BAB
I
PENDAHULUAN
Prosedur yang
dilaksanakan dalam penyelesaian audit mempunyai beberapa karakteristik yang
berbeda sebagai berikut: (1) prosedur itu tidak bersangkutan dengan siklus
transaksi atau akun-akun spesifik, (2) prosedur itu dilaksanakan sesudah
tanggal neraca, (3) prosedur itu melibatkan banyak pertimbangan subyektif oleh
auditor, dan (4) prosedur itu biasanya dilaksanakan oleh manajer audit atau
anggota senior lainnya dari tim audit yang mempunyai pengalaman yang luas
sebagai klien.
Dalam menyelesaikan
audit, auditor seringkali menghadapi kendala waktu yang ketat, terutama ketika
klien berusaha mendapatkan tanggal yang paling cepat untuk penerbitan laporan
audit.Meskipun waktu bukan merupakan mitra bagi auditor, namun auditor harus
memanfaatkan waktu tersebut untuk membuat pertimbangan profesional yang baik
dan menyatakan pendapat yang tepat dalam situasi bersangkutan. Untuk tujuan
pembahasan, tanggung jawab auditor dalam meyelesaikan audit dibagi menjadi
empat kategori berikut: (1) menelaah kewajiban kontijensi (bersyarat), (2)
menelaah peristiwa kemudian, (3) pengumpulan bahan bukti akhir, dan (4)
mengevaluasi hasil. Selain itu akan dibahas pula komunikasi dengan komite audit
dan manajemen.
Setelah menjelaskan
aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam penyelesaian audit, kemudian harus
diberikan pertimbangan pada tanggung jawab auditor setelah audit.Tanggung jawab
ini berkaitan dengan peristiwa yang terjadi sesudah tanggal laporan audit.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Menelaah Kewajiban Kontijensi dan Komitmen
Kewajiban kontijensi atau
yang dikenal sebagai kewajiban bersyarat merupakan potensi utang di masa depan
kepada pihak luar atas jumlah yang belum dapat ditentukan yang dihasilkan dari
aktivitas yang telah dilakukan. Terdapat tiga kondisi yang diperlukan atas
munculnya kewajiban kontijensi, yaitu:
1. Terdapat
potensi pembayaran di masa mendatang kepada pihak luar atau penurunan nilai
asset yang dihasilkan dari kondisi sekarang.
2. Terdapat
ketidakpastian jumlah pembayaran atau penurunan nilai di masa mendatang.
3. Hasilnya
akan diperoleh dari kejadian di masa mendatang.
Ketidakpastian
atas pembayaran di masa mendatang dapat bervariasi dari sangat mungkin terjadi
sampai kemungkinan besar tidak terjadi.Adapun menurut PSAK 57 dijelaskan tiga
tingkatan kemungkinan keterjadian dan perlakuan atas laporan keuangan yang
dapat digunakan sebagai standard evaluasi dalam mempertimbangkan dan melakukan
penilaian secara profesional bagi auditor terhadap kondisi pelaporan klien.
Tabel
2.1 Kemungkinan Keterjadian dan Perlakuan Laporan Keuangan
Kemungkinan keterjadian peristiwa
|
Perlakuan laporan keuangan
|
Remote (kecil kemungkinan)
|
Tidak diperlukan pengungkapan
|
Reasonably possible (lebih besar
dari remote tapi lebih kecil dari probable)
|
Diperlukan pengungkapan catatan
kaki
|
Probable (mungkin terjadi)
|
-
Jika
jumlah dapat diestimasi secara masuk akal, maka akun-akun laporan keuangan
disesuaikan.
-
Jika
jumlah tidak dapat diestimasi secara masuk akal, maka diperlukan pengungkapan
catatan.
|
Beberapa kewajiban
kontijensi yang merupakan kepentingan utama auditor, ialah:
a) Tuntutan
tertunda (pending) untuk pelanggaran paten, kewajiban produk, atau tindakan
lainnya;
b) Perselisihan
mengenai pajak penghasilan;
c) Garansi
produk;
d) Diskonto
wesel tagih;
e) Jaminan
atas kewajiban pihak lain;
f) Saldo
tak terpakai dari perjanjian kredit (letter
of credit) yang beredar.
Standar audit
mensyaratkan bahwa manajemen, bukan auditor,bertanggung jawab atas identifikasi
dan penetuan perlakuan akuntansi yang tepat untuk kewajiban kontinjensi dan
pada dasarnya dalam pengungkapan atas kontijensi dapat dilakukan atas kerjasama
pihak manajemen dengan auditor.Tujuan utama auditor dalam melakukan verifikasi
kewajiban kontijensi adalah:
1) Mengevaluasi
perlakuan akuntansi atas kewajiban kontinjensi yang diketahui untuk menentukan
apakah manajemen telah mengklasifikasikan kontijensi dengan benar (tujuan
penyajian dan pengungkapan untuk klasifikasi).
2) Mengidentifikasi
praktek kontinjensi yang belum diidentifikasi manajemen (tujuan penyajian dan
pengungkapan untuk kelengkapan).
Komitmen
sangat berkaitan erat dengan kewajiban kontinjensi. Komitmen meliputi hal-hal
seperti perjanjian untuk membeli bahan baku atau melakukan sewa guna usaha
suatu fasilitas pada harga tertentu dan penjualan barang dagangan pada harga
yang sudah ditentukan. Karakteristik dalam komitmen yaitu perusahaan setuju
berada dalam kondisi tertentu di masa mendatang, tanpa memperhatikan apa yang
terjadi dengan laba perusahaan atau perekonomian keseluruhan. Perusahaan
biasanya menjelaskan seluruh komitmen, baik dalam penjelasan tambahan terpisah
maupun digabungkan, dengan sebuah catatan mengenai kontinjensi.
Prosedur
Audit Untuk Menemukan Kontijensi
Langkah
pertama dalam melakukan audit kontijensi adalah menentukan apakah terdapat
kontijensi (tujuan penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti pada
kenyataannya, lebih sulit menemukan transaksi yang tidak tercatat daripada
melakukan verifikasi atas informasi yang tercatat. Saat auditor mengetahui
terjadi kontijensi, mereka akan melakukan evaluasi Materialitas dan
Pengungkapan Penjelasan Tambahan. Berikut adalah prosedur audit yang biasa
digunakan oleh para auditor dalam mengaudit kewajiban kontijensi:
1. Melakukan
tanya-jawab dengan pihak manajemen (langsung/tertulis) tentang tercatatnya
kontijensi.
2. Menelaah
laporan agen penerimaan internal pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya atas
penentuan pajak penghasilan.
3. Menelaah
notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi tuntutan
hukum atau kontijensi lainnya.
4. Menelaah
kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan pernyataan dari
penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontijensi.
5. Memperoleh
surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontijensi
6. Menelaah
dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan terjadinya
kontijensi.
7. Memeriksa
letter of credit yang berlaku pada
tangal neraca dan memperoleh konfirmasi untuk saldo yang digunakan dan tidak
digunakan.
Evaluasi
Kewajiban Kontijensi yang telah Diketahui
Jika
auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontijensi, maka mereka harus
mengevaluasi signifikansi potensi utang dan sifat pengungkapan yang diperlukan
dalam laporan keuangan untuk memperoleh bukti atas keterjadian atas hak dan
kewajiban dalam tujuan penyajian dan pengungkapan.Untuk kontijensi yang
membutuhkan pengungkapan, auditor juga menelaah konsep penjelasan tambahan
untuk memastikan bahwa informasi yang diungkapkan dapat dipahami dan dinyatakan
dengan wajar sesuai kondisi kontijensi.Dalam kondisi lain, pengungkapan mungkin
tidak diperlukan jika kontijensi tersebut sifatnyalemah atau tidak material.
Prosedur Audit untuk Menemukan
Komitmen
Penelitian
untuk mencari komitmen yang belum diketahui biasanya dilakukan sebagai bagian
dari audit atas masing-masing area audit. Misalkandalam melakukan verifikasi
penjualan, auditor seharusnya waspada atas adanya komitmen penjualan.
Tanya Jawab dengan Pengacara Klien
Tanya jawab dengan
pengacara klien merupakan prosedur utama yang diandalkan auditordalam
mengevaluasi proses hukum yang ada atau tuntutan lain atas klien
danmengindentifikasikan bila ada masalah lainnya. Beberapa tahun terakhir
pengacara engganmemberikan informasi kepada auditor sehubungan dengan kewajiban
mereka untuk menjagakerahasiaan informasi klien. Jenis-jenis penolakan
pengacara dalam memberikan informasikepada auditor mengenai kewajiban
kontijensi kliennya dapat dibagi menjadi dua hal:
1.
Pengacara tidak mau menanggapi karena
tidak memahami kewajiban kontijensi.
2.
Pengacara tidak mau mengungkapkan
informasi karena sifatnya rahasia.
Jika pengacara tidak
mau memberikan informasi kepada auditor mengenai tuntutan hukumyang ada secara
material (klaim yang sudah diajukan/asserted claim) atau klaim yang
diajukan,maka auditor harus memodifikasikan laporan audit agar dapat
menggambarkan kurangnya buktiyang tersedia (pembatasan ruang lingkup yang
mensyaratkan adanya kualifikasi atau punpenolakan pemberian opini). Hal ini
dalam PSA 74 (SA 337) akan mensyaratkan manajemenuntuk memberikan izin kepada
pengacaranya agar menginformasikan adanya kewajibankontijensi kepada auditor
dan mendorong pengacara untuk bekerja sama dengan auditor dalammemperoleh informasi
kontijensi.
2.2.
Menelaah Peristiwa Kemudian
Telaah peristiwa
kemudian atau kejadian setelah tanggal neraca harus dilakukan auditor untuk
menelaah transaksi dan kejadian yang muncul setelah tanggal neraca untuk
menentukan apakah terdapat transaksi atau kejadian yang mempengaruhi penyajian
dan pengungkapan pada laporan periode berjalan.Prosedur audit ini disyaratkan
di PSA 46 (SA 560).Tanggung jawab auditor atas telaah kejadian setelah tanggal
neraca biasanya terbatas pada periode awal, yaitu pada tanggal neraca dan
berakhir pada tanggal laporan auditor. Oleh karena tanggal laporan auditor
merupakan saat penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien, maka
telaah kejadian setelah tanggal neraca harus diselesaikan mendekati akhir
audit.
Tanggal neraca Tanggal laporan
audit Tanggal penerbitan
|
|
31-12-07 11-03-08 26-03-08
Gambar 1.Periode yang dicakup oleh
penelaahan peristiwa kemudian.
Dari gambar di atas,
auditor bertanggung jawab untuk menelaah kejadian setelah tanggal neraca yang
terjadi antara 31-12-07 dan 11-03-08, tetapi tidak melebihi tanggal laporan
audit. Kebanyakan proses audit pada kejadian setelah tanggal neraca dilakukan
mendekati tanggal laporan audit.
Jenis-Jenis
Kejadian Setelah Tanggal Neraca
Ada dua kejadian yang harus dipertimbangkan oleh manajemen
dan dievaluasi oleh auditor yaitu:
1. Kejadian yang berdampak langsung
pada Laporan Keuangan dan membutuhkan penyesuaian.
Beberapa kejadian setelah tanggal neraca memberikan
informasi tambahan kepada manajemen agar dapat menentukan penyajian dan
pengungkapan yang wajar atas saldo akun pada tanggal neraca.Informasi ini
membantu auditor dalam melakukan verifikasi saldo. Kejadian setelah tanggal
neraca seperti berikut ini, memerlukan penyesuaian atas saldo akun pada laporan
keuangan tahun berjalan jika jumlahnya material:
a) Pernyataan kebangkrutan oleh
pelanggan atas saldo piutang dagang yang beredar karena kondisi keuangan
pelanggan memburuk.
b) Penetapan proses litigasi pada nilai
yang berbeda dengan nilai yang ditetapkan pada pembukuan.
c) Penghentian aset tetap yang tidak
digunakan dalam operasi pada nilai di bawah nilai buku.
d) Penjualan investasi pada harga di
bawah harga perolehan.
Saat kejadian setelah tanggal neraca digunakan untuk
mengevaluasi jumlah yang dimasukkan dalam laporan keuangan akhir tahun, auditor
harus memisahkan antara kondisi pada tanggal neraca dan kondisi setelah akhir
tahun.Informasi setelah tanggal neraca tidak boleh dimasukkan dalam laporan
jika keadaan yang menyebabkan perubahan nilai terjadi setelah akhir tahun.
2.
Kejadian yang tidak berdampak langsung pada Laporan Keuangan, tetapi memerlukan
pengungkapan.
Kejadian ini memberikan kondisi yang tidak terjadi pada
tanggal neraca yang dilaporkan, tetapi tidak signifikan namun tetap memerlukan
pengungkapan meskipun tidak memerlukan penyesuaian akun.Akun ini biasanya
diungkapkan dengan penjelasan tambahan, tetapi terkadang bisa cukup signifikan
sehingga memerlukan pengungkapan pada laporan keuangan tambahan (supplemental
financial statements) yang memasukkan dampak kejadian seolah-olah kejadian
tersebut muncul pada tanggal neraca.
Kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca
yang memerlukan pengungkapan, bukan hanya penyesuaian dalam laporan keuangan,
meliputi:
a) Penurunan nilai pasar atas sekuritas
milik perusahaan untuk investasi sementara atau akan dijual kembali
b) Penerbitan obligasi atau sekuritas
ekuitas
c) Penurunan nilai pasar atas
persediaan sebagai dampak dari tindakan pemerintah yang membatasi penjualan
produk
d) Kerugian persediaan yang tidak
diasuransikan akibat kebakaran
e) Penggabungan usaha atau akuisisi.
Auditor perusahaan publik dapat juga mengidentifikasi
kejadian yang berhubungan dengan pengendalian internal atas laporan keuangan
yang muncul setelah tanggal neraca.Jika auditor menentukan bahwa kejadian
setelah tanggal neraca ini berdampak material pada pengendalian internal atas
laporan keuangan perusahaan, maka laporan auditor harus memasukkan paragraph
penjelasan, baik yang menjelaskan kejadian dan dampaknya atau pun yang langsung
mengarahkan pembaca kepada pengungkapan laporan manajemen dalam pengendalian
internal berikut dampaknya.
Pengujian Audit
Prosedur audit untuk
menelaah kejadian setelah tanggal neraca terbagi dalam dua kategori yaitu:
- Prosedur yang biasanya terintegrasi sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir tahun.
Kategori ini meliputi
pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai bagiandari pengujian
perincian saldo.Misalnya auditor memeriksa transaksi penjualan danpembelian setelah
tanggal neraca untuk menentukan apakah pisah batasnya akurat.Auditor juga
menguji tertagihnya piutang dagang dengan menelaah penerimaan kasperiode
setelah tanggal neraca untuk mengevaluasi penilaian cadangan kerugian
piutangtidak tertagih.
2. Proseduryang Dilakukan Khususnya untuk
Menemukan Kejadian atau Transaksi yang harus Diakui sebagai Kejadian setelah
Tanggal Neraca.
Kategori pengujian
kedua adalah pengujian yang khusus menyediakan informasi untuk menguji saldo
akun tahun berjalan atau penjelasan tambahan sebagai pengujian kelengkapan
untuk tujuan penyajian dan pengungkapan. Pengujian tersebut meliputi:
a) Tanya
Jawab dengan Manajemen
Tanya
jawab dengan pihak manajemen mengenai kejadian setelah tanggal neraca harus
dilakukan dengan pihak klien yang tepat untuk mendapatkan jawaban yang memadai.Tanya
jawab biasanya bervariasi pada masing-masing klien, tetapi biasanya
ditujukanuntuk menemukan kewajiban kontijensi atau komitmen, perubahan
signifikan atas atau struktur modal perusahaan, status bagian-bagian yang belum
diketahui denganpasti pada tanggal neraca, dan penyesuaian tidak lazim yang
dilakukan setelah tanggalneraca. Auditor perusahaan publik juga harus
memasukkan tanya jawab mengenaiperubahan pengendalian internal atas laporan
keuangan yang dilakukan setelah akhirperiode fiskal.
b) Koresondensi
dengan Pengacara.
Auditor
berkorespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari pencarian kewajiban
kontijensi. Auditor biasanya meminta pengacara untuk memberikan tanggal dan
mengirimkan surat pada tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan untuk memenuhi
kewajiban auditor atas kejadian setelah tanggal neraca.
c) Telaah
atas Laporan Internal yang Dibuat setelah Tanggal Neraca.
Dalam
menelaah laporan internal, auditor harus menekankan perubahan pada bisnis
perusahaan yang dibandingkan dengan hasilnya untuk periode audit dan perubahan
setelah akhir tahun.Mereka harus berhati-hati atas perubahan besar yang terjadi
dalam bisnis atau lingkunganr dimana klien beroperasi. Auditor harus membahas
laporan intern dengan manajemen untuk menentukan apakah laporan itu dibuat
dengan dasar yang sama dengan laporan periode berjalan dan melakukan tanya
jawab mengenai perubahan signifikan atas hasil operasinya.
d) Telaah
atas Pencatatan yang Dibuat setelah Tanggal Neraca.
Auditor
harus menelaah jurnal dan buku besar untuk menentukan keberadaan dan sifat dari
transaksi signifikan yang berhubungan dengan tahun berjalan. Jika jurnal tidak
selalu terbarui, maka auditor harus menelaah dokumen yang akan digunakan untuk
menyusun jurnal tersebut.
e) Pemeriksaan
Notulensi Pertemuan Dewan Direksi setelah Tanggal Neraca.
Auditor
harus memeriksa notulensi pertemuan pemegang saham dan pertemuan direksi atas
kejadian-kejadian setelah tanggal neraca yang memengaruhi pelaporan periode berjalan.
f) Permintaan
Surat Representasi.
Surat
representasi dibuat oleh manajemen klien kepada auditor yang menyatakan adanya
perbedaan hal-hal selama masa audit, termasuk pembahasan mengenai kejadian
setelah tanggal neraca.Surat ini harus dibuat dan mencakup hal-hal lain yang
penting.
Penetapan Tanggal Ganda
Biasanya auditor
menentukan bahwa kejadian setelah tanggal neraca yang memengaruhi laporan
keuangan periode berjalan terjadi setelah pekerjaan lapangan selesai, tetapi
sebelum laporan audit diterbitkan. Misal jika klien audit membeli perusahaan
lain setelah hari terakhir pekerjaan lapangan. Dengan mengasumsikan bahwa
pembelian terjadi pada 23 Maret, sedangkan hari terakhir pekerjaan lapangan
adalah 11 Maret.Dalam situasi ini, PSA 43 (SA 530) mensyarakatkan auditor untuk
memperluas pengujian audit pada kejadian setelah tanggal neraca yang baru
ditemukan untuk memastikan hal itu sudah diungkapkan. Auditor memiliki dua
pilihan atas perluasan pengujian kejadian setelah tanggal neraca, yaitu:
- Memperluas seluruh kejadian setelah tanggal neraca ke batas tanggal yang baru.
- Membatasi telaah kejadian setelah tanggal neraca sehubungan dengan kejadian baru setelah tanggal neraca.
2.3. Pengumpulan Bahan Bukti Akhir
Auditor mempunyai
sedikit tanggung jawab akumulasi akhir yang dapat diterapkan untuk seluruh
siklus lain disamping penelitian atas kewajiban kontijensi dan menelaah
peristiwa kemudian. Pengumpulan bukti akhir dapat dilakukan melalui 5 jenis
berikut, diantaranya:
1. Melakukan Prosedur Analitis Akhir
Prosedur analitis yang
dilakukan selama penyelesaian audit berguna sebagai telaah akhiratas salah saji
material atau masalah keuangan yang tidak disebutkan selama pengujiandan
membantu auditor dalam memberikan pandangan objektif atas laporan keuangan.Saat
melakukan prosedur analitis selama tahap telaah akhir, yang disyaratkan
dalamstandar audit, rekanan biasanya membaca laporan keuangan, termasuk
penjelasantambahan dan mempertimbangkan hal berikut:
1) Kecukupan
bukti yang dikumpulkan atas saldo akun yang tidak lazim atau tidak diharapkan
atau hubungan yang teridentifikasi selama perencanaan atau selama pelaksanaan
audit.
2) Saldo
akun yang tidak lazim atau tidak diharapkan atau hubungan yang tidak
teridentifikasi sebelumnya.
Hasil dari prosedur
analitis akhir bisa jadi mengindikasikan bahwa bukti audit tambahan dibutuhkan.
2. Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan
Usaha
PSA 30 (SA 341)
mensyaratkan auditor untuk mengevaluasi bila ada keraguan yangsubstansial
mengenai kemampuan klien dalam melanjutkan usaha, setidaknya dalam waktusatu
tahun atau lebih setelah tanggal neraca.Auditor membuat penilaian pada awalnya
sebagai bagian dari perencanaan, tetapi bisa saja mengubah hasil penilaian bila
ada informasi baru. Misalnya, penilaian awal atas kelangsungan usaha akan
direvisi bila ada temuan auditor selama masa audit bahwa perusahaan tidak dapat
membayar utang, kehilangan konsumen utama, atau memutuskan untuk menjual aset
penting untuk membayar utang. Auditor menggunakan prosedur analitis,
mendiskusikan dengan manajemen mengenai kemungkinan adanya kesulitan keuangan,
dan mengumpulkan informasi mengenai bisnis klien selama masa audit agar dapat
memberikan penilaian terhadap kemungkinan kesulitan keuangan pada tahun depan.
Penilaian akhir atas
kelangsungan usaha entitasdipertimbangkan setelah seluruh bukti dikumpulkan dan
rencana penyesuaian audit diajukan kedalam laporan keuangan. Saat auditor
menetapkan asumsi kelangsungan usaha, mereka harus mengevaluasi rencana
manajemen dalam menghindari kebangkrutandan mengevaluasi kelayakan dalam
realisasi rencana tersebut.
3. Memperoleh Surat Representasi
Manajemen
PSA 17 (SA 333)
mensyaratkan auditor untuk memperoleh surat representasi yangmendokumentasikan
representasi penting bagi manajemen yang dibuat selama audit.Penolakan klien
untuk membuat dan menandatangani surat tersebut berakibat padamunculnya opini
dengan pengecualian atau tidak ada opini. Ada tiga tujuan surat representasi
klien tersebut, yaitu:
1) Menekankan
kepada manajemen bahwa mereka bertanggung jawab atas penilaian laporan keuangan.
Manajemen mudah melupakan tanggung jawab mereka atas penyajian laporan keuangan
yang wajar, terutama untuk perusahaan kecil yang personelnya kurang memahami
akuntansi.
2) Mengingatkan
manajemen atas potensi salah saji atau hal yang tidak dimasukkan dalam laporan
keuangan. Misalnya, jika surat representasi memasukkan referensi aset yang
dijaminkan atau kewajiban kontijensi, maka manajemen yang jujur akan diingatkan
atas kesalahan tak disengaja terhadap pengungkapan laporan keuangan secara
memadai, yang akan membantu memenuhi kelengkapan tujuan penyajian dan
pengungkapan. Untuk memenuhi tujuan ini, surat representasi harus memuat
perincian secara memadai untuk mengingatkan manajemen.
3) Mendokumentasikan
jawaban dari manajemen atas tanya jawab mengenai berbaagai spek dalam audit.
Dokumen ini dibuat tertulis dan memuat perihal ketidaksetujuan atu tuntutan
hukum antara auditor dengan klien. Oleh karena hal ini lebih formal
dibandingkan dengan komunikasi langsung, maka surat representasi juga membantu
mengurangi kesalahpahaman antara manajemen dan auditor.
SA 333 menyebutkan
empat kategori penting yang perlu dimasukkan. Keempat kategori tersebut beserta
contohnya, adalah sebagai berikut:
i.
Laporan keuangan
a) Pernyataan
manajemen berisi pertanggungjawaban atas penyajian laporan keuangan yang wajar.
b) Keyakinan
manajemen bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar dan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
ii.
Kelengkapan informasi
a) Ketersediaan
seluruh pencatatan akuntansi dan data terkait.
b) Kelengkapan
dan ketersediaan seluruh notulensi pertemuan pemegang saham, direktur, dan
dewan direksi.
iii.
Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
a) Keyakinan
manajemen bahwa dampak dari salah saji laporan keuangan yang tidak dikoreksi
adalah tidak material bagi laporan keuangan keseluruhan.
b) Informasi
mengenai kecurangan meliputi (a) manajemen, (b) karyawan yang berperan penting
dalam pengendalian internal, atau (c) lain-lain dimana kecurangan dapat
berdampak material dalam laporan keuangan.
c) Informasi
mengenai transaksi pihak terkait dan jumlah piutang dan terutang dari dan
kepada pihak terkait.
d) Klaim
yang belum diajukan atau penilaian dari pengacara klien memiliki asersi penting
dan harus diungkapkan sesuai PSAK No.57,
Estimasi Utang, Kewajiban Kontijensi, dan Aset Bersyarat.
iv.
Kejadian setelah tanggal neraca
a) Kebangkrutan
konsumen utama dengan piutang dagang berjumlah besar pada tanggal neraca.
b) Penggabungan
usaha atau akuisisi setelah tanggal neraca.
4. Mempertimbangkan Informasi yang
Menyertai Laporan Keuangan Dasar
Klien kadang-kadang
memasukkan informasi tambahan di luar laporan keuangan dasar yang dibuat untuk
manajemen atau pengguna laporan dari luar.PSA 36 (SA 351) merujuk pada
informasi tambahan tersebut sebagai informasi yang menyertai laporan keuangan
dasar dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor.Beberapa jenis informasi
tambahan informasi, yaitu:
a) laporan
komparatif terinci yang mendukung keseluruhan pengendalian atas laporan
keuangan utama atas akun harga pokok penjualan, beban operasi, dan aktiva
rupa-rupa;
b) tambahan
informasi yang diwajibkan oleh FASB dan SEC;
c) data
statistik tahun lalu dalam bentuk rasio dan tren;
d) skedul
pertanggungan asuransi;
e) komentar
tertentu atas perubahan yang terjadi dalam laporan.
Auditor harus jelas
memisahkan audit dan tanggung jawab pelaporan atas laporan keuangan utama dan
untuk informasi tambahan. Biasanya, auditor tidak melakukan audit terperinci
yang memadai untuk menyesuaikan opini atas informasi tambahan, tetapi dalam kondisi
tertentu auditor dapat saja mengandalkan bahwa informasi tersebut disajikan
dengan wajar.Standar pelaporan profesi mensyaratkan auditor untuk membuat
pernyataan yang jelas mengenai tingkat tanggung jawab yang diambil atas
informasi tambahan ini. Dua jenis opini yang diperbolehkan: opini positif yang
mengindikasikan tingkat kepastian tinggi atau tidak memberikan pendapat yang
mengindikasikan tidak ada kepastian.
Saat auditor
menerbitkan opini atas informasi tambahan yang menyertai laporan keuangan,
materialitasnya sama dengan yang digunakan dalam membuat opini terhadap laporan
keuangan dasar. Akibatnya, prosedur tambahan yang diperlukan tidak seluas saat
auditor menerbitkan opini atas informasi yang diambilnya sendiri, seperti atas
laporan akun atau bagian tertentu. Auditor memberikan tambahan kata-kata pada
laporan standar auditor saat menyatakan
opini untuk tambahan informasi, seperti contoh berikut:
Audit kami dilakukan dengan membentuk opini atas
laporan keuangan dasar secara keseluruhan.Informasi yang menyertai pada halaman
x sampai y disajikan sebagai analisis tambahan dan bukan bagian penting dalam
laporan keuangan dasar. Informasi ini ditujukan untuk memenuhi prosedur audit
yang diterapkan pada audit laporan keuangan dasar dan dalam opini kami, disajikan
dengan wajar dalam segala hal yang sifatnya material sehubungan dengan laporan
keuangan dasar secara keseluruhan.
5. Membaca Informasi Lain Dalam
laporan Tahunan
PSA 44 (SA 550)
mensyaratkan auditor untuk membaca informasi lain yang dimasukkan dalam laporan
tahunan mengenai laporan keuangan. Misalnya, asumsikan bahwa surat direktur
dalam laporan tahunan menyebutkan kenaikan laba per lembar saham dari Rp.2.600
menjadi Rp.2.930. Auditor diminta untuk membandingkan informasi tersebut dengan
laporan keuangan atas kesesuaiannya.
SA 550 hanya
menyebutkan informasi yang bukan bagian dari laporan keuangan, tetapi
dipublikasikan bersama dengan laporan ini. Misalnya, surat direktur dan
penjelasan atas aktivitas perusahaan yang dimasukkan dalam laporan tahunan
untuk hampir sekuruh perusahaan publik. Auditor biasanya hanya menghabiskan
waktu beberapa menit untuk memastikan bahwa informasi non-laporan keuangan
konsisten dengan laporannya. Jika auditor menyimpulkan bahwa ada
ketidakkonsistenan yang material, maka ia harus meminta klien untuk mengubah
informasi tersebut. Jika klien menolak, dan hal ini tidak biasa, maka auditor
akan memasukkan paragraf penjelasan dalam laporan audit atau mengundurkan diri.
2.4. Mengevaluasi Hasil
Setelah melaksanakan
seluruh prosedur audit dalam setiap area audit, termasuk telaah untuk
kontinjensi dan kejadian setelah tanggal neraca serta akumulasi bukti akhir,
auditor harus mengintergrasikan hasil tersebut kedalam satu kesimpulan
keseluruhan mengenai laporan keuangan. Pada akhirnya, auditor harus memutuskan
apakah bukti audit sudah memadai dan tepat untuk diakumulasikan untuk menjamin
kesimpoulan bahwa laporan keuanga disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum, dan diaplikasikan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
Evaluasi akhir atas
kecukupan bahan bukti adalah berupa penelaahan oleh auditor atas seluruh audit
untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah cukup diuji setelah
mempertimbangkan situasi penugasan. Langkah utama dalam proses ini adalah
penelaahan program audit untuk meyakinkan bahwa seluruh bagian telah secara
akurat diselesaikan dan didokumentasikan dan bahwa seluruh tujuan audit
dipenuhi. Kelima aspek dalam evaluasi hasil, yaitu:
1)
Bukti yang tepat dan memadai.
Untuk membuat evaluasi
akhir apakah bukti sudah diakumulasikan dengan tepat dan memadai, auditor
menelaah dokumentasi atas audit keseluruhan untuk menentukan apakah seluruh hal
material dari transaksi, akun dan pengungkapan sudah diuji secara memadai,
dengan mempertimbangkan seluruh kondisi audit. Bagian penting dalam telaah
adalah memastikan bahwa seluruh bagian dari program audit dilengkapi dengan
akurat dan didokumentasikandan seluruh tujuan audit terpenuhi.
Untuk membantu dalam
memutuskan apakah audit sudah memadai, auditor sering menggunakan daftar periksa
(checklist) penyelesaian penugasan, sebagai pengingat bila ada aspek audit yang
terlewatkan.
Gambar 2.Daftar Penyelesaian Penugasan
Jika auditor memutuskan
bahwa bukti yang memadai tidak terpenuhi dalam rangka memutuskan apakah laporan
keuangan disajikan secara wajar, maka mereka memiliki dua pilihan: (1)
mengakumulasikan bukti tambahan atau (2) menerbitkan opini dengan pengecualian
atau tidak memberikan opini.
2)
Bukti pendukung opini auditor.
Bagian penting dari evaluasi
apakah laporan keuangan disajikan secara wajar adalah mengikhtisarkan salah
saji yang ditemukan dalam audit.Manakala auditor menemukan salah saji yang
material, neraca saldo harus disesuaikan untuk mengkoreksi laporan keuangan.Auditor
dapat mencatat jejak kekeliruan dan menggabungkannya dalam berbagai cara yang
berbeda, tetapi kebanyakan auditor menggunakan Skedul Audit Salah-Saji yang Tidak Disesuaikan atau Ikhtisar Salah-Saji
yang mungkin.
Gambar 3.Skedul Audit Kesalahan yang
Belum Disesuaikan
Jika auditor percaya
bahwa terdapat kecukupan bahan bukti tetapi tidak menjamin kesimpulan mengenai
penyajian laporan keuangan yang wajar, auditor sekali lagi mempunyai dua
pilihan: laporan harus direvisi hingga auditor puas atau memberikan pendapat
wajar tanpa syarat atau menolak untuk memberikan pendapat harus diterbtikan.
Perhatikan bahwa pilihan disini berbeda dengan yang dibahas dalam kasus
ketidakcukupan bahan bukti yang diperoleh.
3)
Pengungkapan laporan keuangan.
Sebelum menyelesesaikan
audit, auditor harus membuat evaluasi akhir apakah pengungkapan laporan
keuangan sudah memenuhi seluruh tujuan penyajian dan pengungkapan.
Sebagai bagian dari
telaah akhir dalam pengungkapan laporan keuangan, banyak KAP mensyaratkan
adanya penyelesaian daftar pengungkapan
laporan keungan untuk setiap audit. Kuesioner ini didesain untuk
mengingatkan auditor tentang masalah yang biasanya muncul dalam laporan
keuangan dan memfasilitasi telaah akhir untuk keseluruhan audit oleh seorang
rekanan independen.
Gambar 4.Daftar Pengungkapan Laporan
Keuangan: Properti, Bangunan pabrik dan Peralatan
4) Telaah
dokumentasi audit
Ada tiga alasan mengapa
staf firma audit yang berpengalaman harus menelaah dokumentasi audit pada saat
penyelesaian audit:
a. Untuk
mengevalusi kinerja karyawan yang belum berpengalaman.
Bagian yang perlu dipertimbangkan
dari kebanyakan audit dilaksanakan oleh staf audit dengan pengalaman kurang
dari empat atau lima tahun.
b. Memastikan
bahwa proses audit memenuhi standar kinerja.
Dalam setiap organisasi kualitas
kinerja individu sangat bervariasi, tetapi penelaahan yang seksama oleh staf
tingkat atas dalam perusahaan membantu mempertahankan kualitas audit yang
seragam.
c. Menghilangkan
kerancuan yang sering muncul dalam penilaian auditor.
Auditor dapat berusaha agar
senantiasa objektif dalam seluruh audit, tetapi mudah untuk kehilangan
perspektif yang memadai dalam audit yang panjang jika terdapat masalah kompleks
yang ingin dipecahkan.\
5) Telaah
independen
Pada saat penyelesaian
audit yang lebih besar, biasanya terdapat telaah untuk laporan keuangan dan
keseluruhan berkas audit oleh penelaah independen yang ridak terlibat dalam
audit, tetapi merupakan staf kantor akuntan yang juga melakukan audit. Telaah
independen diisyaratkan oleh SEC termasuk telaah atas informasi keuangan
interim dan audit pengendalian internal.Penelaah ini menempati posisi penting
untuk memastikanbahwa audit sudah dilakukan dengan memadai. Tim audit harus
dapat menjustifikasi buktiyang diakumulasi dan kesimpulan yang diambil
berdasarkan kondisi pada saat auditdilakukan.
6) Ringkasan
evaluasi bukti
Auditor
mengevaluasi kecukupan dan kelayakan bukti pada saat mengevaluasi risiko audit,
berdasarkan akun dan siklus, dan kemudian membuat evaluasi yang sama untuk
laporan keuangan keseluruhan. Auditor juga mengevaluasi bukti pendukung atas
opini audit dengan mengestimasi salah saji dalam setiap akun dan kemudian untuk
laporan keuangan keseluruhan. Evaluasi risiko audit dan estimasi salah saji
dibuat pada waktu bersamaan dan berdasarkan evaluasi tersebut, laporan audit
diterbitkan untuk laporan keuangan.
Gambar 5.
Penerbitan
Laporan Audit
Auditor harus menunggu
untuk menentukan laporan audit untuk di audit hingga seluruh bukti diakumulasi
dan dievaluasi. Hal tersebut dilakukan karena laporan audit merupakan
satu-satunya yang dilihat oleh sebagian besar pengguna dari keseluruhan proses
audit dan konsekuensi dari penerbitan laporan audit yang tidak benar sangat
besar.
Sebagian besar auditor
dalam mengaudit menerbitkan laporan standar tanpa pengecualian dengan kata-kata
baku. KAP biasanya memiliki bentuk baku laporan audit dan hanya di ganti nama
klien, judul laporan keuangan, dan tanggalnya. Apabila KAP memutuskan bahwa
laporan standar tanpa pengecualian tidak memadai, maka pembahasan lebih lanjut
dilakukan antara rekanan dalam KAP dan juga klien. KAP memiliki manual laporan
audit komprehensif yang membantu mereka dalam memilih kata-kata yang tepat
dalam laporan jika diperlukan oleh auditor
2.5. Komunikasi Dengan Komite Audit dan
Manajemen
Setelah
audit diselesaikan terdapat beberapa hal yang perlu disampaikan auditor kepada
komiteaudit dan pihak yang berkaitan dengan tata kelola, diantaranya:
1) Pembahasan
Tentang Kecurangan dan Tindakan Ilegal
PSA
32 (SA 316) dan PSA 31 (SA 317) mensyaratkan auditor untuk menyampaikan seluruh
kecurangan dan tindakan illegal kepada komite audit dan kelompok lain yang
sejenis, meskipun tidak material. Tujuannya adalah untuk membantu komite audit
dalam melakukan tugas pengawasan atas laporan keuangan.
2) Pembahasan
Tentang Kurangnya Pengendalian Internal
Auditor
harus menyampaikan perihal kurangnya pengendalian internal dan kelemahan
material dalam desain atas pengoperasian pengendalian internal secara tertulis
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.Untuk perusahaan yang
lebih besar, hal tersebut disampaikan kepada komite audit dan dalam perusahaan
yang lebih kecl, dapat dilakukan kepada pemilik perusahaan atau manajemen
senior.
3) Pembahasan
Hal Lainnya Kepada Komite Audit
PSA
48 (SA 380) mensyaratkan auditor untuk menyampaikan informasi tambahan yang
diperoleh selama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
biasanya adalah komite audit. Tujuan dari penyampaian ini adalah agar komite
audit dan pihak lain yang bertanggung jawab atas tata kelola mengetahui tentang
informasi penting dan relevan mengenai proses laporan keuangan dan memberikan
kesempatan kepada komite audit untuk membahas hal-hal penting dengan auditor.
4) Surat
Manajemen (Management Letter)
Surat
manajemen ditujukan untuk menginformasikan kepada klien mengenai rekomendasi
KAP (Kantor Akuntan Publik) guna meningkatkan bisnis klien.Rekomendasi biasanya
berfokus pada efisiensi pengoperasian perusahaan. Kombinasi antara pengalaman
auditor dalam berbagai area bisnis dan melalui pemahaman yang diperoleh dalam
melakukan audit membuat auditor dapat memberikan pengarahan kepada manajemen.
Surat
manajemen berbeda dengan surat yang melaporkan kurangnya pengendalian internal.
Surat manajemen diperlukan karena adanya kekurangan signifikan atau kelemahan
penting atas pengendalian internal dan harus mengikuti format yang diberikan
dan dikirimkan sesuai dengan persyaratan standar audit.Surat manajemen
merupakan suatu opsi dan ditujukan untuk membantu klien dalam mengoperasikan
bisnisnya lebih efektif.
2.6.
Tanggung Jawab setelah Audit
Tanggung jawab setelah
audit mencakup pertimbangan atas:
1)
Peristiwa Kemudian yang Terjadi antara
Tanggal dan Penerbitan Laporan Auditor
SAS 1 (AU 530),
menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengajukan
pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu
ini guna menemukan peristiwa kemudian yang material. Auditor dapat menggunakan
tanggal ganda dalam laporan audit. Tanggal ganda merupakan praktik yang paling
umum karena member tanggal kembali atas keseluruhan laporan akan memperluas
tanggung jawab auditor secara keseluruhan di luar penyelesaian pekerjaan
lapangan
2)
Penemuan Fakta yang ada pada Tanggal
Laporan
Auditor tidak mempunyai
tanggung jawab untuk menemukan fakta yang ada setelah audit pada tanggal
laporan audit. Namun, SAS 1 (AU 561.04), menunjukkan bahwa jika (1) auditor
menyadari adanya fakta tersebut dan (2) fakta itu mungkin mempengaruhi laporan
yang telah dikeluarkan, maka auditor diwajibkan untuk memastikan reliabilitas
informasi itu. Jika klien menolak untuk mengungkapkan fakta yang baru
ditemukan, maka auditor harus member tahu setiap anggota dewan komisaris
mengenai penolakan tersebut penyelidikan yang memuaskan, maka tanpa
mengungkapkan informasi spesifik, auditor harus (1) menunjukkan tidak adanya
kerjasama itu dan (2) menyatakan bahwa jika informasi itu benar, laporan audit
tidak dapat lagi diandalkan.
3)
Penemuan Prosedur yang Dihilangkan
Ketika menemukan suatu
prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai kepentingan hal itu bagi
kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung pendapat yang
dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor memutuskan
bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin bahwa orang-orang saat
ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan
prosedur yang dihilangkan atau prosedur alternative yang akan memberikan dasar
yang memuaskan atas pendapatnya. Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan
pendapat telah diperoleh dan bukti-bukti mendukung pendapat yang dinyatakan,
auditor tidak mempunyai tanggung jawab lagi. Tetapi, jika pelaksanaan prosedur
yang dihilangkan mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal laporan sehingga
akan mengubah pendapat yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus mengikuti
prosedur pemberitahuan yang diuraikan dalam paragraph terakhir dari bagian
terdahulu untuk mencegah ketergantungan selanjutnya atas laporan bersangkutan.
Jika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang dihilangkan, maka auditor
dapat berkonsultasi dengan pengacara untuk menentukan tindakan yang tepat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tahap
penyelesaian audit merupakan tahap yang penting untuk memastikan audit
yang berkualitas. Dalam tahap ini, auditor menelaah kewajiban kontijensi dan
peristiwa kemudian. Auditor juga mereview kecukupan bukti audit dan keputusan
yang diambil untuk menentukan apakah hal itu mendukung pendapat audit. Kemudian
auditor berkomunikasi dengan komite audit dan manajemen mengenai temuan yang
penting dan persoalan lainnya.Setelah menjelaskan aktivitas-aktivitas yang
terlibat dalam penyelesaian audit, kemudian harus diberikan pertimbangan pada
tanggung jawab auditor setelah audit.Tanggung jawab ini berkaitan dengan
peristiwa yang terjadi sesudah tanggal laporan audit.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A. and James K.
Loebecke. 1996.Auditing: Pendekatan Terpadu,
Buku Dua, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Boynton, C, William. 2003. Modern Auditing, Jilid 2.Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar