BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntabilitas berasal dari istilah dalam
bahasa Inggris accountability yang berarti pertanggunganjawab atau keadaan
untuk dipertanggungjawabkan
atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawab. Akuntabilitas (accountability) yaitu berfungsinya seluruh
komponen penggerak
jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-masing. Akuntabilitas dapat
diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa
yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang
bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk
kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan
menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
Pengertian akuntabilitas ini memberikan
suatu petunjuk sasaran pada hampir semua reformasi sektor publik dan mendorong
pada munculnya tekanan untuk pelaku kunci yang terlibat untuk bertanggungjawab
dan untuk menjamin kinerja pelayanan publik yang baik. Prinsip akuntabilitas
adalah merupakan pelaksanaan pertanggungjawaban dimana dalam kegiatan yang
dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampu mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kewenangan
yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip akuntabilitas terutama berkaitan
erat dengan pertanggungjawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian
sasaran atau target kebijakan atau program yang telah ditetapkan itu.
Akuntabilitas sebagai salah satu
prinsip good corporate governance
berkaitan dengan pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan hasil yang
dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung
jawab mengelola organisasi. Akuntabilitas, sebagai salah satu prasyarat dari
penyelenggaraan negara yang baru, didasarkan pada konsep organisasi dalam
manajemen, yang menyangkut :
1. Luas kewenangan dan rentang kendali (spand of
control) organisasi.
2. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan
(controllable) pada level manajemen atau tingkat kekuasaan tertentu.
Transaksi keuangan
seharusnya dicatat secara konsisten dan akurat agar di kemudian hari tidak
terjadi kekacauan. Pengendalian akan meminimalkan resiko, termasuk pencurian
oleh karyawan. Jadi pengendalian keuangan sering juga disebut sebagai
pengendalian akuntansi.
System pengendalian keuangan
(akuntansi) adalah serangkaian prosedur yang melindungi praktek manajemen
secara umum maupun keuangan. Prosedur pengendalian akuntansi memiliki tujuan
yaitu informasi keuangan harus dapat dipercaya
sehingga pengelola mendapatkan informasi yang akurat untuk perencanaan program
dan pengambilan keputusan lainnya, aktiva dan catatan-catatan organisasi tidak
dicuri, disalah gunakan, atau dirusak secara sengaja, kebijakan yayasan
diikutri, dan peraturan-peratutran pemerintah terpenuhi.
Pengendalian sebagai bagian penting dari
masyarakat yang baik saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain,
dapat disebutkan bahwa pengendalian tidak dapat berjalan dengan efesien dan
efektif bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik, demikian
pula sebaliknya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang paper diatas,
maka dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa
tujuan adanya Akuntabilitas Yayasan ?
2. Unsur-unsur
apa saja yang ada dalam sistem akuntansi Yayasan ?
3. Bagaimana
tahap pengembangan sistem akuntansi yayasan ?
4. Apa
yang dimaksud Bagan Akun ?
5. Bagaimana
pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia ?
6. Bagaimana
sistem pengendalian keuangan di yayasan ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah diatas maka dapat disimpulkan tujuan disusunnya paper ini yaitu :
1. Untuk
mengetahui dan memahami tujuan adanya Akuntabilitas yayasan.
2. Mengetahui
dan memahami unsur-unsur apa saja yang ada dalam sistem akuntansi yayasan.
3. Mengetahui
dan memahami bagaimana tahap pengembangan sistem akuntansi yayasan
4. Mengetahui
dan memahami apa yang dimaksud Bagan Akun
5. Mengetahui
dan memahami bagaimana pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
6. Mengetahui
dan memahami Bagaimana sistem pengendalian keuangan di yayasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntabilitas Yayasan
2.1. Tujuan Laporan
Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang,
anggota pengelola, kreditor, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi
yayasan. Pihak pemakai laporan keuangan yayasan memiliki kepentingan bersama
dalam rangka menilai:
a. Jasa
yang diberikan oleh yayasan dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa
tersebut.
b. Cara
pengelola melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja yayasan.
Setiap laporan keuangan menyediakan
informasi yang berbeda, dan informasi dalam suatu laporan keuangan biasanya
melengkapi informasi laporan keuangan lain. Secara rinci tujuan laporan
keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan
informasi mengenai :
a. Jumlah
dan aktiva, kewajiban serta aktiva bersih suatu yayasan
b. Pengaruh
transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai serta sifat
aktiva bersih
c. Jenis
dan jumlah arus masuk serta arus keluar sumber daya selama satu periode dan
hubungan diantara keduanya
d. Cara
suatu yayasan mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan
melunasi pinjama, serta faktor lainnya yang berpengaruh terhadap likuiditasnya
e. Usaha
jasa suatu yayasan.
2.2 Unsur-unsur dalam
Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi terdiri dari
catatan-catatan akuntansi (buku cek, jurnal, dan buku besar), serta serangkaian
proses dan prosedur yang ditetapkan untuk staf, sukarelawan, dan/atau para
profesional dari luar yayasan. Secara tradisional akuntansi terdiri dari
komponen-komponen berikut ini :
a. Bagan
Perkiraan/Akun
b. Buku
Besar
c. Jurnal
d. Buku
Cek
e. Manual
prosedur akuntansi
f. Siklus
akuntansi.
2.3 Mempertahankan
Integritas Sistem Akuntansi
2.3.1 Neraca saldo
(Trial Balance)
Dalam sistem manual, seluruh saldo buku
besar dihitung atas basis bulanan untuk memastikan bahwa total debet sama
dengan total kredit. Apabila debet sama dengan kredit, laporan keuangan dapat
disajikan dengan menggunakan jumlah neraca saldo. Sistem akuntansi yang
terkomputerisasi akan menghasilkan neraca saldo dengan mekanisme bilt-in.
2.3.2 Rekonsiliasi Bank
Setiap bulan, saldo buku cek harus
disesuaikan dengan saldo perkiraan bank. Proses ini melibatkan tiga langkah
dasar yaitu :
1. Membandingkan
cek dan deposito dalam buku cek dengan laporan bank, lalu menyesuaikan beberapa
ketidaksesuaian.
2. Menyesuaikan
biaya bank atau bunga bank yang dihasilkan dengan saldo buku cek.
3. Mengurangi
cek nonkas dari saldo bank dan menambahkan pada cek yang disetorkan, yang belum
dicerminkan dalam saldo bank.
2.4 Tahap Pengembangan
Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi yang di terapkan akan
berubah sebagaimana halnya dengan sumber daya dan kebudayaan yayasan. Yayasan
bersekala kecil yang baru berdiri hanya perlu mempertahankan akurasi catatan
aktivitas dalam buku cek. Dengan kompleksitas dan volume kerja yayasan yang
semakin berkembang, aktivitas manajemen keuangan membutuhkan peningkatan jumlah
staf sukarelawan atau staf yang dibayar
atau kombinasi staf dan penyedia jasa dari luar. Jadi, sistem akuntansi harus
dirancang sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi pemakainya.
2.4.1 Perbedaan antara
akuntansi untuk yayasan dan organisasi bisnis
Prinsip akuntansi yang diterima umum
bisa diterapkan dalam praktek akuntansi nonprofit. Namun, ada beberapa perbedaan
yang signifikan sebagai berikut.
a) Akuntansi
untuk sumbangan
Yayasan yang memenuhi syarat untuk
mendapatkan status bebas pajak akan ditunjuk untuk menerima sumbangan. Prosedur
yang ekuivalen untuk menangani akuntansi sumbangan dalam yayasan adalah
prosedur khusus, yaitu:
1. Janji
atau komitmen (jaminan untuk memberikan)
2. Jasa
dan materi yang didermakan (jenis sumbangan)
3. Kejadian-kejadian
khusus Hak Keanggotaan Pembina
b) Kapitalisasi
dan penyusutan aktiva
Yayasan perlu mencatat pembelian barang
dan peraltan substansial jangka panjang seperti komputer, mobil, dan bangunan,
sebagai aktiva serta menanggung porsi biaya per tahun untuk barang-barang yang masih
memiliki umur manfaat. Proses ini disebut sebagai kapitalisasi dan penyusutan
aktiva tetap. Yayasan juga perlu mencatat penyusutan aktiva. Namun ada beberapa
aktiva di sektor nonprofit yang menerima prlakuan khusus seperti koleksi
museum, bangunan sejarah, buku perpustakaan, dan kebun binatang.
c) Klasifikasi
pengeluaran fungsional
Yayasan perlu melaporkan pengeluaran kas
sesuai dengan klasifikasi fungsinya. Dua klasifikasi pengeluaran fungsi primer
adalah pelayanan program dan aktivitas pendukung. Sementara itu, klasifikasi
aktivitas pendukung meliputi pengelolaan dan aktivitas umum, penggalian dana,
dan pengembangan keanggotaan. Praktek tersebut sangat bervariasi dari satu
yayasan ke yayasan lainnya.
d) Implikasi
perbedaan antara akuntansi nonprofit dan akuntansi swasta
Implikasi dari perbedaan praktek
akuntansi non profit dan akuntansi swasta adalah diperlukannya keahlian
tambahan bagi personil, penasihat keuangan, atau auditor. Jadi, sumbangan dan
pambelian barang-barang serta peralatan yang memerlukan penanganan khusus,
diatur dengan melibatkan seorang akuntan spesialis yayasan.
2.4.2 Perbedaan
Akuntansi Berbasis Kas dan Berbasis Akural
Akuntansi berbasis kas dan akuntansi
berbasis akural menggunakan kriteria yang berbeda untuk menentukan kapan
mengakui serta mencatat pengeluaran dan penerimaan dalam catatan keuangan. Pada
akuntansi berbasis kas, pendapatan diakui ketika kas diterima dan disetorkan,
sementara biaya dicatat dalam periode akuntansi ketika tagihan dibayarkan.
Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan diwujudkan dalam periode akuntansi
ketika pendapatan itu di peroleh, misalnya,saat jasa yang dikontrak diberikan
dan ditentukan hibah terpenuhi,tanpa menghiraukan waktu penerimaan kas dari
donasi. Belanja dicatat sebagai pengurangan utang saat pembayaran, misal ketika
membayar persediaan yang dipesan, membayar lembur karyawan, dan meminjam
printer untuk pencetakan.
Contoh transaksi: Yayasan Kemanusiaan
Ibu Pertiwi belum membayar cicilan akhir atas pembelian printer secara kredit
pada tahun ini, sehingga berhutang Rp 1.500.000. Maka pencatatan jurnal atas
transaksi tersebut adalah:
Basis Kas
|
Basis Akrual
|
Tidak ada jurnal belum membayar
|
Peralatan 1.500.000
Utang
Usaha 1.500.000
|
Peralatan 1.500.000
Kas 1.500.000
|
Utang
Usaha 1.500.000
Kas 1.500.000
|
Beberapa yayasan tidak memiliki sumber
daya untuk mengembangkan sistem akuntansi yayasan. Faktor-faktor pertimbangan
basis akuntansi adalah:
· Besaran
transaksi yayasan dalam piutang dan pembayaran atas basis yang terus-menerus.
Jika tagihan atau hibah belum dibayar atau dilunasi sepanjang tahun, maka
akuntansi berbasis kas akan memberikan gambaran keuangan yang sama baiknya
dengan akuntansi berbasis akrual.
· Keahlian
dan waktu yang membatasi staf pembukuan.
· Posisi
arus kas yayasan. Jika arus kas dijadikan fokus, maka akun pembayaran dan piutang
dapat dijadikan pengendali.
· Ukuran
anggaran yayasan. Beberapa yayasan yang baru belum memiliki kewajiban
pembayaran dan tidak memiliki piutang akan memilih akuntansi berbasis kas.
2.5 Bagan Akun
2.5.1 Unsur-unsur yang
Harus Ada dalam Bagan Akun
Bagan akun merupakan daftar prakiraan
(rekening) sistem akuntansi yang dirancang untuk mendapatkan informasi
keuangan, mempertahankan jalur informasi keuangan, dan membuat keputusan
keuangan. Informasi tersebut hanya dicatat dengan kode akun dari bagan akun.
Bagan tersebut dibagi ke dalam 5
kategori yaitu aktiva, utang, aktiva bersih, pendapatan, dan biaya. Untuk
memutuskan apa yang harus dimasukkan ke dalam bagan akun, beberapa pertanyaan
berikut ini juga perlu dipertimbangkan:
· Laporan
apa yang perlu dipersiapkan?
· Keputusan,
evaluasi, dan penilaian keuangan apa yang perlu dibuat secara teratur?
· Tingkat
perincian apa yang diperlukan?
· Kapasitas
apa yang perlu dimiliki untuk melacak informasi keuangan?
Cara terbaik untuk merancang bagan akun
atau perkiraan adalah dengan mempertimbangkan laporan apa yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan eksternal, pengambilan keputusan, dan penilaian pengelola.
Sebagai contoh, bagan akun harus berhubungan dengan kategori anggaran, sehingga
laporan yang dihasilkan dapat membandingkan apa yang dianggarkan dengan
realisasinya.
Selain jenis pendapatan dan biaya, ada
juga faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam bagan akun. Jika lebih
dari satu tempat, apakah informasi yang terpisah dibutuhkan untuk masing-masing
tempat? Atau, jika lebih dari satu program, apakah item-item seperti
persediaan, perangko, dan gaji diungkapkan untuk masing-masing program? Dan
akhirnya, berdasarkan Pernyataan Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang baru No.
116 dan 117, organisasi nonprofit seperti yayasan harus melaporkan pendapatan
dan belanjanya dalam tiga kategori: yaitu tidak terikat, terikat, temporer, dan
terikat permanen. Ini berarti bahwa bagan akun mendukung persyaratan pelaporan.
Apabila tingkat yang lebih tinggi
dibutuhkan, maka software akuntansi akan diperlukan untuk menjalankan transaksi
keuangan. Software akuntansi itu sering kali membagi transaksi ke dalam
beberapa bagian kecil dan kemudian menentukan tingkat rincian yang akan
digunakan dalam laporan. Proses menghasilkan informasi yang sangat rinci secara
manual sangat memakan waktu.
Kemampuan dan ketersediaan staf
pembukuan untuk memecahkan masalah sangatlah penting. Sebagai contoh, staf
pembukuan perlu dilatih untuk menyelesaikan persoalan menyangkut bagan akun dan
pengembangan sistem akuntansi yayasan.
Aturan yang baik adalah membuat bagan
akun sesederhana mungkin dan memperbaikinya untuk meningkatkan ketersediaan
informasi secara berkesinambungan. Hal yang dituliskan dalam cek atau
penerimaan uang adalah nomor akun yang ditetapkan untuk untuk transaksi. Hal
ini dapat menjadi indikator bahwa bagan akun perlu direvisi. Dengan kata lain,
kriteria penentuan nomor akun dijelaskan.
2.5.2 Ciri-ciri Bagan
Akun yang Sederhana
Bagan akun yang diberikan pada akhir
bagian ini menggambarkan kesesuaian item belanja dan pendapatan dengan nomor
akun yang berlaku. Contoh dibawah ini merupakan pedoman tentang pengembangan
bagan akun itu sendiri. Ciri-ciri dari contoh bagan akun berikut perlu diamati
dengan seksama. Kategori akun disajikan dalam urutan standar dimulai dengan
akun yang disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sebagai berikut.
1. Aktiva
Aktiva adalah item nyata dari suatu yayasan dimana sumber
daya, termasuk kas, akun piutang, perlengkapan, dan kekayaan, diungkapkan.
Aktiva biasanya dimasukkan dalam daftar menurut urutan menurun (descending)
dari likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa kas dan aktiva lainnya yang mudah
diubah menjadi kas dicantumkan pada urutan awal; dan aktiva tetap seperti
kekayaan dan peralatan diurutan akhir. Akun aktiva biasanya dimulai dengan
angka “1”.
2. Utang
Utang adalah kewajiban ke kreditor
seperti pinjaman dan utang usaha. Utang yang jatuh temponya sekarang
dicantumkan lebih awal dibanding utang yang jatuh temponya dalam tahun
berikutnya. Utang usaha dan utang pajak upah biasanya dicantumkan sebelum utang
lainnya. Penerimaan yang ditangguhkan dan utang lainnya sering kali dicantumkan
dalam urutan berikutnya pada daftar. Utang sering kali dimulai dengan angka
“2”.
3. Aktiva
Bersih
Aktiva bersih mencantumkan nilai
keuangan dari suatu yayasan. Aktiva tersebut mencerminkan saldo yang ada
setelah kewajiban yayasan dilunasi. Perangkat lunak akuntansi yang dirancang
untuk yayasan melaporkan “aktiva bersih”. Sementara itu, yayasan penerima
pemberian yang tidak terikat memiliki satu akun aktiva bersih. Aktiva tetap
yang terikat, baik secara permanen maupun temporer, seperti sumbangan memiliki
lebih dari satu akun aktiva bersih, yang biasanya dimulai dengan angka “3”.
2.5.3 Akun Penerimaan
dan Pengeluaran Kas dalam Laporan Posisi Keuangan
Berdasarkan nomor akun yang terendah
hingga tertinggi, jumlah item dalam satu kategori akan dikembangkan seiring
dengan perkembangan aktivitas yayasan. Akun tertentu yang terkait dikelompokkan
bersama dengan nomor yang berkaitan. Misalnya, nomor umum untuk pajak upah
adalah 7310. Namun, nomor akun setiap jenis pengeluaran pajak upah ditentukan
secara terpisah, seperti Asuransi Pengangguran-7312. Beberapa perangkat lunak
akuntansi yang terkomputerisasi akan menyusun laporan yang mengumpulkan seluruh
akun dengan kode 731x ke dalam item tunggal. Secara manual, jenis pengelompokan
pengeluaran ini akan menyederhanakan informasi konsolidasi dalam laporan. Namun
perhatikan bahwa secara khusus, informasi itu tidak akan ditempatkan untuk akun
7310. Akun ini akan dipertimbangkan menjadi “judul” untuk semua pengeluaran
terkait.
2.5.4 Menangkap
Informasi Keuangan yang Lebih Kompleks
Jika dana secara terpisah (dana terikat
secara permanen maupun temporer) dipilah menurut setiap program, departemen, dan
tempat, maka bagan akun dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan
bagan akun “multi-tiered” (deretan bertingkat banyak). Sebagai contoh, dalam
bagan akun yang memperlihatkan deretan bertingkat tunggal, penambahan bagian
atau deretan bertingkat yang kedua untuk kode akun akan memberikan kode dari
berbagai item kedalam berbagai kategori. Misalkan suatu yayasan memiliki tiga
program yaitu: konseling, tutorial, dan rekreasi. Setiap program itu mempunyai
kode akun sendiri seperti:
-
Konseling 01
-
Tutorial 02
-
Rekreasi 03
Bagan akun akan menjadi lebih kompleks
jika yayasan menginginkan laporan yang lebih rinci. Namun, sekali lagi, hal itu
tergantung pada waktu dan kemampuan staf keuangan serta kerumitan transaksi
keuangan.
Contoh
Bagan Akun Yayasan
Aktiva
|
Pengeluaran
|
1010 Kas
1011
Akun Pengecekan
1012
Kas Kecil
1020 Tabungan dan Investasi Kas
Temporer
1030 Piutang
1040 Biaya tidak terduga
1050 Piutang Sumbangan
1060 Biaya tidak terduga
1130 Biaya dibayar dimuka
1610 Tanah
1620 Gedung
1640 Peralatan
|
7110 Gaji
dan upah karyawan, direktur, dan
sebagainya
7210 Gaji dan upah lain-lain
7310 Pajak upah dan sebagainya
7311
Pajak dan Asuransi
pengangguran
7312
Asuransi Cacat
7520 Biaya Akuntansi
7520
Biaya Akuntansi dan Audit
Biaya
Jasa Bank
|
Utang
|
|
2010 Utang Usaha
2410 Pinjaman dari Komisaris
dan Karyawan
2510 Utang Hipotek
|
7710 Persediaan
7810 Telepon
7910 Perangko dan pengiriman
|
Aktiva Bersih
|
|
3100 Aktiva Lancar yang tidak
dibatasi
|
8010 Kepemilikan
8011
Sewa Kanntor
8012
Biaya jasa jaga rumah dan jasa
serupa
|
Penerimaan
|
|
4010 Sumbangan (Pos Langsung)
4050 Acara Khusus (Porsi
Pemberian)
4100 Jasa sumbangan dan
penggunaan fasilitas
4220 Hibah badan hukum
4230 Hibah yayasan
4510 Sumbangan Pemerintah
|
8110 Pemeliharaan dan sewa
peralatan
8210 Pencetakan dan duplikasi
8310 Perjalanan
8710 Asuransi
|
Yayasan harus mencatat pembelian
peralatan dan kekayaan yang bersifat jangka panjang, karena jenis aktiva
tersebut menanggung biaya per tahun sesuai dengan umur manfaatnya. Proses ini
disebut sebagai kapitalisasi dan penyusutan aktiva tetap. Pencatatan akuntansi
untuk mencatat penyusutan aktiva tetap yang dimiliki oleh yayasan sama dengan
pencatatan akuntansi untuk penyusutan aktiva tetap pada umumnya.
2.5.5 Pajak Pengghasilan dari Usaha yang
Tidak Terkait
Pendapatan usaha yang tidak terkait
adalah pendapatan yang dihasilkan dari suatu perdagangan atau aktivitas usaha
yang tidak terkait secara substansial dengan tujuan yayasan. Aktivitas usaha
atu aktivitas perdagangan adalah aktivitas yang dilakukan untuk meraih
pendapatan melalui aktivitas penjualan barang dagangan atau jasa. Misalnya,
toko buku universitas melakukan aktivitas usaha dengan menjual buku textbook ke
para mahasiswa dan masyarakat umum.
2.5.6 Mencatat Akun
Sumbangan
Komitmen untuk memberikan kontribusi
secara tertulis bisa dijadikan dasar untuk pencatatan transaksi utang
sumbangan. Sebagai contoh, seorang donatur berjanji secara tertulis akan
memberikan sumbangan senila Rp 1.000.000,- selama tiga tahun mendatang. Dengan
menyajikan piutang hibah dalam neraca, yayasan memperlihatkan jumlah uang yang
diharapkan akan diterima di masa mendatang dalam bentuk sumbangan hibah.
Piutang hibah yang bisa dipercaya
sebaiknya dicatat dalam sistem akuntansi. Terdapat dua jenis piutang, yaitu
piutang yang mengikat dan piutang yang tidak mengikat. Pituang yang tidak
mengikat adalah piutang yang dilakukan oleh donatur untuk memberikan hibah
kepada yayasan di masa yang akan datang. Namun yayasan tersebut tidak perlu
memenuhi beberapa persyaratan khusus sebelum menerima hibah dan tidak ada
kondisi lain yang ditetapkan oleh donatur.
Piutang yang mengikat adalah kesatuan
peristiwa yang tidak menentu di masa mendatang. Misalnya, seorang donatur
berniat untuk memberikan uang sebesar seribu rupiah jika yayasan telah
memperoleh hibah yang sesuai sebesar dua ribu rupiah dari sumber lain.
Sedangkan untuk piutang yang tidak dapat terkumpul, maka yayasan mencatatnya
pada akun Cadangan untuk Piutang yang Tidak Terkumpul, dan akan mengurangi
Piutang Hibah yayasan.
2.6 Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) Di Indonesia
2.6.1 Laporan Keuangan
Organisasi Nonprofit
Laporan keuangan organisasi nonprofit
seperti yayasan meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode pelaporan,
laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan
catatan atas laporan keuangan.
2.6.2 Laporan Posisi
Keuangan
1. Klasifikasi
aktiva dan kewajiban
Informasi
mengenai likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut:
a. Menyajikan
aktiva berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan tanggal jatuh
tempo
b. Mengelompokkan
aktiva ke dalam bagian lancer dan tidak lancar, serta kewajiban ke dalam bagian
jangka pendek dan jangka panjang
c. Mengungkapkan
informasi mengenai likuidasi aktiva atau saat jatuh tempo kewajiban termasuk
pembatasan penggunaan aktiva pada catatan atas laporan keuangan
2. Klasifikasi
Aktiva Bersih Terikat atau Tidak Terikat
Laporan posisi keuangan menyajikan
jumlah setiap kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan
oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan
tidak terikat
Informasi mengenai sifat dan jumlah dari
pembatasan permanen atau temporer akan diungkapkan dengan cara menyajikan
jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan
2.6.3 Laporan Aktivitas
Tujuan dan Laporan aktivitas difokuskan
pada yayasan secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih
selama suatu periode. Perubahan aktiva dalam laporan aktivitas akam tercermin
pada aktiva bersih dalam laporan posisi keuangan. Pada laporan terdiri atas
aktivitas sebagai berikut.
1. Perubahan
Kelompok Aktiva Bersih
Laporan
aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih yang terikat permanen,
terikat temporer, dan tidak terikat selama suatu periode.
2. Klasifikasi
Pendapatan, Beban, Keuntungan, dan Kerugian
Laporan
aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat,
kecuali penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai
pengurang aktiva bersih tidak terikat
Sementara
itu, sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporer, tergantung pada tindakannya ada tidaknya
pembatasan. Jika sumbangan terikat yang pembatasnya tidak berlaku lagi dalam
periode yang sama, maka dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat
sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan
akuntansi.
Laporan
aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan
aktiva lain (atau kewajiban)sebagai penambah atau pengurangan aktiva bersih
tidak terikat, kecuali jika penggunaanya dibatasi.
3. Informasi
Mengenai Pendapatan dan Beban
Laporan
aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto, namun demikian,
pendapatan investasi dapat disajikan secara netto dengan syarat beban-beban
terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Informasi
Mengenai Pemberian Jasa
Laporan
aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi
mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program
jasa utama dan aktivitas pendukung.
2.6.4 Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah
menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu
periode. Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK 2 tentang laporan arus
kas dengan tambahan berikut ini:
1. Aktivitas
pembiayaan
a. Penerimaan
kas dari penyumbang yang pengggunaannya dibatasi untuk jangka panjang
b. Penerimaan
kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaanya dibatasi untuk
perolehan, pembangunan, dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana
abadi (endowmwnt)
c. Bunga
dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang
2.
Pengungkapan informasi
mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas seperti sumbangan berupa
bangunan atau aktiva investasi.
Pengendalian Keuangan
2.7 Pengembangan Sistem
Pengendalian Akuntansi
Langkah pertama dalam sistem
pengendalian akuntansi yang efektif adalah mengidentifikasi bidang dimana
penyalahgunaan atau kesalahan-kesalahan mungkin terjadi. Beberapa akuntan dapat
memberikan checklist (daftar pengecekan) atas bidang dan pertanyaan tentang
waktu perencanaan sistem. “Price Waterhouse’s Booklet, Effective Internal
Accounting Control for Nonprofit Organizations: A Guide for Directors and
Management”, memasukkan bidang dan tujuan pengembangan sistem pengendalian
akuntansi yang efektif seperti:
a. Penerimaan
Kas
Untuk
memastikan bahwa seluruh kas telah diterima, didepositokan secara cepat,
dicatat dengan sesuai, direkonsiliasi, dan dipertahankan menurut prosedur
keamanan yang memadai.
b. Pengeluaran
Kas
Untuk
memastikan bahwa semua pembayaran kas hanya dilakukan atas kewenangan pengelola
yang tepat, untuk tujuan aktivitas yang valid, dan dicatat secara tepat.
c. Kas
Kecil (petty cash)
Untuk
memastikan bahwa kas kecil dan dana kerja lainnya dibayar hanya untuk tujuan
yang tepat, disimpan secara aman, dan dicatat secara tepat.
d. Gaji
Untuk
memastikan bahwa pembayaran gaji hanya dibuat atas kewenangan yang tepat untuk
karyawan yang berhak serta dicatat secara tepat dan berhubungan dengan
persyaratan yang sah (seperti setoran pajak gaji).
e. Hibah,
Sumbangan, dan Warisan
Untuk
memastikan bahwa semua hiba, sumbangan, dan warisan diterima serta dicatat
secara tepat dan memenuhi syarat-syarat yang berlaku.
f. Aktiva
Tetap
Untuk
mamastikan bahwa aktiva tetap diperoleh dan diatur oleh otorisasi yang tepat,
dijaga dengan aman, dan dicatat secara tepat.
Sistem pengendalian akuntansi juga
diperlukan untuk memastikan pencatatan yang tepat atas barang yang didermakan,
sumbangan dan penerimaan lainnya. Laporan keuangan dan pengembalian informasi
harus dicatat secara akurat dan tepat waktu, dan memenuhi peraturan pemerintah
lainnya.
Untuk mencapai tujuan ini yayasan perlu
menetapkan prosedur yang jelas untuk menangani per bidang, termasuk sistem
check and balance. Prinsip ini disebut sebagai pemisahan tugas, dimana tugas
dapat dibagi di antara staf dan sukarelawan yang dibayar. Misalnya, dalam
yayasan yang kecil, direktur menyetujui pembayaran sekaligus dan menandatangani
cek yang disiapkan oleh kasir atau manajer kantor. Sementara itu bendahara akan
meninjau pembayaran tersebut dengan disertai dokumen bulanan, menyiapkan
rekonsiliasi bank, dan meninjau ulang cek-cek yang dibatalkan. Di samping itu
ada juga hal-hal umum yang memerlukan perhatian pengelola yaitu, Pengeluaran
cek, jumlah tanda tangan pada cek, jumlah rupiah yang memerlukan persetujuan
atau tanda tangan pengurus pada cek, yang mengakui pembayaran, serta komitmen
keuangan.
Persetujuan rencana dan komitmen sebelum
dilaksanakan, anggaran tahunan dan perbandingan periodik antara laporan
keuangan dengan jumlah, sewa, persetujuan pinjaman, dan komitmen utama lainnya
yang dianggarkan dengan kebijakan-kebijakan personalia, yaitu tingkat gaji,
liburan, lembur, waktu pengganti, keuntungan, uang pesangon, dan persoalan
personalia lainnya.
2.7.1 Manual Prosedur
Akuntansi
Kebijakan dan prosedur untuk menangani
transaksi keuangan didokumentasikan dalam Manual Prosedur Akuntansi, dimana
tugas-tugas administrasi dan siapa yang bertanggung jawab atas masing-masing
tugas tersebut dijelaskan. Manual tersebut merupakan gambaran yang sederhana
tentang penanganan fungsi seperti
pembayaran tagihan, setoran kas, dan transfer uang. Revisi atas Manual
Prosedur Akuntansi biasanya dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas
pengendalian yang ada.
2.7.2 Mempertahankan
Pengendalian yang Efektif
Pelaksana biasanya bertanggung jawab
atas pengawasan pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ada. Dengan pensyaratan
yang rici dari lembaga donor, sebaiknya harus ada satu orang yang memahami dan
memonitor peraturan khusus serta faktor pemenuhannya.
Surat manajemen merupakan indikator
kualitas pengendalian sistem akuntansi dan bagian dokumen audit yang
menyebutkan kelemahan signifikan dari sistem yayasan atau pelaksanaanya. Dengan
surat manajemen tersebut pengelola diminta untuk melakukan perubahan sesuai
dengan rekomendasi yang diajukan auditor. Dengan membandingkan surat manajemen
dari tahun ke tahun, pengelola akan memiliki mekanisme pengawasan tentang
penjagaan keuangan dan ketaatan atas kebijakan keuangan.
2.8 Pengendalian
Internal yang Dibutuhkan untuk Pembayaran Kas
Tujuan pengendalian internal atas
pembayaran kas adalah untuk memastikan ketepatan otorisasi pembayaran kas,
keakurasian pencatatan transaksi, dan pencapaian tujuan yayasan. Hal yang perlu
dipperhatikan dalam pengendalian internal untuk pembayaran kas adalah pemisahan
tugas, otorisasi dan proses pembayaran, pengelolaan dana terbatas,
penandatanganan cek, checklist pengendalian akuntansi internal, dan checklist
daftar gaji.
2.9 Aktivitas
Pengendalian Dalam Siklus Akuntansi Tahunan
2.9.1 Pengelolaan
Anggaran Operasional
Anggaran menggambarkan apa yang
diharapkan menyangkut belanja (pengeluaran) dan pendapatan (penerimaan) pada
suatu periode waktu. Anggaran tersebut berguna untuk memproyeksikan berapa
banyak uang yang dibutuhkan untuk inisiatif utama, seperti pembelian fasilitas
dan kontrak karyawan baru. Anggaran operasional juga membantu dalam menjalankan
anggaran lainnya, seperti anggarn modal (untuk aktiva utama seperti peralatan,
gedung, dll) dan anggaran proposal (untuk penggalian dana). Anggaran tahunan
dipersiapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan
waktu aktivitas anggaran
Paling tidak dua atau tiga bulan sebelum
awal tahun pembukuan, anggaran untuk tahun yang akkan datang sudah mulai
dipikirkan. Anggaran tersebut biasanya sesuai dengan tahun pembukuan, yang
mencerminkan siklus operasional yayasan.
2. Pihak
yang terlibat dalam proses anggaran
Pengelola harus berpartisipasi di semua
tahap proses penganggaran, dimana pertanggungjawaban atas tiap item juga akan
dilakukan. Bagi sebagian besar yayasan, manajemen perencanaan dan keuangan
adalah aktivitas yang cenderung memisahkan organisasi.
3. Langkah-langkah
dalam proses anggaran
Langkah pertama dalam proses
penganggaran adalah mereview program dan pencapaian manajemen serta pelaksanaan
keuangan pada akhir tahun. Ini mencakup review atas tujuan yang dicapai,
anggaran, dan kinerja perorangan. Selanjutnya, perkiraan biaya yang diperlukan
meliputi staff, persediaan, dan sumber daya lain. Pengalaman masa lalu juga
dapat menjadi dasar penyusunan anggaran dengan tambahan informasi mengenai
kesinambungan program. Penerimaan sumbangan sebaiknya diproyeksikan dengan
menggunakan informasi terbaik yang tersedia. Hal itu bukan merupakan angka yang
diturunkan dari perbedaan antara biaya yang diproyeksikan dan pendapatan yang
diperoleh lainnya serta pengeluaran yang diproyeksikan.
4. Menyiapkan
anggaran bulanan
Menyiapkan anggaran bulanan yang
mencerminkan pembagian anggaran ke dalam 12 bulan dari penerimaan dan
pengeluaran yang ada secara seimbang merupakan hal yang bermanfaat. Dengan
menyiapkan rincian anggaran bulanan dan realisasinya, akurasi perubahan dan
revisi anggaran dapat dilakukan secara tepat. Anggaran dan proses anggaran
dapat menjadi kendaraan yang penting bagi manajemen keuangan dalam mencapai
misi secara lebih baik.
5. Menentukan
cadangan operasional yayasan
Definisi cadangan operasional atau saldo
tidak terikat mirip dengan sisa laba atu kekayaan pemilik. Sisa laba atu
kekayaan pemilik adalah dana yang biasanya terakumulasi selama beberapa tahun
yang digunakan oleh yayasan sesuai dengan kebijakan pengurus (yaitu penghasilan
bersih tidak terikat). Cadangan operasional mempunyai beberapa fungsi sebagai
berikut:
· Memungkinkan
yayasan bertahan hidup bila terjadi kerugian operasional yang disebabkan oleh
kondisi ekonomi atau kesalahan manajemen.
· Meningkatkan
fleksibilitas yayasan, yang dapat digunakan sebagai modal ventura untuk
mengembangkan program baru, menggantikan program yang telah usang, atau
mengembangkan jasa dan kepentingan yayasan.
· Memperluas
kesempatan memperoleh kredit dan membolehkan pembiayaan yang menguntungkan dari
perluasan dan pertumbuhan yayasan. Hal ini termasuk membolehkan perubahan arah
atau fokus program dan aktivitas.
Besarnya cadangan operasional kas
tergantung pada reliabilitas sumber daya pendapatan, arus kas musiman, skedul
arus kas, ketersediaan keuangan eksternal, stabilitas pengeluaran, sifat-sifat
utang, sifat-sifat aktiva lainnya, dan sifat-sifat kesempatan.
6. Menetapkan
dana kas kecil
Kas kecil memungkinkan pembelian atau
pembayaran dalam jumlah kecil secara tunai untuk item-item seperti perangko,
persediaan kantor, parkir, dan sebagainya. Pengelola harus mengembangkan suatu
kebijakan menyangkut berapa uang yang seharusnya tersedia di kas kecil, dan
pengeluaran maksimum yang dapat dibayarkan melalui kas kecil.
2.9.2 Manajemen Kas
Seluruh pengelola yayasan harus
mempelajari perbedaan antara keuntungan dan kas. Keuntungan adalah jumlah uang
yang diharapkan bisa diperoleh dari seluruh pelanggan yang membayar tepat pada
waktunya. Namun, hal itu bukanlah realitas yang terjadi sehari-hari. Kas adalah
apa yang harus dimiliki untuk mempertahankan pintu usaha tetap terbuka. Bahkan,
keuntungan yang diraih yayasan hanya merupakan hal kecil jika tidak disertai
dengan arus kas bersih yang positif. Perhatikan bahwa keuntungan tidak dapat
dibelanjakan, sementara kas memiliki kemampuan belanja yang riil.
Arus kas secara sederhana mengarah pada
arus kas masuk dan arus kas keluar yang terjadi dalam suatu yayasan selama
periode waktu tertentu. Jika arus kas yang “masuk” lebih besar dari arus kas
yang ‘keluar”, maka yayasan memiliki arus kas positif. Sedangkan jika arus kas
“keluar” lebih besar dari arus kas “masuk”, maka yayasan memiliki arus kas
negatif.
Laporan arus kas secara khusus dibagi ke
dalam tiga komponen, sehingga sumber-sumber dan penggunaan kas tersebut dapat
dipahami. Komponen tersebut termasuk sumber-sumber eksternal dan internal
sebagai berikut.
2.9.3 Penggunaan
Laporan Keuangan
1. Neraca
memperlihatkan suatu “gambaran” tentang aktiva, kewajiban, dan modal (kekayaan
bersih) dari suatu bisnis. Neraca memperlihatkan dua “pandangan” – sumber daya
apa yang dimiliki (Aktiva) dan kreditor atau investor/pemilik yang membuat
neraca tersebut mungkin Arus kas operasional (internal)
Arus
kas operasional seringkali mengarah pada modal kerja, yaitu arus kas yang
dihasilkan dari operasi internal. Arus kas ini merupakan kas yang diperoleh
dari penjualan produk atau jasa dalam usaha dan juga merupakan darah kehidupan
nyata dalam usaha, sehingga arus kas tersebut dihasilkan secara internal di
bawah pengendalian yayasan.
2. Arus Kas Investasi (internal)
Arus kas investasi dihasilkan secara
internal dari aktivitas nonoperasional. Komponen ini akan memasukkan investasi
dalam pabrik dan peralatan atau aktiva tetap lainnya, rugi laba yang tidak
berulang, atau sumber-sumber lain dan penggunaan kas di luar operasi normal.
3. Arus Kas Keuangan (eksternal)
Arus kas keuangan adalah kas untuk
dan dari sumber eksternal, seperti peminjam, investor, dan shareholder.
mendapatkan sumber daya ini (Modal dan
Kewajiban).
Berikut
ini adalah contoh laporan keuangan salah satu yayasan yaitu.
YAYASAN SUKMA
Laporan Penerimaan dan Pengeluaran
"Sumbangan Masyarakat"
Per tanggal 31 Juli 2010
Total Penerimaan Indonesia Menangis Rp.
164,425,766,955
Total Pengeluaran Indonesia Menangis Rp.
31,256,107,183
Saldo akhir Indonesia Menangis Rp.
133,169,659,772
Total Penerimaan Yayasan Sukma - Mei 2005 s/d Juni 2010 Rp. 40,865,245,436
Total Pengeluaran Yayasan Sukma - Mei 2005 s/d Juni 2010 Rp. 172,579,230,302
Saldo awal Juli 2010 Rp.
1,455,674,906
Penerimaan Bulan Juli 2010 Rp.
959,259,021
Pengeluaran Bulan Juli 2010
1 Penyaluran Sumbangan
- Tunai Rp.
- Barang Rp.
2 Pembelian aktiva tetap Rp.
3 Biaya pencarian dana Rp.
4 Pembangunan sekolah
Rp.
5 Pembangunan pabrik es Rp.
6 Pembangunan gedung SMU di Nagan Raya Rp.
7 Biaya Operasional Sekolah Sukma Bangsa Rp. 678,484,391
8 Biaya Operasional Sukma Rp.
45,583,933
Total
Pengeluaran Bulan Juli 2010 Rp.
724,068,324
Saldo Per 31
Juli 2010 Rp. 1,690,865,603
BAB
III
KESIMPULAN
Karakteristik utama organisasi nonprofit
seperti yayasan dapat dibedakan dengan yayasan bisnis. Perbedaannya terletak
pada mekanisme organisasi bersangkutan dalam memperoleh sumber daya awal yang
dibutuhkan, yang umumnya diperoleh dari sumbangan.
Berbagai
transaksi yayasan dapat dibedakan dengan jenis transaksi swasta. Pemakai
laporan keuangan yayasan memiliki kepantingan bersama, yaitu untuk menilai jasa
yayasan dan kemampuan yayasan untuk memberikan jasa secara berkesinambungan,
dan mekanisme pertanggungjawaban dan aspek kinerja pengelola.
Kemampuan yayasan dalam mengelola jasa
dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan dimana informasi mengenai
aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di antara
unsur-unsur tersebut disampaikan.
Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih. Pertanggungjawaban
pengelola yayasan atas hasil pengelolaan sumber daya yayasan akan disajikan
melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Dengan adanya standar pelaporan
tersebut laporan keuangan yayasan dapat lebih mudah dipahami, memiliki
relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
Sistem pengendalian keuangan bertujuan
memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya, aktiva dan catatan-catatan
organisasi tidak dicuri serta kebijaknan-kebijakan yayasan terpenuhi dan
peraturan pemerintah terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian,
Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar