Kamis, 14 November 2013

Teknik Akuntansi Sektor Publik



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran peristiwa-peristiwa ekonomi dengan cara yang logis dan bertujuan menyediakan informasi keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Di dalam sektor publik, pengambilan keputusan terkait dengan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Pada dasarnya akuntansi baik pada sektor swasta maupun pada sektor publik, dibagi menjadi dua bagian, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu prinsip, metode, dan teknik pencatatan dan pengorganisasian data keuangan atas operasi atau kegiatan suatu entitas untuk menghasilkan dan memberikan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang rasional.
Ruang lingkup akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, penganalisaan, pengklasifikasian, pencatatan dan pelaporan atas transaksi keuangan pemerintah sebagai suatu entitas serta penafsiran terhadap hasil–hasilnya.
Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak saja berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya mendukung pencapaian tujuan organisasi.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana teori akuntansi sektor publik?
b.      Mengapa sistem akuntansi sektor publik dibutuhkan?
c.       Bagaimana standar akuntansi pada sektor publik?
d.      Apa saja teknik-teknik akuntansi keuangan sektor publik?
e.       Bagaimana siklus akuntansi sektor publik?
f.       Bagaimana laporan keuangan sektor publik?


1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui teori akuntansi sektor publik
b.      Untuk mengetahui peranan sistem akuntansi sektor publik
c.       Untuk mengatahui standar akuntansi pada sektor publik
d.      Untuk mengetahui teknik-teknik akuntansi keuangan sektor publik
e.       Untuk mengetahui siklus akuntansi sektor publik
f.       Untuk mengetahui laporan keuangan sektor publik


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Suatu teori perlu didukung oleh beberapa riset yang didalamnya terdapat hipotesa-hipotesa yang diuji kebenarannya, termasuk dalam teori akuntansi sektor publik maupun sektor swasta. Teori memiliki tiga karakteristik dasar, yaitu:
1.    Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability to explain).
2.    Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict).
3.    Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena).
Tujuan mempelajari teori akuntansi, antara lain:
1.    Untuk memahami praktik akuntansi yang saat ini ada.
2.    Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini dilakukan.
3.    Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.
Suatu disiplin ilmu dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu:
1.    Ilmu murni atau abstrak (abstract sciences)
Misalnya:  matematika, ilmu logika, dan metafisik.
2.    Ilmu deskriptif (general descriptive sciences)
Ilmu ini mendasarkan pengetahuannya melalui observasi dan pendeskripsian suatu fenomenal aktual. Misalnya: ilmu kimia, biologi, dan sosiologi.
3.    Ilmu derivatif (special derivative sciences)
Merupakan turunan dari ilmu lain. Misalnya:  botani, zoology, minerologi, dan etnologi
4.    Ilmu sinoptis (sypnoptic sciences)
Merupakan turunan dari derivatif special science yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu. Misalnya: auditing, geologi, dan geografi.



5.    Ilmu terapan (applied sciences)
Merupakan disiplin ilmu yang secara khusus terpisah dari disiplin ilmu lain, namun bisa juga kombinasi dari berbagai prinsip yang diambil dari disiplin ilmu lain yang disesuaikan dengan kebutuhan praktis ilmu tersebut. Misalnya: ilmu akuntansi.
Jika dikaitkan dengan bangunan dari ilmu (body of knowledge), akuntansi sektor publik dikatakan memiliki teori yang mapan apabila terpenuhi beberapa persyaratan. Bangunan ilmu terdiri atas konsep dasar sebagai landasan ilmu tersebut, postulat, teori, konsep, prinsip, standar, dan praktik aplikasi. Akuntansi sektor publik sendiri merupakan salah satu cabang dari ilmu akuntansi itu sendiri. Oleh karena itu, pengembangan teori akuntansi sektor publik sangat tergantung pada perkembangan ilmu akuntansi.
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan tersebut adalah :
1.    Objektivitas
Objektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan yang relevan. Laporan keuangan disajikan oleh manajemen untuk melaporkan kinerja yang telah dicapai oleh manajemen selama periode waktu tertentu kepada pihak eksternal yang menjadi stakeholder organisasi. Masalah objektivitas laporan kinerja disebabkan oleh adanya benturan kepentingan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan stakeholder. Manajemen tidak selalu bertindak untuk stakeholder, tetapi bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka dan mengamankan mereka tanpa memandang bahaya yang ditimbulkan terhadap stakeholder lainnya. Teknik akuntansi yang digunakan manajemen harus memiliki derajat objektivitas yang dapat diterima semua pihak yang menjadi stakeholder.
2.    Konsistensi
Konsistensi mengacu pada penggunaan metode atau teknik akuntansi yang sama untuk menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu secara berturut-turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat diperbandingkan kinerjanya dari tahun ke tahun. Konsistensi penerapan metode akuntansi merupakan hal yang sangat penting karena organisasi memiliki orientasi jangka panjang (going concern), sedangkan laporan keuangan hanya melaporkan kinerja selama satu periode. Dan agar tidak terjadi keterputusan proses evaluasi kinerja organisasi oleh pihak ekternal, maka organisasi perlu konsisten dalam menerapkan metode akuntansinya.
3.    Daya Banding
Laporan keuangan sektor publik hendaknya dapat diperbandingkan antar periode waktu dan dengan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya banding berarti bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja organisasi dengan organisasi lain yang sejenis. Kendala daya banding terkait dengan objektivitas karena semakin objektif suatu laporan keuangan maka akan semakin tinggi daya bandingnya karena dengan dasar yang sama akan dapat dihasilkan laporan yang berbeda.
4.    Tepat Waktu
Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial, politik serta untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut. Kendala ketepatan waktu penyajian laporan terkait dengan lama waktu yang dibutuhkan oleh organisasi untuk menghasilkan laporan keuangan. Semakin cepat waktu penyajian laporan keuangan, maka akan semakin baik untuk pengambilan keputusan. Permasalahannya adalah semakin banyak kebutuhan informasi, maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan berbagai informasi tersebut.
5.    Ekonomis dalam Penyajian Laporan
Penyajian laporan keuangan membutuhkan biaya. Semakin banyak informasi yang dibutuhkan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Kendala ekonomis dalam penyajian laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.
6.    Materialitas
Suatu informasi dianggap material apabila mempengaruhi keputusan atau jika informasi tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda. Penentuan materialitas memang bersifat pertimbangan subjektif, namun pertimbangan tersebut tidak dapat dilakukan menurut selera pribadi. Pertimbangan yang digunakan merupakan professional–judgement yang berdasarkan pada teknik tertentu.


2.2         PERLUNYA SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Masisi (1978) dalam Giynn (1993) menjelaskan aturan dasar sistem akuntansi keuangan sebagai berikut:
1.    Identifikasi kegiatan operasi yang relevan.
2.    Pengklasifikasian kegiatan operasi secara tepat.
Penentuan waktu pengakuan untuk setiap jenis operasi (timing of recognition).
3.    Adanya sistem pengendalian untuk menjamin realibilitas
Terdiri dari dua komponen yaitu komponen formal dan komponen  subtansial. Komponen formal adalah pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping): kesalahan akuntansi akan dapat diketahui dan dilacak ketika jumlah sisi kredit tidak sama dengan sisi debit. Komponen subtansial merupakan mekanisme konflik kepentingan (conflict of interest): kesalahan akuntansi muncul ketika mempengaruhi secara negatif pihak ketiga.
4.    Menghitung pengaruh masing-masing operasi.
Terdapat kesamaan antara akuntansi keuangan baik sektor publik maupun swasta, yaitu kedua sektor direkomendasikan dalam penggunaan sistem pembukuan berpasangan dalam mencatat akun-akun transaksi dan sama-sama membutuhkan standar akuntansi keuangan sebagai pedoman pencatatan agar terdapat perlakuan yang sama terhadap suatu transaksi.
Akuntansi keuangan sektor publik terkait dengan tujuan dihasilkannya laporan eksternal dan penghitungan biaya pelayanan. Oleh karena itu, akuntansi keuangan sektor publik pada dasarnya berbicara masalah tujuan laporan keuangan sektor publik, jenis laporan keuangan sektor publik, sistem akuntansi, standar akuntansi keuangan sektor publik dan akuntansi biaya sektor publik.
2.3         STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan standar.
Standar akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:
a.    Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan, kinerja dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi.
b.    Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan penguji secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajarannya.
c.    Standar memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang perlu disajikan yang berkaitan dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi, perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan sosial lainnya.
d.   Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dan penetapan standar adalah menghindari terjadinya standar yang overload. Standar yang overload terjadi ketika:
a.    Standar terlalu banyak
b.    Standar terlalu rumit
c.    Tidak ada standar yang tegas (rigid) sehingga sulit untuk membuat pilihan dalam penerapannya
d.   Standar memiliki tujuan yang sifatnya umum sehingga gagal dalam menyajikan perbedaan kebutuhan diantara para penyaji dan pengguna
e.    Standar kurang spesifik sehingga gagal dalam mengidentifikasi perbedaan antara:
·      Entitas publik dan entitas non-publik
·      Laporan keuangan tahunan dan interim
·      Organisasi besar dan kecil
·      Laporan keuangan auditan dan non-auditan
f.     Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks atau kedua-duanya

2.4         TEKNIK-TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Terdapat beberapa teknik akuntansi pada organisasi sektor publik, yaitu:
1.    Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah yang dianggarkan dengan jumlah aktual dan dicatat serta berpasangan. Akuntansi anggaran banyak digunakan oleh organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, yang mencatat dan menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggarannya. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan anggaran dalam siklus perencanaan– pengendalian–pertanggung jawaban. Dalam teknik ini, anggaran dan realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi jika terdapat varians (selisih). Tetapi akuntansi anggaran lebih menekankan pada bentuk dari akun-akun keuangan bukan isi (content) dari akun itu sendiri. Kelemahan dari teknik ini antara lain:
·      Teknik ini sangat kompleks.
Akan lebih mudah dan lebih komprehensif jika akun-akun yang ada menunjukkan pendapatan dan biaya aktual, dan anggaran menunjukkan pendapatan dan biaya dianggarkan.
·      Organisasi menggunakan format pelaporan dan perlakuan yang berbeda karena level agregasi dan perbandingan antara anggaran dan aktual yang terjadi.
·      Seberapa sering, atau seberapa intensifkah laporan keuangan membandingkan antara anggaran dengan yang aktual terjadi dan menjelaskan perbedaannya.

2.    Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)
Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat faktur diterima dan mengakui pendapatan ketika faktur dikeluarkan. Akuntansi komitmen dapat digunakan bersama-sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual. Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Berhubungan dengan fungsi utamanya, maka akuntansi komitmen berfokus pada pesanan yang telah dibuat. Agar manajer dapat mengendalikan anggaran, maka manajer perlu mengetahui berapa besar anggaran yang telah dilaksanakan atau digunakan jika dihitung berdasarkan order yang telah dikeluarkan. Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima yang terkait dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan.
Jika akuntansi komitmen diadopsi selama tahun anggaran, konversi dari akuntansi komitmen menjadi akrual biasa pada akhir tahun adalah sebagai berikut:
  Pesanan yang dibuat                  xxx
                 Belanja ABC                                       xxx
                  Belanja XYZ                                      xxx
Jurnal ini dibuat untuk pesanan yang telah dibuat tetapi fakturnya belum diterima pada akhir tahun. Jurnal ini akan dibalik dalam tahun anggaran yang baru sehingga akun yang dicatat kembali menjadi komitmen yang dicatat.
3.    Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Pada organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber dana dan alokasi dana. Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh organisasi nirlaba atau institusi pemerintah biasanya memiliki keterbatasan penggunaan dengan tujuan atau aktivitas tertentu yang terkadang merupakan syarat dari pihak eksternal yang merupakan penyedia dana.
Organisasi sektor publik memiliki tujuan-tujuan yang spesifik. Organisasi sektor publik menggunakan sumber daya yang ada untuk tujuan tertentu, misalnya membangun perpustakaan ataupun beasiswa.
Secara umum, keseluruhan dana yang dimiliki organisasi sektor publik memiliki tujan tersendiri dalam penggunaannya, baik karena faktor eksternal (pembatasan eksternal) maupun faktor internal (perencanaan manajemen), ataupun karena peraturan.
Organisasi sektor publik membuat dana-dananya (funds) ke dalam sistem akuntansi, dimana pemasukan yang dimiliki akan diklasifikasikan ke dalam dana-dana tersebut sesuai dengan tujuan dan maksud tertentu.  Akuntansi dana digunakan untuk mengendalikan dana yang terikat atau dibatasi penggunaannya (restricted fund) tersebut sekaligus untuk menjamin adanya ketaatan dan persyaratan yang ada. Pengertian dana (fund) dalam Governmental Accounting Standard Board (GASB) adalah:
“a fiscal and accounting with self-balancing set of a accounts recording cash and other financial resources, together with all related liabilities, and residual equities or balances, and changer therein, which ar segregated for the purpose of carrying on specific activities or attaining certain objectives in accordance with special regulation, restriction, or limitation”
Perbedaan akuntansi dana pada organisasi bisnis dengan organisasi sektor publik.


 




Keterangan :
A = Aktiva                         KB = Kekayaan Bersih
SD = Saldo Dana                  U =  Utang
_ _ _= organisasi secara keseluruhan yang mana laporan konsolidasinya biasanya tidak tersedia.

Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu :
a.    Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)
Menurut (Mardiasmo: 2004), dana yang dapat dibelanjakan digunakan untuk mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana ini digunakan pada organisasi pemerintahan.
Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang dapat dibelanjakan adalah dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
b.    Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)
Menurut (Mardiasmo: 2004), dana yang tidak dapat dibelanjakan digunakan untuk mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis.
Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang tidak dapat dibelanjakan adalah dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan sebagai pendukung dari expendable fund.

Persamaan Akuntansi Dana
Dalam akuntansi dana dikenal persamaan akuntansi:
         AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Sedangkan persamaan akuntansi dalam akuntansi keuangan:
         AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
Ekuitas dana berbeda dengan ekuitas. Di perusahaan, ekuitas adalah selisih antara aktiva dan utang yang menunjukkan adanya kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya. Sedangkan, di organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak menunjukkan adanya kepemilikan siapa pun karena memang tidak ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi sektor publik.

Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran
Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran (measurement focus). Basis akuntansi menentukan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui. Fokus pengukuran dari entitas akuntansi menentukan apa yang akan dilaporkan, dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi dan dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus pengukuran berhubungan erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain.

4.    Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil, dan objektif. Dalam GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan baik.
5.    Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akrual, komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Basis akrual diterapkan berbeda antara proprietary fund (fund accrual) dengan governmental fund (modified accrual) karena biaya (expense) diukur dalam proprietary fund, sedangkan expenditure fokus pada general funds. Expense adalah jumlah sumber daya yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik adalah untuk menentukan cost of service and charging for service, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik.
Perbedaan antara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasis akrual
1.    Basis kas: Penerimaan kas – Pengeluaran kas = Perubahan kas.
2.    Basis akrual: Pendapatan – Biaya = Rugi/ Laba.
3.    Pendapatan: Penerimaan kas selama satu periode akuntansi – Saldo awal piutang + Saldo akhir piutang.
4.    Biaya: Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi – Saldo awal utang + Saldo akhir utang.









2.5         SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Adanya berbagai kepentingan dan kebutuhan di masing-masing organisasi berdampak pada tumbuhnya beragam teknik pengukuran dan basis akuntansi yang digunakan.
Siklus Akuntansi


 









2.6         LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik memiliki peranan dalam menciptakan akuntabilitas sektor publik. Semakin besar tuntutan terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik memperbesar kebutuhan akan transparasi informasi keuangan sektor publik. Informasi keuangan ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Akuntansi sektor publik memiliki peranan penting dalam menyiapkan laporan keuangan sebagai perwujudan akuntabilitas publik.


Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik sebagai berikut:
1.    Kepatuhan dan Pengelolaan (Compliance and Stewardship).
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2.    Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (Accountability and Retrospective Reporting).
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada publik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati tren antarkurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada. Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan bagi mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi.
3.    Perencanaan dan Informasi Otorisasi (Planning and Authorization Information).
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
4.    Kelangsungan Organisasi (Viability)
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pengguna dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang.
5.    Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pengguna yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat. Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6.    Sumber Fakta dan Gambaran (Source of Facts and Figures)
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan infomasi kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.
Dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.4: Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations, tujuan laporan keuangan yaitu:
1.    Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pengguna dan calon pengguna lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional tentang alokasi sumber daya organisasi.
2.    Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pengguna dan calon pengguna lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
3.    Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pengguna dan calon pengguna lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4.    Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, kekayaan bersih organisasi, pengaruh dari transaksi, peritiwa dan kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
5.    Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/ kondisi sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
6.    Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas.
7.    Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pengguna dalam memahami informasi keuangan yang diberikan.
Drebin et al (1981) mengidentifikasikan sepuluh kelompok pengguna laporan keuangan sektor publik sebagai berikut:
1.    Pembayar pajak
2.    Pemberi bantuan (grantors)
3.    Investor
4.    Pengguna jasa
5.    Karyawan
6.    Pemasok
7.    Dewan Legislatif
8.    Manajemen
9.    Pemilih (voters)
10.     Badan Pengawas (Oversight Bodies)
Enam pengguna utama (pembayar pajak, pemberi bantuan, investor, pengguna jasa, karyawan, dan pemasok) merupakan penyedia sumber daya organisasi, baik sumber daya finansial, tenaga kerja, maupun material. Dewan legislatif dan manajemen merupakan pihak yang membuat keputusan alokasi sumber daya, dan aktivitas tersebut diawasi oleh badan pengawas dan pemilih.
Borgonovi dan Anessi-Pessina (1997) mengklasifikasikan pengguna laporan keuangan sektor publik sebagai berikut:
1.        Masyarakat pengguna jasa publik
2.        Masyarakat pembayar pajak
3.        Perusahaan dan organisasi sosial ekonomi yang menggunakan pelayanan publik sebagai input atas aktivitas organisasi.
4.        Bank dan masyarakat sebagai kreditor pemerintah
5.        Badan-badan internasional
6.        Investor asing dan analisis negara (country analyst)
7.        Generasi yang akan datang
8.        Lembaga Negara
9.        Kelompok politik
10.    Manajer publik
11.    Pegawai pemerintah
Sementara Governmental Accounting Standards Board (GASB) mengidentifikasikan pengguna laporan keuangan pemerintah menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.      Masyarakat yang kepadanya pemerintah bertanggung jawab
2.      Legislatif dan badan pengawas yang secara langsung mewakili masyarakat
3.      Investor dan kreditor yang memberikan pinjaman dan atau berpartisipasi dalam proses pemberian pinjaman.


Laporan Keuangan Sektor Publik Di Indonesia
Laporan keuangan sektor publik terbagi menjadi dua yaitu:
a.      Laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan organisasi pada waktu tertentu dan
b.      Laporan keuangan yang menjelaskan perubahan atas posisi keuangan tersebut.
Pada umumnya, beberapa laporan keuangan tersebut antara lain:
1.      Neraca atau Laporan Posisi Keuangan.
2.      Laporan Operasi atau Laporan Aktivitas atau Laporan Realisasi Anggaran.
3.      Laporan Arus Kas.
4.      Laporan Perubahan Ekuitas.
5.      Catatan Atas Laporan Keuangan.
Dalam konteks Indonesia, acuan penyusunan laporan keuangan bagi organisasi sektor publik adalah:
1.      Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK 45) tentang Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba.
      PSAK 45 sering dijadikan pedoman organisasi sektor publik yang bergerak di berbagai sektor publik berupa yayasan, LSM, termasuk institusi-institusi pendidikan.
2.      Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005.
      SAP menjadi acuan wajib bagi seluruh organ pemerintah baik di pusat maupun di daerah.








Laporan Keuangan Berdasar PSAK 45
Yayasan Maju Bersama
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 20X1 dan 20X2
(dalam ribuan rupiah)

20X1
20X2
AKTIVA
Kas dan setara kas
Piutang bunga
Persediaan
Biaya dibayar dimuka
Piutang lain-lain
Investasi lancar
Aktiva terikat untuk investasi dalam tanah, bangunan, dan peralatan
Tanah, bangunan, dan peralatan
Investasi jangka panjang

263.000
5.400.000
1.075.000
525.000
7.637.000
3.575.000
13.100.000
154.325.000
545.175.000

1.225.000
4.250.000
2.005.000
570.000
6.825.000
2.575.000
11.475.000
159.050.000
508.750.000
Jumlah Aktiva
731.075.000
696.725.000
KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH
  Kewajiban
Utang usaha
Pendapatan diterima dimuka yang dapat dikembalikan
Utang lain-lain
Utang wesel
Kewajiban tahunan
Utang jangka panjang
Jumlah Kewajiban


6.500.000
-
2.262.000
-
4.288.000
13.825.000
  26.875.000


2.700.000
1.700.000
3.325.000
2.925.000
4.250.000
16.250.000
  31.150.000
Aktiva Bersih
Tidak terikat
Terikat temporer
Terikat permanen
Jumlah Aktiva Bersih

288.145.000
60.930.000
355.125.000
  704.200.000

259.250.000
63.750.000
342.575.000
  665.575.000
Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih
  731.075.000
  696.725.000


Yayasan Maju Bersama
Laporan Aktivitas (Bentuk A)
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20X2
(dalam ribuan rupiah)
Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat
Pendapatan dan Penghasilan :
Sumbangan
Jasa lainnya
Penghasilan investasi jk. panjang
Penghasilan investasi lain-lain
Penghasilan bersih investasi jk. panjang belum direalisasi
Lain-lain



21.600
13.500
14.000
2.125
20.570
375

Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat
   72.170       
Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya :
        Pemenuhan program pembatasan
        Pemenuhan pembatasan perolehan peralatan
        Berakhirnya pembatasan waktu
        Jumlah aktiva yang telah berakhir pembatasannya

29.975
3.750
3.125
36.850

Jumlah Pendapatan, Penghasilan, dan Sumbangan Lain
  109.020
    Beban dan Kerugian
         Program A
         Program B
         Program C
         Manajemen dan umum
         Pencarian dana
Jumlah Beban
Kerugian akibat kebakaran

32.750
21.350
14.400
6.050
5.375
  79.925
200
Jumlah Beban dan Kerugian
Kenaikan Aktiva Bersih Tidak Terikat
  80.125
  28.895
Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer :
Sumbangan
Penghasilan investasi jk. panjang
Penghasilan bersih direalisasikan dan belum direalisasi dari investasi jk panjang
Kerugian aktual untuk kewajiban tahunan
Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan

20.275
6.450
7.380
( 75 )
( 36.850 )
Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer
  ( 2.820 )
Perubahan Aktiva Bersih Terikat Permanen :
Sumbangan
Penghasilan investasi jk. panjang
Penghasilan bersih investasi jk. panjang belum direalisasi dari investasi jk panjang

700
300
11.550
Penurunan Aktiva Bersih Terikat Permanen
  12.550
Kenaikan Aktiva Bersih
Aktiva Bersih pada Awal Tahun
38.625
665.575
Aktiva Bersih pada Akhir Tahun
  704.200


Yayasan Maju Bersama
Laporan Aktivitas (Bentuk B)
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20X2
(dalam ribuan rupiah)

Tidak
Terikat
Terikat
Temporer
Terikat
Permanen
Jumlah
Pendapatan, Penghasilan, Sumbangan Lain
Sumbangan
Jasa layanan
Penghasilan investasi jk panjang
Penghasilan investasi lain
Penghasilan bersih investasi jk. panjang belum direalisasi dari investasi jk panjang
Lain-lain

Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya:
Pemenuhan program pembatasan
Pemenuhan pembatasan perolehan peralatan
Berakhirnya pembatasan waktu


21.600
13.500
14.000
2.125
20.570
375


29.975
3.750
3.125


20.275
-
6.450
-
7.380
-


( 29.975 )
(3.750 )
( 3.125 )


700
-
300
-
11.550
-


-
-
-


42.575
13.500
20.750
2.125
39.500
375


-
-
-
Jumlah Pendapatan, Penghasilan, dan Sumbangan
109.020
( 2.745 )
12.550
118.825
Beban dan Kerugian
Program A
Program B
Program C
Manajemen dan umum
Pencarian dana

32.750
21.350
14.400
6.050
5.375

-
-
-
-
-

-
-
-
-
-

32.750
21.350
14.400
6.050
5.375
Jumlah Beban
Kerugian akibat kebakaran
Kerugian aktuarial dari kewajiban tahunan
79.925
200
-
-
-
75
-
-
-
79.925
-
75
Jumlah Beban dan Kerugian
Perubahan Aktiva Bersih
Aktiva Bersih pada Awal Tahun
80.125
28.895
259.250
75
( 2.820 )
63.750
-
12.550
342.575
80.200
38.625
665.575
Aktiva Bersih pada Akhir Tahun
  288.145
  60.930
  355.125
  704.200

Yayasan Maju Bersama
Laporan Aktivitas (Bentuk B)
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20X2
(dalam ribuan rupiah)
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Kas dari pendapatan jasa
Kas dari penyumbang
Kas dari piutang lain-lain
Bunga dan dividen yang diterima
Penerimaan lain-lain
Bunga yang dibayarkan
Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan supplier
Utang lain-lain yang dilunasi
    Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi

13.050
20.075
6.537,5
21.425
375
(955)
(59.520)
(1.062,5)
( 75 )
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Ganti rugi asuransi kebakaran
Pembelian peralatan
Penerimaan dari penjualan investasi
Pembelian investasi
    Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi

625
(3.750)
190.250
(187.250)
(125)
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Penerimaan dari kontribusi berbatas dari :
Investasi dalam dana abadi (endowment)
Investasi dalam dana abadi berjangka
Investasi bangunan
Investasi perjanjian tahunan

Aktivitas pendanaan lain :
Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi
Pembayaran kewajiban tahunan
Pembayaran utang wesel
Pembayaran kewajiban jangka panjang

Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan
Kenaikan (penurunan) Bersih dalam Kas dan Setara Kas
Kas dan Setara Kas pada Awal Tahun
Kas dan Setara Kas pada Akhir Tahun


500
175
3.025
500
4.200

750
(362)
(2.850)
(2.500)
(4.962)
(762,5)
(962,5)
1.150
187,5



Laporan Keuangan berdasarkan SAP
Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD dan APBN dalam bentuk laporan keuangan. Hal ini dijelaskan dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Pasal 30 UU No. 17 Tahun 2003 menyatakan:
1)     Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
2)     Laporan Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dihampiri dengan laporan keuangan perusahaan Negara dan badan lainnya.
Sedangkan Pasal 31 UU  No. 17 Tahun 2003 juga menyatakan :
1)     Gubernur/ Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
2)     Laporan Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah.
  Laporan keuangan yang dituntut UU No. 17 Tahun 2003 adalah laporan keuangan jenis General Purpose Financial Statement (GPFS) atau Laporan Keuangan Umum. Laporan keuangan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang meliputi masyarakat, DPR atau DPRD, investor/ kreditor, manajemen pemerintah, dan lembaga internasional.


Pemerintah Kota/ Kab ABC
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN
Anggaran
20X1
Realisasi
20X1
Realisasi
20X0
PENDAPATAN
   PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Restribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah

PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi
Total Pendapatan Transfer

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan dan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN


45.000
220.000
800.000
385.000
1.450.000



2.300.000
10.000
350.000.000
-
362.310.000

11.500.000
-
11.500.000

373.810.000


15.000.000
-
-
15.000.000
390.260.000


75.000
295.000
1.200.000
470.000
2.040.000



12.300.000
10.000
350.000.000
-
362.310.000

11.500.000
-
11.500.000

373.810.000


15.000.000
-
-
15.000.000
390.850.000


65.000
250.000
800.000
350.000
1.465.000



10.000.000
10.000
250.000.000
-
260.010.000

10.000.000
-
10.000.000

270.010.000


-
-
-
-
271.475.000
BELANJA
   BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Keuangan
Jumlah Belanja Operasi
BELANJA MODAL
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Bangunan Air
Belanja Modal Bangunan Gedung
Belanja Modal Alat-Alat Besar
Belanja Modal Alat-Alat Angkutan
Belanja Modal Alat-Alat Kantor dan Rumah Tangga
Belanja Aktiva Tetap Lainnya
Belanja Aktiva Lainnya
Jumlah Belanja Modal

BELANJA TAK TERDUGA
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tak Terduga
JUMLAH BELANJA

TRANSFER
 TRANSFER/ BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Jumlah Transfer/ Bagi Hasil Ke Desa
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER
SURPLUS/ DEFISIT

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Jumlah Penerimaan

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Jumlah Pengeluaran
PEMBIAYAAN NETO
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran


70.084.000
10.210.000
27.500
-
-
75.000
80.396.500

500.000
1.075.000
200.000
2.950.000
1.250.000
1.670.000
2.625.000
-
-
10.270.000


30.000
30.000
90.696.500



250.000
75.000
-
325.000
91.021.500
299.238.500



189.662.120
-
-
189.662.120

-
1.000.000
100.000
1.100.000
188.562.120
487.800.620


69.829.000
9.267.500
27.500
-
-
75.000
79.199.000

500.000
1.075.000
200.000
2.950.000
1.250.000
1.670.000
2.625.000
-
-
10.270.000


20.000
20.000
89.489.000



250.000
75.000
-
325.000
89.814.000
301.036.000



189.662.120
-
-
189.662.120

-
1.000.000
100.000
1.100.000
188.562.120
489.598.120


70.000.000
8.750.000
20.000
-
-
50.000
78.820.000

350.000
615.000
115.000
2.000.000
1.000.000
1.000.000
2.000.000
-
-
7.080.000


25.000
25.000
85.925.000



200.000
50.000
-
250.000
86.175.000
185.300.000



4.912.120
-
-
4.912.120

-
500.000
50.000
550.000
4.362.420
189.662.120

Pemerintah Kota/ Kab ABC
Neraca
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN
20X1
20X0
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas di Kas Daerah
Piutang pajak
Persediaan
Jumlah Aktiva Lancar
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman kepada Perusahan Daerah
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Jumlah Investasi Nonpermanen
Investasi Permanen
Penyertaan Modal pemerintah Daerah
Jumlah Investasi Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang

AKTIVA TETAP
Tanah
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air
Bangunan Gedung
Alat-Alat Besar
Alat-Alat Angkutan
Alat-Alat Kantor Rumah Tangga
Jumlah Aktiva Tetap
AKTIVA LAINNYA
Dana Santunan
Jumlah Aktiva Lainnya
JUMLAH AKTIVA


489.598.120
750.000
450.000
490.798.120


440.000
1.370.000
1.810.000

1.570.000
1.570.000
3.380.000


4.500.000
3.575.000
700.000
3.700.000
1.725.000
1.920.000
2.775.000
18.895.000

12.356.000
12.356.000
525.429.120


189.662.120
400.000
450.000
190.512.120


500.000
1.300.000
1.800.000

1.450.000.000
1.450.000.000
1.451.800.000


4.000.000
2.500.000
500.000
750.000
475.000
250.000
150.000
8.625.000

12.000.000
12.000.000
1.662.937.120
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Obligasi
Jumlah Kewajiban jangka Pendek


KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Utang Dalam Negeri-Obligasi
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN


-
85.000
-
85.000



1.915.000
-
1.915.000
2.000.000


-
50.000
35.000
85.000



1.300.000
700.000
2.000.000
2.085.000
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang
Diinvestasikan dalam Aktiva Tetap
Diinvestasikan dalam Aktiva Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
Jumlah Ekuitas Dana Investasi
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan
JUMLAH EKUITAS DANA
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA


489.598.120
750.000
450.000
(85.000)
490.713.120

3.380.000
18.895.000
12.356.000
(1.915.000)
32.716.000

-
-
523.429.120
525.429.120


189.662.120
400.000
450.000
(85.000)
190.427.120

1.451.800.000
8.625.000
12.000.000
(2.000.000)
1.470.425.000

-
-
1.660.852.120
1.662.937.120


Pemerintah Kota/ Kab ABC
Neraca
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN
20X1
20X0
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
ARUS MASUK KAS
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Suber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Hibah
Jumlah Arus Masuk Kas
ARUS KELUAR KAS
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Bantuan Keuangan
Balanja Tak Terduga
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS OPERASI


75.000
295.000
1.200.000
470.000
12.300.00
10.000
350.000.000
11.500.000
15.000.000
390.850..000

69.829.000
9.267.500
27.500
75.000
20.000
250.000
75.000
79.544.000
311.306.000


65.000
250.000
800.000
350.000
10.000.000
10.000
250.000.000
10.000.000
-
271.475.000

70.000.000
8.750.000
20.000
50.000
25.000
200.000
50.000
79.095.000
192.380.000
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI AKTIVA NON-KEUANGAN
ARUS KELUAR KAS
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Jalam dan Jembatan
Belanja Modal Bangunan Air
Belanja Modal Bangunan Gedung
Belanja Modal Alat-Alat Besar
Belanja Modal Alat-Alat Angkutan
Belanja Modal Alat-Alat Kantor Rumah Tangga
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS INVESTASI AKTIVA NONKEUANGAN


500.000
1.075.000
200.000
2.950000
1.250.000
1.670.000
2.625.000
10.270.000
(10.270.000)


350.000
615.000
115.000
2.000.000
1.0000.000
1.000.000
2.000.000
7.080.000
(7.080.000)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
ARUS MASUK KAS
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Jumlah Arus Masuk Kas
ARUS KELUAR KAS
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN

-
-
-
-
-

1.000.000
100.000
1.100.000
(1.100.000)

-
-
-
-
-

500.000
50.000
550.000
(550.000)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN
ARUS MASUK KAS
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Masuk Kas
ARUS KELUAR KAS
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVA NONANGGARAN
KENAIKAN/ PENURUNAN KAS
SALSO AWAL KAS DI BUD
SALDO AKHIR KAS DI BUD
SALDO AKHIR KAS DI PEMEGANG KAS
SALDO AKHIR KAS


413.000
413.000

(413.00)
(413.000)
-
299.936.000
189.662.120
489.598.120
-
89.598.120


1.616.000
1.616.000

(1.616.000)
(1.616.000)
-
184.750.000
4.912.120
189.662.120
-
189.662.120


LAPORAN KEUANGAN DALAM INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARDS- IPSAS
(STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK INTERNASIONAL)
Public Sector Entity
Statement of Financial Position
As of 31 December 20X2
(in Thousand of Currency Units)

ASSETS
Current Asset
Cash and cash equivalents
Receivables
Inventories
Prepayment
Investment
Total Current Asset
Non Current Assets
Receivable
Investment
Other financial assets
Infrastructure, plant, and equipment
Land and buildings
Intangible assets
Other non-financial assets
Total Non-Current Asset
TOTAL ASSET
20X1


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX


20X2


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

LIABILITIES
Current Liabilities
Payable
Short-term borrowings
Current portion of borrowings
Provisions
Employee benefits
Superannuation
Total Current Liabilities
Non-Current Liabilities
Payable
Borrowings
Provisions
Employee benefits
Superannuation
Total Non-Current Liabilities
TOTAL LIABLITIES


 
Net Asset
NET ASSETS/ EQUITY
Capital contributed by
Other government entities
Reserves
Accumulated surpluses/ (deficit)
Minority interest
Total net asset/ equity


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX

XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX

XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

Public Sector Entity
Statement of Financial Position
As of 31 December 20X2
(in Thousand of Currency Units)

20X2
20X1
Operating Revenues
Taxes
Fees, fines, penalties, and licenses
Revenue from exchange transactions
Transfer from other government entities
Other operating revenue
Total operating revenues

Operating Expenses
General public service
Defense
Public order and safety
Education
Health
Social protection
Housing and community amenities
Recrectional and community amenities
Recrectional, cultural, and religion
Economic affairs
Environmental protection
Total operating expenses

Surplus/ (deficit) from operating activities
Finance costs
Gains on sale of property, plant, and equipment
Total non-operating revenue (expenses)

Surplus/ (deficit) from ordinary activities
Minority interest share of surplus/ (deficit)

Net surplus/ (deficit) before extradionary items
Extradionary items
Net surplus/(deficit) for the period

Operating Revenue
Taxes
Fees, fines, penalties, and licenses
Revenue from exchange transactions
Transfer from other government entities
Other operating revenue
Total operating revenues

Operating Expenses
Wages, salaries, and employes benefits
Grants and other transfer payments
Supllies and consumables used
Depreciation and amortization
Other operating expenses
Total operating expenses

Surplus/ (deficit) from operating activities
Finance costs
Gains on sale of property, plant, and equipment

Total non-operating revenue (expenses)

Surplus/ (deficit) from ordinary activities
Minority interest share of surplus/ (deficit)

Net surplus/ (deficit) before extradionary items
Extradionary items

Net surplus/(deficit) for the period
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX
( XXX )
XXX
( XXX )

XXX
( XXX )

XXX
( XXX )
XXX
 


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX
( XXX )
XXX
 

( XXX )

XXX
( XXX )

XXX
( XXX )
 

XXX

XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX
 ( XXX )
XXX
( XXX )

XXX
( XXX )

XXX
( XXX )
XXX


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX


XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX

XXX
( XXX )
XXX

( XXX )

XXX
( XXX )

XXX
( XXX )

XXX

Public Sector Entity
Statement of Changes in Net Asset/ Equity
For the Year Ended 31 December 20X2
(in Thousands of Currency Units)

Contributed
Capital
Revaluation
Reserve
Translation
Reserve
Accumulated Surplus/ (Deficit)
Total
Balance at 31/ 12/ 20X0
Changes in accounting policy
Restated balance
Surplus on revaluation of property
Deficit on revaluation of investments
Currency translation differences
XXX
(XXX)
XXX
-
-
-
XXX
-
XXX
XXX
(XXX)
-
(XXX)
-
XXX
-
-
(XXX)
XXX
(XXX)
XXX
-
-
-
XXX
(XXX)
XXX
XXX
(XXX)
(XXX)
Net gains and losses not recognized in the statement of financial performance
Net surplus for the period
Balance at 31/ 12/ 20X1

Deficit on revaluation of property
Surplus on revaluation of investments
Currency translation differences


 

XXX

XXX

XXX
(XXX)
XXX

(XXX)

(XXX)


(XXX)


XXX
XXX

XXX
XXX
XXX
(XXX)
XXX
XXX

Net gains and losses not recognized in the statement of financial performance
Net deficit
Balance at 31/ 12/ 20X2


 

XXX

(XXX)

XXX

(XXX)

(XXX)


(XXX)
XXX

(XXX)
(XXX)
XXX

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Tujuan mempelajari teori akuntansi, antara lain:
a.       Untuk memahami praktik akuntansi yang saat ini ada.
b.      Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini dilakukan.
c.       Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan tersebut adalah: objektivitas, konsistensi, daya banding, tepat waktu, ekonomis dalam penyajian laporan, dan materialitas. Terdapat beberapa teknik akuntansi pada organisasi sektor publik, yaitu:
a.       Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
b.      Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)
c.       Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu:
·         Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)
·         Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)
d.      Akuntansi Kas
e.       Akuntansi Akrual
Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik memiliki peranan dalam menciptakan akuntabilitas sektor publik. Semakin besar tuntutan terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik memperbesar kebutuhan akan transparasi informasi keuangan sektor publik. Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik sebagai berikut:
a.       Kepatuhan dan Pengelolaan (Compliance and Stewardship).
b.      Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (Accountability and Retrospective Reporting).
c.       Perencanaan dan Informasi Otorisasi (Planning and Authorization Information).
d.      Kelangsungan Organisasi (Viability)
e.       Hubungan Masyarakat (Public Relation)
f.          Sumber Fakta dan Gambaran (Source of Facts and Figures)
Drebin et al (1981) mengidentifikasikan sepuluh kelompok pengguna laporan keuangan sektor publik antara lain:
1.     Pembayar pajak
2.     Pemberi bantuan (grantors)
3.     Investor
4.     Pengguna jasa
5.     Karyawan
6.    Pemasok
7.    Dewan Legislatif
8.    Manajemen
9.    Pemilih (voters)
10.     Badan Pengawas (Oversight Bodies)
Laporan keuangan sektor publik terbagi menjadi dua yaitu:
a.    Laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan organisasi pada waktu tertentu.
b.    Laporan keuangan yang menjelaskan perubahan atas posisi keuangan tersebut.
Pada umumnya, beberapa laporan keuangan tersebut antara lain:
1.        Neraca atau Laporan Posisi Keuangan.
2.        Laporan Operasi atau Laporan Aktivitas atau Laporan Realisasi Anggaran.
3.        Laporan Arus Kas.
4.        Laporan Perubahan Ekuitas.
5.        Catatan Atas Laporan Keuangan.






DAFTAR PUSTAKA

Nordiawan, Deddi. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.
            PSAK 45. Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar