur baru yang sesuai dengan strategi baru yang sedang dikembangkan, karena
hal ini merupakan struktur proses transisi dari satu tahapan ke tahapan
berikutnya sehingga sulit dan menyakitkan. Hal ini merupakan pembemnaran dari
General Motors Corporation di bawah manajemen William Durant, Ford Motor Company
dibawah pendiri Henry Ford I, Polaroid Corporation dibawah pimpinan Edwin Land,
Apple Computer dibawah pimpinan Steven Jobs, dan Hayess Microcomputer Products
dibawah pimpinan Dennis Hayes.
Kesulitan-kesulitan
tersebut diperparah dengan kecenderungan para pendiri perusahaan mengarahkan
kebutuhan untuk mendelegasikan dengan hati-hati perekrutan, pelatihan dan
pembinaaan terhadap tim manajemennya sendiri. Tim ini cenderung mempertahankan
pengaruh para pendiri dalam keseluruhan organisasi, bahkan lama setelah para
pendiri meningggal. Walaupun situasi ini mungkin merupakan kekuatan perusahaan,
hal tersebut mungkin juga dapat merupakan kelemahan-yaitu membentuk budaya yang
mendukung keadaaan tetap pada suatu saat tertentu (status quo) dan menolak
perubahan yang dibutuhkan.
1.
Penataan Staf ( staffing )
Implementasi
strategis dan kebijakan baru sering membutuhkan prioritas-prioritas baru dalam manajemen
sumber daya manusia dan penggunaan yang berbeda atas sumber daya manusia yang
tersedia.
Jika
perusahaan akan mengimplementasikan strategi-strategi pertumbuhannya perusahaan
mungkin perlu merekrut orang baru untuk dipekerjakan dan dilatih. Sebagai
contoh, jika sebuah perusahaan pemanufakturan memutuskan untuk melakukan
integrasi ke hulu dengan membuka gerai ecerannya sendiri, satu hal penting yang
harus segera dilakukan adalah kemampuan perusahaan untuk menentukan,
mempekerjakan, dan melatih para manajer tokonya.
Akan tetapi,
jika perusahaan mengadopsi strategis perampingan, perusahaan mungkin perlu
memberhentikan sejumlah besar karyawannya
a)
Penataan Staf Mengikuti Strategi
Sama seperti
struktur, kebutuhan penataan staf juga hamper dapat dipastikan mengikuti
perubahan strategi.
b)
Perubahan dalam kebutuhan merekrut dan melatih
Setelah
strategi baru dirumuskan, berbagai jenis sumber daya manusia mungkin dibutuhkan
untuk mengisi posisi-posisi tertentu, atau karyawan yang ada sekarang mungkin
perlu dilatih kembali untuk dapat mengimplementasikan strategi baru.
Pelatihan
dan pengembangan adalah salah satu jalan untuk mengimplementasikan strategi
bisnis atau korporat suatu perusahan dan sangat penting dalam mengimplementasi
strategi diferensi yang menekankan kualitas atau layanan kepada pelanggan.
Pelatihan
juga penting dalam mengimplementasi sebuah strategi perampingan.
c)
Menyesuaikan manajer dengan strategi
Beberapa
ahli menyatakan bahwa jenis “terbaik” atau sosok yang paling sesuai dari
seorang manajer umum (general manajer) yang dapat dengan efektif
mengimplementasi sebuah strategi baru unit bisnis atau perusahaan tergantung
para arah strategis yang di inginkan oleh perusahaan / unit bisnis tersebut.
Perusahaan yang memilih untuk mengambil strategi stabilitas mungkin membutukan
CEO nya adalah perencanaan laba yang hati-hati, yaitu orang yang memiliki gaya
konservatif, berlatar belakang produksi atau insinyur, persediaan dan prosedur.
Prosedur strandarisasi.
d)
Seleksi dan pengembangan manajemen
Seleksi dan
pengembangan adalah hal yang sangat penting tidak hanya memastikan bahwa
perusahaan tlah merekrut orang-orang yang memiliki panduan keahlian dan
pengalaman yang tepat, tetapi juga membantu mereka berkembang dalam
pekerjaannya untuk juga membantu mereka berkembang dalam pekerjaannya untuk
mempersiapkan mereka pada promosi yang akan datang.
e)
Mengidentifikasi kemampuan dan potensi
Perusahaan
dapat mengidentifikasi dan mempersiapkan orang-orangnya untuk posisi-posisi
penting dalam beberapa cara, salah satunya adalah dengan menetapkan system
penilaian kinerja yang baik untuk mengidentifikasi orang-orang yang berkinerja
baik dengan potensi promosi yang dimilikinya. Banyak perusahaan besar
menggunakan pusat penilaian (assessment center) untuk mengevaluasi kesesuaian
seseorang pada posisi-posisi yang lebih tinggi, termasuk didalamnya AT dan T.
standard oil,IBM,sears.
f)
Berbagai masalah dalam pengurangan masalah
Downsizing (
perampingan) merujuk pada eliminasi terencana posisi/ pekerjaan-pekerjaan
tertentu.Perusahaan-perusahaan pada umumya menggunakan pendekatan tersebut
dalam mengimplementasikan strategi pengurangan.
Berikut ini
beberapa pedoman dalam melakukan perampingan yang berhasil :
Ø Eliminasi
pekerjaan-pekerjaan yang tidak perlu, bukan melakukan pemotongan di berbagai
bidang
Ø Kontrakkan
keluar pekerjaan-pekerjaan yang pihak lain mampu mengerjakannya dengan lebih
murah.
Ø Rencanakan
efisiensi jangka panjang.
Ø Komunikasikan
alasan-alasan mengambil tindakan perampingan.
Ø Melakukan
investasi pada karyawan yang selamat dari program perampingan.
Ø Kembangkan
pekerjaan yang memiliki nilai tambah untuk mengimbangi berkurangnya pekerjaan.
2.
Pengarah ( Directing )
Implementasi
juga melibatkan pengarahan karyawan untuk menggunakan kemampuan dan keahlian
mereka pada tingkat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai sasaran
organisasi. Untung mengarahkan sebuah strategi baru dengan efektif, manajemen
puncak harus mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab dengan tepat pada para
manajer operasional.
Sasaran
dapat juga dicapai dengan cara yang lebih formal melalui perencanaan tindakan
atau melalui program-program tertentu seperti Management By Objective ( MBO )
dan Total Quality Manajement ( TQM ).
a)
Mengelola Budaya Perusahaan
Budaya
perusahaan memiliki dua atribut penting, pertama, intensitas yaitu “ seberapa
besar para anggota sebuah unit bisnis sepakat pada norma, nilai atau
unsur-unsur budaya lain yang berhubungan dengan unit bisnis tersebut. Atribut
kedua, “ Integrasi, yaitu seberapa besar unit-unit bisnis dalam sebuah
organisasi membagi sebuah yang sama”.
Masalah
penting yang dihadapi oleh perusahaan dengan budaya yang kuat adalah bahwa
perubahan dalam misi, sasaran, atau kebijakan perusahaan, kemungkinan terhadap
budaya organisasi yang dianut.
Pekerjaan
penting yang harus dilakukan oleh pihak manajemen adalah :
1) Mengevaluasi
perubahan khusus apa dalam strategi yang akan berpengaruh besar terhadap budaya
perusahaan.
2) Menilai
apakah perubahan dalam budaya memang diperlukan.
3) Memutuskan apakah usaha mengubah budaya perusahaan sebanding dengan biaya
yang harus dikeluarkan.
b)
Menilai Kesesuaian Strategi Budaya
Ketika
mengimplementasi strategi baru, pihak manajemen harus mempertimbangkan
pertanyaan-pertanyaan berikut berkenaan dengan budaya perusahaan
1) Apakah
strategi yang direncanakan sesuai dengan budaya organisasi saat ini?
2) Jika
strategi baru tidak sesuai dengan budaya perusahaan saai ini, dapatkah budaya
tersebut denagn mudah dimodifikasi sehingga dapat lebih sesuai dengan strategi
baru ?
Budaya pada
pabrik-pabrik pemanufakturan ternyata memiliki tiga nilai dasar yang berlawanan
dengan nilai dasar yang melandasi penggunaan seperti :
1) Pabrik-pabrik
tersebut memiliki norma yang menganggap kinerja lebih penting dari belajar,
para pekerja dibayar untuk bekerja, bukan untuk berfikir.
2) Informasi
digunakan untuk menyebarkan harapan terhadap kinerja yang akan dating,
melaporkan kinerja yang buruk, dan mengalihkan tanggung jawab. “ Informasi di
nilai bukan berdasarkan kegunaan untuk menyelesaikan masalah, tetapi hanya
untuk menyalahkan atau mengalihkan tanggung jawab kepada pihak lain.
3) Dengan
mengikuti konsep structural yang tradisional tentang devisi kerja.
Pekerjaan-pekerjaan dalam pabrik dipecah menjadi bagian –bagian kecil yang
dibagikan kepada individu-individu operator dan kepada setiap unit ini
perakitan. Ada kecenderungan untuk menggolong-golongkan masalah dan informasi.
c)
Mengelola Perubahan Melalui Komunikasi
Komunikasi
adalah hal penting dalam mencapai manajemen perubahan dalam budaya yang
efektif G.G Gordon melaporkan bahwa perusahaan-perusahaan yang berhasil
melakukan perubahan besar dalam budaya memiliki beberapa karakteristik yang
sama.
1) Para
CEO-nya memiliki visi strategis tentang akan menjadfi apa perusahaan yang
dipimpinnya dimasa yang akan dating.
2) Visi
tersebut diterjemahkan kedalam elemen-elemen kunci yang perlu untuk mencapai
visi tersebut.
3) Para
CEO dan Manajer puncak lainnya bersemangat mengkonsumsikan seluas mungkin
kepada pada karyawan di segala tingkat, tiga informasi penting berikut ini :
a. Kondisi
perusahaan saat ini dibandingkan dengan para pesaingnya serta perkiraan kondisi
perusahaan dimasa yang akan datang.
b. Visi
tentang akan menjadi seperti apa perusahaan dimasa yang akan dating dan
bagaimana perusahaan dapat mencapai visi tersebut.
c. Kemajuan
perusahaan dalam elemen-elemen kunci yang diidentifikasi sebagai hal penting
dalam mencapai visi.
Salah atu
cara mengkomunikasi visi baru tersebut dalam sebuah perusahaan adalah melalui
program pelatihan dan pengembangan.
d)
Mengelola Budaya Ketika Bertumbuh Melalui Akuisi
Ketika
melakukan akuisi atau bergabung denagn perusahaan lain, manajemen puncak harus
mempertimbangkan potensi terjadinay benturan budaya.
Setelah
mengkaji dampak budaya perusahaan terhadap efektivitas merger, malekzadeh dan
mahavandi mengajukan empat metode umum dalam mengelola perbedaan budaya. Metode
yang paling sesuai tergantung pada :
1. Berapa
banyak anggota perusahaan yang diakuisisi menjaga nilai-nilai budaya mereka.
2. Persepsi
mereka terhadap daya tarik perusahaan yang mengakuisi.
Integrasi
melibatkan keseimbangan relative antara menerima dan member praktik-prakti
manajerial dan budaya antara mitra merger dan tidak adanya pemaksaan untuk
mengubah budaya dari salah satu perusahaan yang tergabung.
Sedangkan
dalam asimilasi perusahaan yang diakuisi menyerahkan budayanya dan mengadopsi
budaya perusahaan yang mengakuisisi.
Dalam metode
pemisahan, budaya kedua perusahaan secara structural tetap terpisah, tanpa ada
pertukaran budaya.
Dekulturasi
adalah metode yang paling umum dan paling merusak dalam lkaitannya dengan
perbedaan dua budaya.
e)
Merencanakan Tindakan
Pada tingkat
yang sederhana, rencana tindakan mengidentifikasi tindakan-tindakan yang harus
diambil, orang-orang yang bertanggung jawab terhadapnya, waktu yang tersedia
untuk menyelesaikannya, dan hasil yang diharapkan.
Hasil dari
rencana tindakan yang akan di ambil perusahaan haruslah meliputi beberapa
elemen berikut ini :
1. Harus
diambil tindakan-tindakan khusus untuk membuat program berjalan.
2. Tanggal
untuk memulai dan mengakhiri setiap tindakan.
3. Menetapkan
orang ( diidentifikasi dengan nama dan jabatan ) yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan setiap tindakan.
4. Menetapkan
orang akan bertangggung jawab untuk memantau waktu dan efektivitas setiap
tindakan.
5. Perkiraan
konsekuensi financial dan fisik dari setiap tindakan.
6. Rencanakan
tindakan-tindakan kontigensi.
Menurut J.C.
Camillus, seorang ahli dalam Implementasi dan Pengendalian Strategi, untuk
beberapa alasan rencana tindakan merupakan hal yang penting.
f)
Management By Objectives ( MBO )
Management
By Objectives ( MBO ) merupakan pendekatan organisasi yang secara luas telah
digunakan untuk membantu diambilnya tindakan-tindakan yang bermanfaat dalam
mencapai sasaran yang diinginkan.
Proses MBO
meliputi :
1. Menetapkan
dan mengkomunikasikan sasaran organisasional.
2. Menyusun
sasaran individual ( melalui interaksi karyawan-atasan ) yang akan membantu
implementasi sasaran organisasional.
3. Mengembangkan
sebuah rencana tindakan terhadap aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
4. Secara
periodic ( sedikitnya tiap triwulan ) menganalisa kinerja yang
berhubungan dengan sasaran yang telah ditetapkan dan termasuk didalamnya hasil
penilaian kinerja tahunan.
Salah satu
manfaat nyata dari MBO adalah MBO dapat mengurangi sejumlah besar proses
politik Internal dalam sebuah perusahaan besar.
g)
Total Quality Management ( TQM )
Total
Quality Management ( TQM ) adalah sebuah filosofi operasional yang menekankan
komitmen pada keputusan pelanggan dan peningkatan berkelanjutan. Menurut R.J.
Schanberger, pakar dalam manajemen operasi dan rekayasa produksi, adalah empat
tujuan dalam TQM :
1. Kualitas
produk dan jasa yang lebih baik dan sedikit variable,
2. Respon
yang lebih cepat dan sedikit variable dalam memproses kebutuhan pelanggan,
3. Fleksibilitas
yang lebih besar dalam penyesuaian terhadap perubahan kebutuhan pelanggan, dan
4. Biaya yang lebih rendah melalui peningkatan kualitas dan eliminasi pekerjaan
yang tidak memiliki nilai tambah.
Karena TQM
berusaha mengurangi biaya serta meningkatkan kualitas, TQM dapat digunakan
sebagai program untuk mengimplementasi baik strategi, biaya rendah pada seluruh
tingkatan atau strategi bisnis diferensiasi.
Berdasarkan
TQM, proses yang salah adalah penyebab utama buruknya kualitas, bukan kurangnya
motivasi karyawan.
Berikut ini
elemen-elemen penting dalam TQM :
Ø
Fokus yang kuat terhadap keputusan
pelanggan.
Ø
Pelanggan
adalah internal dan eksternal.
Ø
Pengukuran yang akurat terhadap
seluruh variable kritis dalam operasi perusahaan.
Ø
Peningkatan berkelanjutan pada
produk dan jasa.
Ø
Hubungan kerja yang baru didasarkan
pada saling percaya dan kerja tim.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hunger, J. David,& Wheelen, Thomas L. (tanpa
tahun). Manajemen Strategis. Yogyakarta: Penerbit Andi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar