Rabu, 06 November 2013

Penyelesaian Audit



BAB I
PENDAHULUAN

Prosedur yang dilaksanakan dalam penyelesaian audit mempunyai beberapa karakteristik yang berbeda sebagai berikut: (1) prosedur itu tidak bersangkutan dengan siklus transaksi atau akun-akun spesifik, (2) prosedur itu dilaksanakan sesudah tanggal neraca, (3) prosedur itu melibatkan banyak pertimbangan subyektif oleh auditor, dan (4) prosedur itu biasanya dilaksanakan oleh manajer audit atau anggota senior lainnya dari tim audit yang mempunyai pengalaman yang luas sebagai klien.
Dalam menyelesaikan audit, auditor seringkali menghadapi kendala waktu yang ketat, terutama ketika klien berusaha mendapatkan tanggal yang paling cepat untuk penerbitan laporan audit.Meskipun waktu bukan merupakan mitra bagi auditor, namun auditor harus memanfaatkan waktu tersebut untuk membuat pertimbangan profesional yang baik dan menyatakan pendapat yang tepat dalam situasi bersangkutan. Untuk tujuan pembahasan, tanggung jawab auditor dalam meyelesaikan audit dibagi menjadi empat kategori berikut: (1) menelaah kewajiban kontijensi (bersyarat), (2) menelaah peristiwa kemudian, (3) pengumpulan bahan bukti akhir, dan (4) mengevaluasi hasil. Selain itu akan dibahas pula komunikasi dengan komite audit dan manajemen.
Setelah menjelaskan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam penyelesaian audit, kemudian harus diberikan pertimbangan pada tanggung jawab auditor setelah audit.Tanggung jawab ini berkaitan dengan peristiwa yang terjadi sesudah tanggal laporan audit.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Menelaah Kewajiban Kontijensi dan Komitmen
Kewajiban kontijensi atau yang dikenal sebagai kewajiban bersyarat merupakan potensi utang di masa depan kepada pihak luar atas jumlah yang belum dapat ditentukan yang dihasilkan dari aktivitas yang telah dilakukan. Terdapat tiga kondisi yang diperlukan atas munculnya kewajiban kontijensi, yaitu:
1.      Terdapat potensi pembayaran di masa mendatang kepada pihak luar atau penurunan nilai asset yang dihasilkan dari kondisi sekarang.
2.      Terdapat ketidakpastian jumlah pembayaran atau penurunan nilai di masa mendatang.
3.      Hasilnya akan diperoleh dari kejadian di masa mendatang.

Ketidakpastian atas pembayaran di masa mendatang dapat bervariasi dari sangat mungkin terjadi sampai kemungkinan besar tidak terjadi.Adapun menurut PSAK 57 dijelaskan tiga tingkatan kemungkinan keterjadian dan perlakuan atas laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai standard evaluasi dalam mempertimbangkan dan melakukan penilaian secara profesional bagi auditor terhadap kondisi pelaporan klien.

Tabel 2.1 Kemungkinan Keterjadian dan Perlakuan Laporan Keuangan
Kemungkinan keterjadian peristiwa
Perlakuan laporan keuangan
Remote (kecil kemungkinan)
Tidak diperlukan pengungkapan
Reasonably possible (lebih besar dari remote tapi lebih kecil dari probable)
Diperlukan pengungkapan catatan kaki
Probable (mungkin terjadi)
-          Jika jumlah dapat diestimasi secara masuk akal, maka akun-akun laporan keuangan disesuaikan.
-          Jika jumlah tidak dapat diestimasi secara masuk akal, maka diperlukan pengungkapan catatan.

Beberapa kewajiban kontijensi yang merupakan kepentingan utama auditor, ialah:
a)      Tuntutan tertunda (pending) untuk pelanggaran paten, kewajiban produk, atau tindakan lainnya;
b)      Perselisihan mengenai pajak penghasilan;
c)      Garansi produk;
d)     Diskonto wesel tagih;
e)      Jaminan atas kewajiban pihak lain;
f)       Saldo tak terpakai dari perjanjian kredit (letter of credit) yang beredar.
Standar audit mensyaratkan bahwa manajemen, bukan auditor,bertanggung jawab atas identifikasi dan penetuan perlakuan akuntansi yang tepat untuk kewajiban kontinjensi dan pada dasarnya dalam pengungkapan atas kontijensi dapat dilakukan atas kerjasama pihak manajemen dengan auditor.Tujuan utama auditor dalam melakukan verifikasi kewajiban kontijensi adalah:
1)      Mengevaluasi perlakuan akuntansi atas kewajiban kontinjensi yang diketahui untuk menentukan apakah manajemen telah mengklasifikasikan kontijensi dengan benar (tujuan penyajian dan pengungkapan untuk klasifikasi).
2)      Mengidentifikasi praktek kontinjensi yang belum diidentifikasi manajemen (tujuan penyajian dan pengungkapan untuk kelengkapan).

Komitmen sangat berkaitan erat dengan kewajiban kontinjensi. Komitmen meliputi hal-hal seperti perjanjian untuk membeli bahan baku atau melakukan sewa guna usaha suatu fasilitas pada harga tertentu dan penjualan barang dagangan pada harga yang sudah ditentukan. Karakteristik dalam komitmen yaitu perusahaan setuju berada dalam kondisi tertentu di masa mendatang, tanpa memperhatikan apa yang terjadi dengan laba perusahaan atau perekonomian keseluruhan. Perusahaan biasanya menjelaskan seluruh komitmen, baik dalam penjelasan tambahan terpisah maupun digabungkan, dengan sebuah catatan mengenai kontinjensi.

Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi
Langkah pertama dalam melakukan audit kontijensi adalah menentukan apakah terdapat kontijensi (tujuan penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti pada kenyataannya, lebih sulit menemukan transaksi yang tidak tercatat daripada melakukan verifikasi atas informasi yang tercatat. Saat auditor mengetahui terjadi kontijensi, mereka akan melakukan evaluasi Materialitas dan Pengungkapan Penjelasan Tambahan. Berikut adalah prosedur audit yang biasa digunakan oleh para auditor dalam mengaudit kewajiban kontijensi:
1.      Melakukan tanya-jawab dengan pihak manajemen (langsung/tertulis) tentang tercatatnya kontijensi.
2.      Menelaah laporan agen penerimaan internal pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya atas penentuan pajak penghasilan.
3.      Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi tuntutan hukum atau kontijensi lainnya.
4.      Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan pernyataan dari penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontijensi.
5.      Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontijensi
6.      Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan terjadinya kontijensi.
7.      Memeriksa letter of credit yang berlaku pada tangal neraca dan memperoleh konfirmasi untuk saldo yang digunakan dan tidak digunakan.

Evaluasi Kewajiban Kontijensi yang telah Diketahui
Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontijensi, maka mereka harus mengevaluasi signifikansi potensi utang dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan untuk memperoleh bukti atas keterjadian atas hak dan kewajiban dalam tujuan penyajian dan pengungkapan.Untuk kontijensi yang membutuhkan pengungkapan, auditor juga menelaah konsep penjelasan tambahan untuk memastikan bahwa informasi yang diungkapkan dapat dipahami dan dinyatakan dengan wajar sesuai kondisi kontijensi.Dalam kondisi lain, pengungkapan mungkin tidak diperlukan jika kontijensi tersebut sifatnyalemah atau tidak material.

Prosedur Audit untuk Menemukan Komitmen
Penelitian untuk mencari komitmen yang belum diketahui biasanya dilakukan sebagai bagian dari audit atas masing-masing area audit. Misalkandalam melakukan verifikasi penjualan, auditor seharusnya waspada atas adanya komitmen penjualan.

Tanya Jawab dengan Pengacara Klien
Tanya jawab dengan pengacara klien merupakan prosedur utama yang diandalkan auditordalam mengevaluasi proses hukum yang ada atau tuntutan lain atas klien danmengindentifikasikan bila ada masalah lainnya. Beberapa tahun terakhir pengacara engganmemberikan informasi kepada auditor sehubungan dengan kewajiban mereka untuk menjagakerahasiaan informasi klien. Jenis-jenis penolakan pengacara dalam memberikan informasikepada auditor mengenai kewajiban kontijensi kliennya dapat dibagi menjadi dua hal:
1.         Pengacara tidak mau menanggapi karena tidak memahami kewajiban kontijensi.
2.         Pengacara tidak mau mengungkapkan informasi karena sifatnya rahasia.
Jika pengacara tidak mau memberikan informasi kepada auditor mengenai tuntutan hukumyang ada secara material (klaim yang sudah diajukan/asserted claim) atau klaim yang diajukan,maka auditor harus memodifikasikan laporan audit agar dapat menggambarkan kurangnya buktiyang tersedia (pembatasan ruang lingkup yang mensyaratkan adanya kualifikasi atau punpenolakan pemberian opini). Hal ini dalam PSA 74 (SA 337) akan mensyaratkan manajemenuntuk memberikan izin kepada pengacaranya agar menginformasikan adanya kewajibankontijensi kepada auditor dan mendorong pengacara untuk bekerja sama dengan auditor dalammemperoleh informasi kontijensi.

2.2. Menelaah Peristiwa Kemudian
Telaah peristiwa kemudian atau kejadian setelah tanggal neraca harus dilakukan auditor untuk menelaah transaksi dan kejadian yang muncul setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah terdapat transaksi atau kejadian yang mempengaruhi penyajian dan pengungkapan pada laporan periode berjalan.Prosedur audit ini disyaratkan di PSA 46 (SA 560).Tanggung jawab auditor atas telaah kejadian setelah tanggal neraca biasanya terbatas pada periode awal, yaitu pada tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan auditor. Oleh karena tanggal laporan auditor merupakan saat penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien, maka telaah kejadian setelah tanggal neraca harus diselesaikan mendekati akhir audit.
Tanggal neraca                            Tanggal laporan audit             Tanggal penerbitan


31-12-07                                               11-03-08                              26-03-08
Gambar 1.Periode yang dicakup oleh penelaahan peristiwa kemudian.

Dari gambar di atas, auditor bertanggung jawab untuk menelaah kejadian setelah tanggal neraca yang terjadi antara 31-12-07 dan 11-03-08, tetapi tidak melebihi tanggal laporan audit. Kebanyakan proses audit pada kejadian setelah tanggal neraca dilakukan mendekati tanggal laporan audit.

Jenis-Jenis Kejadian Setelah Tanggal Neraca
Ada dua kejadian yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dan dievaluasi oleh auditor yaitu:
1.    Kejadian yang berdampak langsung pada Laporan Keuangan dan membutuhkan penyesuaian.
Beberapa kejadian setelah tanggal neraca memberikan informasi tambahan kepada manajemen agar dapat menentukan penyajian dan pengungkapan yang wajar atas saldo akun pada tanggal neraca.Informasi ini membantu auditor dalam melakukan verifikasi saldo. Kejadian setelah tanggal neraca seperti berikut ini, memerlukan penyesuaian atas saldo akun pada laporan keuangan tahun berjalan jika jumlahnya material:
a)      Pernyataan kebangkrutan oleh pelanggan atas saldo piutang dagang yang beredar karena kondisi keuangan pelanggan memburuk.
b)      Penetapan proses litigasi pada nilai yang berbeda dengan nilai yang ditetapkan pada pembukuan.
c)      Penghentian aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pada nilai di bawah nilai buku.
d)     Penjualan investasi pada harga di bawah harga perolehan.
Saat kejadian setelah tanggal neraca digunakan untuk mengevaluasi jumlah yang dimasukkan dalam laporan keuangan akhir tahun, auditor harus memisahkan antara kondisi pada tanggal neraca dan kondisi setelah akhir tahun.Informasi setelah tanggal neraca tidak boleh dimasukkan dalam laporan jika keadaan yang menyebabkan perubahan nilai terjadi setelah akhir tahun.

2. Kejadian yang tidak berdampak langsung pada Laporan Keuangan, tetapi memerlukan pengungkapan.
Kejadian ini memberikan kondisi yang tidak terjadi pada tanggal neraca yang dilaporkan, tetapi tidak signifikan namun tetap memerlukan pengungkapan meskipun tidak memerlukan penyesuaian akun.Akun ini biasanya diungkapkan dengan penjelasan tambahan, tetapi terkadang bisa cukup signifikan sehingga memerlukan pengungkapan pada laporan keuangan tambahan (supplemental financial statements) yang memasukkan dampak kejadian seolah-olah kejadian tersebut muncul pada tanggal neraca.
Kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca yang memerlukan pengungkapan, bukan hanya penyesuaian dalam laporan keuangan, meliputi:
a)      Penurunan nilai pasar atas sekuritas milik perusahaan untuk investasi sementara atau akan dijual kembali
b)      Penerbitan obligasi atau sekuritas ekuitas
c)      Penurunan nilai pasar atas persediaan sebagai dampak dari tindakan pemerintah yang membatasi penjualan produk
d)     Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran
e)      Penggabungan usaha atau akuisisi.
Auditor perusahaan publik dapat juga mengidentifikasi kejadian yang berhubungan dengan pengendalian internal atas laporan keuangan yang muncul setelah tanggal neraca.Jika auditor menentukan bahwa kejadian setelah tanggal neraca ini berdampak material pada pengendalian internal atas laporan keuangan perusahaan, maka laporan auditor harus memasukkan paragraph penjelasan, baik yang menjelaskan kejadian dan dampaknya atau pun yang langsung mengarahkan pembaca kepada pengungkapan laporan manajemen dalam pengendalian internal berikut dampaknya.

Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah kejadian setelah tanggal neraca terbagi dalam dua kategori yaitu:
  1. Prosedur yang biasanya terintegrasi sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir tahun.
Kategori ini meliputi pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai bagiandari pengujian perincian saldo.Misalnya auditor memeriksa transaksi penjualan danpembelian setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah pisah batasnya akurat.Auditor juga menguji tertagihnya piutang dagang dengan menelaah penerimaan kasperiode setelah tanggal neraca untuk mengevaluasi penilaian cadangan kerugian piutangtidak tertagih.

2. Proseduryang Dilakukan Khususnya untuk Menemukan Kejadian atau Transaksi yang harus Diakui sebagai Kejadian setelah Tanggal Neraca.
Kategori pengujian kedua adalah pengujian yang khusus menyediakan informasi untuk menguji saldo akun tahun berjalan atau penjelasan tambahan sebagai pengujian kelengkapan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan. Pengujian tersebut meliputi:
a)      Tanya Jawab dengan Manajemen
Tanya jawab dengan pihak manajemen mengenai kejadian setelah tanggal neraca harus dilakukan dengan pihak klien yang tepat untuk mendapatkan jawaban yang memadai.Tanya jawab biasanya bervariasi pada masing-masing klien, tetapi biasanya ditujukanuntuk menemukan kewajiban kontijensi atau komitmen, perubahan signifikan atas atau struktur modal perusahaan, status bagian-bagian yang belum diketahui denganpasti pada tanggal neraca, dan penyesuaian tidak lazim yang dilakukan setelah tanggalneraca. Auditor perusahaan publik juga harus memasukkan tanya jawab mengenaiperubahan pengendalian internal atas laporan keuangan yang dilakukan setelah akhirperiode fiskal.

b)      Koresondensi dengan Pengacara.
Auditor berkorespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari pencarian kewajiban kontijensi. Auditor biasanya meminta pengacara untuk memberikan tanggal dan mengirimkan surat pada tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan untuk memenuhi kewajiban auditor atas kejadian setelah tanggal neraca.

c)      Telaah atas Laporan Internal yang Dibuat setelah Tanggal Neraca.
Dalam menelaah laporan internal, auditor harus menekankan perubahan pada bisnis perusahaan yang dibandingkan dengan hasilnya untuk periode audit dan perubahan setelah akhir tahun.Mereka harus berhati-hati atas perubahan besar yang terjadi dalam bisnis atau lingkunganr dimana klien beroperasi. Auditor harus membahas laporan intern dengan manajemen untuk menentukan apakah laporan itu dibuat dengan dasar yang sama dengan laporan periode berjalan dan melakukan tanya jawab mengenai perubahan signifikan atas hasil operasinya.

d)     Telaah atas Pencatatan yang Dibuat setelah Tanggal Neraca.
Auditor harus menelaah jurnal dan buku besar untuk menentukan keberadaan dan sifat dari transaksi signifikan yang berhubungan dengan tahun berjalan. Jika jurnal tidak selalu terbarui, maka auditor harus menelaah dokumen yang akan digunakan untuk menyusun jurnal tersebut.
e)      Pemeriksaan Notulensi Pertemuan Dewan Direksi setelah Tanggal Neraca.
Auditor harus memeriksa notulensi pertemuan pemegang saham dan pertemuan direksi atas kejadian-kejadian setelah tanggal neraca yang memengaruhi pelaporan periode berjalan.
f)       Permintaan Surat Representasi.
Surat representasi dibuat oleh manajemen klien kepada auditor yang menyatakan adanya perbedaan hal-hal selama masa audit, termasuk pembahasan mengenai kejadian setelah tanggal neraca.Surat ini harus dibuat dan mencakup hal-hal lain yang penting.

Penetapan Tanggal Ganda
Biasanya auditor menentukan bahwa kejadian setelah tanggal neraca yang memengaruhi laporan keuangan periode berjalan terjadi setelah pekerjaan lapangan selesai, tetapi sebelum laporan audit diterbitkan. Misal jika klien audit membeli perusahaan lain setelah hari terakhir pekerjaan lapangan. Dengan mengasumsikan bahwa pembelian terjadi pada 23 Maret, sedangkan hari terakhir pekerjaan lapangan adalah 11 Maret.Dalam situasi ini, PSA 43 (SA 530) mensyarakatkan auditor untuk memperluas pengujian audit pada kejadian setelah tanggal neraca yang baru ditemukan untuk memastikan hal itu sudah diungkapkan. Auditor memiliki dua pilihan atas perluasan pengujian kejadian setelah tanggal neraca, yaitu:
  1. Memperluas seluruh kejadian setelah tanggal neraca ke batas tanggal yang baru.
  2. Membatasi telaah kejadian setelah tanggal neraca sehubungan dengan kejadian baru setelah tanggal neraca.

2.3.  Pengumpulan Bahan Bukti Akhir
Auditor mempunyai sedikit tanggung jawab akumulasi akhir yang dapat diterapkan untuk seluruh siklus lain disamping penelitian atas kewajiban kontijensi dan menelaah peristiwa kemudian. Pengumpulan bukti akhir dapat dilakukan melalui 5 jenis berikut, diantaranya:
1.    Melakukan Prosedur Analitis Akhir
Prosedur analitis yang dilakukan selama penyelesaian audit berguna sebagai telaah akhiratas salah saji material atau masalah keuangan yang tidak disebutkan selama pengujiandan membantu auditor dalam memberikan pandangan objektif atas laporan keuangan.Saat melakukan prosedur analitis selama tahap telaah akhir, yang disyaratkan dalamstandar audit, rekanan biasanya membaca laporan keuangan, termasuk penjelasantambahan dan mempertimbangkan hal berikut:
1)      Kecukupan bukti yang dikumpulkan atas saldo akun yang tidak lazim atau tidak diharapkan atau hubungan yang teridentifikasi selama perencanaan atau selama pelaksanaan audit.
2)      Saldo akun yang tidak lazim atau tidak diharapkan atau hubungan yang tidak teridentifikasi sebelumnya.
Hasil dari prosedur analitis akhir bisa jadi mengindikasikan bahwa bukti audit tambahan dibutuhkan.

2.    Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan Usaha
PSA 30 (SA 341) mensyaratkan auditor untuk mengevaluasi bila ada keraguan yangsubstansial mengenai kemampuan klien dalam melanjutkan usaha, setidaknya dalam waktusatu tahun atau lebih setelah tanggal neraca.Auditor membuat penilaian pada awalnya sebagai bagian dari perencanaan, tetapi bisa saja mengubah hasil penilaian bila ada informasi baru. Misalnya, penilaian awal atas kelangsungan usaha akan direvisi bila ada temuan auditor selama masa audit bahwa perusahaan tidak dapat membayar utang, kehilangan konsumen utama, atau memutuskan untuk menjual aset penting untuk membayar utang. Auditor menggunakan prosedur analitis, mendiskusikan dengan manajemen mengenai kemungkinan adanya kesulitan keuangan, dan mengumpulkan informasi mengenai bisnis klien selama masa audit agar dapat memberikan penilaian terhadap kemungkinan kesulitan keuangan pada tahun depan.
Penilaian akhir atas kelangsungan usaha entitasdipertimbangkan setelah seluruh bukti dikumpulkan dan rencana penyesuaian audit diajukan kedalam laporan keuangan. Saat auditor menetapkan asumsi kelangsungan usaha, mereka harus mengevaluasi rencana manajemen dalam menghindari kebangkrutandan mengevaluasi kelayakan dalam realisasi rencana tersebut.

3.    Memperoleh Surat Representasi Manajemen
PSA 17 (SA 333) mensyaratkan auditor untuk memperoleh surat representasi yangmendokumentasikan representasi penting bagi manajemen yang dibuat selama audit.Penolakan klien untuk membuat dan menandatangani surat tersebut berakibat padamunculnya opini dengan pengecualian atau tidak ada opini. Ada tiga tujuan surat representasi klien tersebut, yaitu:
1)      Menekankan kepada manajemen bahwa mereka bertanggung jawab atas penilaian laporan keuangan. Manajemen mudah melupakan tanggung jawab mereka atas penyajian laporan keuangan yang wajar, terutama untuk perusahaan kecil yang personelnya kurang memahami akuntansi.
2)      Mengingatkan manajemen atas potensi salah saji atau hal yang tidak dimasukkan dalam laporan keuangan. Misalnya, jika surat representasi memasukkan referensi aset yang dijaminkan atau kewajiban kontijensi, maka manajemen yang jujur akan diingatkan atas kesalahan tak disengaja terhadap pengungkapan laporan keuangan secara memadai, yang akan membantu memenuhi kelengkapan tujuan penyajian dan pengungkapan. Untuk memenuhi tujuan ini, surat representasi harus memuat perincian secara memadai untuk mengingatkan manajemen.
3)      Mendokumentasikan jawaban dari manajemen atas tanya jawab mengenai berbaagai spek dalam audit. Dokumen ini dibuat tertulis dan memuat perihal ketidaksetujuan atu tuntutan hukum antara auditor dengan klien. Oleh karena hal ini lebih formal dibandingkan dengan komunikasi langsung, maka surat representasi juga membantu mengurangi kesalahpahaman antara manajemen dan auditor.

SA 333 menyebutkan empat kategori penting yang perlu dimasukkan. Keempat kategori tersebut beserta contohnya, adalah sebagai berikut:
          i.          Laporan keuangan
a)      Pernyataan manajemen berisi pertanggungjawaban atas penyajian laporan keuangan yang wajar.
b)      Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
        ii.          Kelengkapan informasi
a)      Ketersediaan seluruh pencatatan akuntansi dan data terkait.
b)      Kelengkapan dan ketersediaan seluruh notulensi pertemuan pemegang saham, direktur, dan dewan direksi.
      iii.          Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
a)      Keyakinan manajemen bahwa dampak dari salah saji laporan keuangan yang tidak dikoreksi adalah tidak material bagi laporan keuangan keseluruhan.
b)      Informasi mengenai kecurangan meliputi (a) manajemen, (b) karyawan yang berperan penting dalam pengendalian internal, atau (c) lain-lain dimana kecurangan dapat berdampak material dalam laporan keuangan.
c)      Informasi mengenai transaksi pihak terkait dan jumlah piutang dan terutang dari dan kepada pihak terkait.
d)     Klaim yang belum diajukan atau penilaian dari pengacara klien memiliki asersi penting dan harus  diungkapkan sesuai PSAK No.57, Estimasi Utang, Kewajiban Kontijensi, dan Aset Bersyarat.
      iv.          Kejadian setelah tanggal neraca
a)      Kebangkrutan konsumen utama dengan piutang dagang berjumlah besar pada tanggal neraca.
b)      Penggabungan usaha atau akuisisi setelah tanggal neraca.



4.      Mempertimbangkan Informasi yang Menyertai Laporan Keuangan Dasar
Klien kadang-kadang memasukkan informasi tambahan di luar laporan keuangan dasar yang dibuat untuk manajemen atau pengguna laporan dari luar.PSA 36 (SA 351) merujuk pada informasi tambahan tersebut sebagai informasi yang menyertai laporan keuangan dasar dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor.Beberapa jenis informasi tambahan informasi, yaitu:
a)      laporan komparatif terinci yang mendukung keseluruhan pengendalian atas laporan keuangan utama atas akun harga pokok penjualan, beban operasi, dan aktiva rupa-rupa;
b)      tambahan informasi yang diwajibkan oleh FASB dan SEC;
c)      data statistik tahun lalu dalam bentuk rasio dan tren;
d)     skedul pertanggungan asuransi;
e)      komentar tertentu atas perubahan yang terjadi dalam laporan.
Auditor harus jelas memisahkan audit dan tanggung jawab pelaporan atas laporan keuangan utama dan untuk informasi tambahan. Biasanya, auditor tidak melakukan audit terperinci yang memadai untuk menyesuaikan opini atas informasi tambahan, tetapi dalam kondisi tertentu auditor dapat saja mengandalkan bahwa informasi tersebut disajikan dengan wajar.Standar pelaporan profesi mensyaratkan auditor untuk membuat pernyataan yang jelas mengenai tingkat tanggung jawab yang diambil atas informasi tambahan ini. Dua jenis opini yang diperbolehkan: opini positif yang mengindikasikan tingkat kepastian tinggi atau tidak memberikan pendapat yang mengindikasikan tidak ada kepastian.
Saat auditor menerbitkan opini atas informasi tambahan yang menyertai laporan keuangan, materialitasnya sama dengan yang digunakan dalam membuat opini terhadap laporan keuangan dasar. Akibatnya, prosedur tambahan yang diperlukan tidak seluas saat auditor menerbitkan opini atas informasi yang diambilnya sendiri, seperti atas laporan akun atau bagian tertentu. Auditor memberikan tambahan kata-kata pada laporan standar auditor  saat menyatakan opini untuk tambahan informasi, seperti contoh berikut:
Audit kami dilakukan dengan membentuk opini atas laporan keuangan dasar secara keseluruhan.Informasi yang menyertai pada halaman x sampai y disajikan sebagai analisis tambahan dan bukan bagian penting dalam laporan keuangan dasar. Informasi ini ditujukan untuk memenuhi prosedur audit yang diterapkan pada audit laporan keuangan dasar dan dalam opini kami, disajikan dengan wajar dalam segala hal yang sifatnya material sehubungan dengan laporan keuangan dasar secara keseluruhan.

5.      Membaca Informasi Lain Dalam laporan Tahunan
PSA 44 (SA 550) mensyaratkan auditor untuk membaca informasi lain yang dimasukkan dalam laporan tahunan mengenai laporan keuangan. Misalnya, asumsikan bahwa surat direktur dalam laporan tahunan menyebutkan kenaikan laba per lembar saham dari Rp.2.600 menjadi Rp.2.930. Auditor diminta untuk membandingkan informasi tersebut dengan laporan keuangan atas kesesuaiannya.
SA 550 hanya menyebutkan informasi yang bukan bagian dari laporan keuangan, tetapi dipublikasikan bersama dengan laporan ini. Misalnya, surat direktur dan penjelasan atas aktivitas perusahaan yang dimasukkan dalam laporan tahunan untuk hampir sekuruh perusahaan publik. Auditor biasanya hanya menghabiskan waktu beberapa menit untuk memastikan bahwa informasi non-laporan keuangan konsisten dengan laporannya. Jika auditor menyimpulkan bahwa ada ketidakkonsistenan yang material, maka ia harus meminta klien untuk mengubah informasi tersebut. Jika klien menolak, dan hal ini tidak biasa, maka auditor akan memasukkan paragraf penjelasan dalam laporan audit atau mengundurkan diri.

2.4.  Mengevaluasi Hasil
Setelah melaksanakan seluruh prosedur audit dalam setiap area audit, termasuk telaah untuk kontinjensi dan kejadian setelah tanggal neraca serta akumulasi bukti akhir, auditor harus mengintergrasikan hasil tersebut kedalam satu kesimpulan keseluruhan mengenai laporan keuangan. Pada akhirnya, auditor harus memutuskan apakah bukti audit sudah memadai dan tepat untuk diakumulasikan untuk menjamin kesimpoulan bahwa laporan keuanga disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, dan diaplikasikan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
Evaluasi akhir atas kecukupan bahan bukti adalah berupa penelaahan oleh auditor atas seluruh audit untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah cukup diuji setelah mempertimbangkan situasi penugasan. Langkah utama dalam proses ini adalah penelaahan program audit untuk meyakinkan bahwa seluruh bagian telah secara akurat diselesaikan dan didokumentasikan dan bahwa seluruh tujuan audit dipenuhi. Kelima aspek dalam evaluasi hasil, yaitu:
1)        Bukti yang tepat dan memadai.
Untuk membuat evaluasi akhir apakah bukti sudah diakumulasikan dengan tepat dan memadai, auditor menelaah dokumentasi atas audit keseluruhan untuk menentukan apakah seluruh hal material dari transaksi, akun dan pengungkapan sudah diuji secara memadai, dengan mempertimbangkan seluruh kondisi audit. Bagian penting dalam telaah adalah memastikan bahwa seluruh bagian dari program audit dilengkapi dengan akurat dan didokumentasikandan seluruh tujuan audit terpenuhi.
Untuk membantu dalam memutuskan apakah audit sudah memadai, auditor sering menggunakan daftar periksa (checklist) penyelesaian penugasan, sebagai pengingat bila ada aspek audit yang terlewatkan.


Gambar 2.Daftar Penyelesaian Penugasan

Jika auditor memutuskan bahwa bukti yang memadai tidak terpenuhi dalam rangka memutuskan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, maka mereka memiliki dua pilihan: (1) mengakumulasikan bukti tambahan atau (2) menerbitkan opini dengan pengecualian atau tidak memberikan opini.

2)        Bukti pendukung opini auditor.
Bagian penting dari evaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar adalah mengikhtisarkan salah saji yang ditemukan dalam audit.Manakala auditor menemukan salah saji yang material, neraca saldo harus disesuaikan untuk mengkoreksi laporan keuangan.Auditor dapat mencatat jejak kekeliruan dan menggabungkannya dalam berbagai cara yang berbeda, tetapi kebanyakan auditor menggunakan Skedul Audit Salah-Saji yang Tidak Disesuaikan atau Ikhtisar Salah-Saji yang mungkin.

 

Gambar 3.Skedul Audit Kesalahan yang Belum Disesuaikan

Jika auditor percaya bahwa terdapat kecukupan bahan bukti tetapi tidak menjamin kesimpulan mengenai penyajian laporan keuangan yang wajar, auditor sekali lagi mempunyai dua pilihan: laporan harus direvisi hingga auditor puas atau memberikan pendapat wajar tanpa syarat atau menolak untuk memberikan pendapat harus diterbtikan. Perhatikan bahwa pilihan disini berbeda dengan yang dibahas dalam kasus ketidakcukupan bahan bukti yang diperoleh.

3)        Pengungkapan laporan keuangan.
Sebelum menyelesesaikan audit, auditor harus membuat evaluasi akhir apakah pengungkapan laporan keuangan sudah memenuhi seluruh tujuan penyajian dan pengungkapan.
Sebagai bagian dari telaah akhir dalam pengungkapan laporan keuangan, banyak KAP mensyaratkan adanya penyelesaian daftar pengungkapan laporan keungan untuk setiap audit. Kuesioner ini didesain untuk mengingatkan auditor tentang masalah yang biasanya muncul dalam laporan keuangan dan memfasilitasi telaah akhir untuk keseluruhan audit oleh seorang rekanan independen.

 
Gambar 4.Daftar Pengungkapan Laporan Keuangan: Properti, Bangunan pabrik dan Peralatan

4)    Telaah dokumentasi audit
Ada tiga alasan mengapa staf firma audit yang berpengalaman harus menelaah dokumentasi audit pada saat penyelesaian audit:
a.       Untuk mengevalusi kinerja karyawan yang belum berpengalaman.
Bagian yang perlu dipertimbangkan dari kebanyakan audit dilaksanakan oleh staf audit dengan pengalaman kurang dari empat atau lima tahun.
b.      Memastikan bahwa proses audit memenuhi standar kinerja.
Dalam setiap organisasi kualitas kinerja individu sangat bervariasi, tetapi penelaahan yang seksama oleh staf tingkat atas dalam perusahaan membantu mempertahankan kualitas audit yang seragam.
c.       Menghilangkan kerancuan yang sering muncul dalam penilaian auditor.
Auditor dapat berusaha agar senantiasa objektif dalam seluruh audit, tetapi mudah untuk kehilangan perspektif yang memadai dalam audit yang panjang jika terdapat masalah kompleks yang ingin dipecahkan.\
5)    Telaah independen
Pada saat penyelesaian audit yang lebih besar, biasanya terdapat telaah untuk laporan keuangan dan keseluruhan berkas audit oleh penelaah independen yang ridak terlibat dalam audit, tetapi merupakan staf kantor akuntan yang juga melakukan audit. Telaah independen diisyaratkan oleh SEC termasuk telaah atas informasi keuangan interim dan audit pengendalian internal.Penelaah ini menempati posisi penting untuk memastikanbahwa audit sudah dilakukan dengan memadai. Tim audit harus dapat menjustifikasi buktiyang diakumulasi dan kesimpulan yang diambil berdasarkan kondisi pada saat auditdilakukan.

6)    Ringkasan evaluasi bukti
Auditor mengevaluasi kecukupan dan kelayakan bukti pada saat mengevaluasi risiko audit, berdasarkan akun dan siklus, dan kemudian membuat evaluasi yang sama untuk laporan keuangan keseluruhan. Auditor juga mengevaluasi bukti pendukung atas opini audit dengan mengestimasi salah saji dalam setiap akun dan kemudian untuk laporan keuangan keseluruhan. Evaluasi risiko audit dan estimasi salah saji dibuat pada waktu bersamaan dan berdasarkan evaluasi tersebut, laporan audit diterbitkan untuk laporan keuangan.
Gambar 5.
  
 



Penerbitan Laporan Audit
Auditor harus menunggu untuk menentukan laporan audit untuk di audit hingga seluruh bukti diakumulasi dan dievaluasi. Hal tersebut dilakukan karena laporan audit merupakan satu-satunya yang dilihat oleh sebagian besar pengguna dari keseluruhan proses audit dan konsekuensi dari penerbitan laporan audit yang tidak benar sangat besar.
Sebagian besar auditor dalam mengaudit menerbitkan laporan standar tanpa pengecualian dengan kata-kata baku. KAP biasanya memiliki bentuk baku laporan audit dan hanya di ganti nama klien, judul laporan keuangan, dan tanggalnya. Apabila KAP memutuskan bahwa laporan standar tanpa pengecualian tidak memadai, maka pembahasan lebih lanjut dilakukan antara rekanan dalam KAP dan juga klien. KAP memiliki manual laporan audit komprehensif yang membantu mereka dalam memilih kata-kata yang tepat dalam laporan jika diperlukan oleh auditor

2.5.  Komunikasi Dengan Komite Audit dan Manajemen
Setelah audit diselesaikan terdapat beberapa hal yang perlu disampaikan auditor kepada komiteaudit dan pihak yang berkaitan dengan tata kelola, diantaranya:
1)      Pembahasan Tentang Kecurangan dan Tindakan Ilegal
PSA 32 (SA 316) dan PSA 31 (SA 317) mensyaratkan auditor untuk menyampaikan seluruh kecurangan dan tindakan illegal kepada komite audit dan kelompok lain yang sejenis, meskipun tidak material. Tujuannya adalah untuk membantu komite audit dalam melakukan tugas pengawasan atas laporan keuangan.
2)      Pembahasan Tentang Kurangnya Pengendalian Internal
Auditor harus menyampaikan perihal kurangnya pengendalian internal dan kelemahan material dalam desain atas pengoperasian pengendalian internal secara tertulis kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.Untuk perusahaan yang lebih besar, hal tersebut disampaikan kepada komite audit dan dalam perusahaan yang lebih kecl, dapat dilakukan kepada pemilik perusahaan atau manajemen senior.
3)      Pembahasan Hal Lainnya Kepada Komite Audit
PSA 48 (SA 380) mensyaratkan auditor untuk menyampaikan informasi tambahan yang diperoleh selama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, biasanya adalah komite audit. Tujuan dari penyampaian ini adalah agar komite audit dan pihak lain yang bertanggung jawab atas tata kelola mengetahui tentang informasi penting dan relevan mengenai proses laporan keuangan dan memberikan kesempatan kepada komite audit untuk membahas hal-hal penting dengan auditor.
4)      Surat Manajemen (Management Letter)
Surat manajemen ditujukan untuk menginformasikan kepada klien mengenai rekomendasi KAP (Kantor Akuntan Publik) guna meningkatkan bisnis klien.Rekomendasi biasanya berfokus pada efisiensi pengoperasian perusahaan. Kombinasi antara pengalaman auditor dalam berbagai area bisnis dan melalui pemahaman yang diperoleh dalam melakukan audit membuat auditor dapat memberikan pengarahan kepada manajemen.
Surat manajemen berbeda dengan surat yang melaporkan kurangnya pengendalian internal. Surat manajemen diperlukan karena adanya kekurangan signifikan atau kelemahan penting atas pengendalian internal dan harus mengikuti format yang diberikan dan dikirimkan sesuai dengan persyaratan standar audit.Surat manajemen merupakan suatu opsi dan ditujukan untuk membantu klien dalam mengoperasikan bisnisnya lebih efektif.

2.6. Tanggung Jawab setelah Audit
Tanggung jawab setelah audit mencakup pertimbangan atas:
1)      Peristiwa Kemudian yang Terjadi antara Tanggal dan Penerbitan Laporan Auditor
SAS 1 (AU 530), menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengajukan pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu ini guna menemukan peristiwa kemudian yang material. Auditor dapat menggunakan tanggal ganda dalam laporan audit. Tanggal ganda merupakan praktik yang paling umum karena member tanggal kembali atas keseluruhan laporan akan memperluas tanggung jawab auditor secara keseluruhan di luar penyelesaian pekerjaan lapangan

2)      Penemuan Fakta yang ada pada Tanggal Laporan
Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk menemukan fakta yang ada setelah audit pada tanggal laporan audit. Namun, SAS 1 (AU 561.04), menunjukkan bahwa jika (1) auditor menyadari adanya fakta tersebut dan (2) fakta itu mungkin mempengaruhi laporan yang telah dikeluarkan, maka auditor diwajibkan untuk memastikan reliabilitas informasi itu. Jika klien menolak untuk mengungkapkan fakta yang baru ditemukan, maka auditor harus member tahu setiap anggota dewan komisaris mengenai penolakan tersebut penyelidikan yang memuaskan, maka tanpa mengungkapkan informasi spesifik, auditor harus (1) menunjukkan tidak adanya kerjasama itu dan (2) menyatakan bahwa jika informasi itu benar, laporan audit tidak dapat lagi diandalkan.

3)      Penemuan Prosedur yang Dihilangkan
Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin bahwa orang-orang saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan prosedur yang dihilangkan atau prosedur alternative yang akan memberikan dasar yang memuaskan atas pendapatnya. Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan pendapat telah diperoleh dan bukti-bukti mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor tidak mempunyai tanggung jawab lagi. Tetapi, jika pelaksanaan prosedur yang dihilangkan mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal laporan sehingga akan mengubah pendapat yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus mengikuti prosedur pemberitahuan yang diuraikan dalam paragraph terakhir dari bagian terdahulu untuk mencegah ketergantungan selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang dihilangkan, maka auditor dapat berkonsultasi dengan pengacara untuk menentukan tindakan yang tepat.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tahap penyelesaian audit merupakan tahap yang penting untuk memastikan audit yang berkualitas. Dalam tahap ini, auditor menelaah kewajiban kontijensi dan peristiwa kemudian. Auditor juga mereview kecukupan bukti audit dan keputusan yang diambil untuk menentukan apakah hal itu mendukung pendapat audit. Kemudian auditor berkomunikasi dengan komite audit dan manajemen mengenai temuan yang penting dan persoalan lainnya.Setelah menjelaskan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam penyelesaian audit, kemudian harus diberikan pertimbangan pada tanggung jawab auditor setelah audit.Tanggung jawab ini berkaitan dengan peristiwa yang terjadi sesudah tanggal laporan audit.


DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A. and James K. Loebecke. 1996.Auditing: Pendekatan Terpadu, Buku Dua, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Boynton, C, William. 2003. Modern Auditing, Jilid 2.Jakarta: Penerbit Erlangga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar