BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Akuntansi adalah
pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran peristiwa-peristiwa ekonomi
dengan cara yang logis dan bertujuan menyediakan informasi keuangan untuk
mengambil suatu keputusan. Di dalam sektor publik, pengambilan
keputusan terkait dengan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Pada dasarnya
akuntansi baik pada sektor swasta maupun pada sektor publik, dibagi menjadi dua
bagian, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan
dapat didefinisikan sebagai suatu prinsip, metode, dan teknik pencatatan dan
pengorganisasian data keuangan atas operasi
atau kegiatan suatu entitas untuk menghasilkan dan memberikan
informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang rasional.
Ruang lingkup akuntansi
keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data,
penganalisaan, pengklasifikasian, pencatatan dan pelaporan atas transaksi
keuangan pemerintah sebagai suatu entitas serta penafsiran terhadap hasil–hasilnya.
Sistem akuntansi yang
dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan
baik pula. Pemerintah atau unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem
akuntansi yang tidak saja berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi
keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya mendukung pencapaian
tujuan organisasi.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana teori akuntansi sektor publik?
b.
Mengapa
sistem
akuntansi sektor publik dibutuhkan?
c.
Bagaimana
standar
akuntansi pada sektor
publik?
d.
Apa
saja teknik-teknik
akuntansi keuangan sektor publik?
e.
Bagaimana
siklus
akuntansi sektor publik?
f.
Bagaimana
laporan
keuangan sektor publik?
1.3 Tujuan
a.
Untuk
mengetahui teori akuntansi sektor publik
b.
Untuk
mengetahui peranan sistem akuntansi sektor publik
c.
Untuk
mengatahui standar akuntansi pada sektor publik
d.
Untuk
mengetahui teknik-teknik akuntansi keuangan sektor publik
e.
Untuk
mengetahui siklus akuntansi sektor publik
f.
Untuk
mengetahui laporan keuangan sektor publik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
TEORI
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan
akuntansi keuangan, terutama pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Suatu teori
perlu didukung oleh beberapa riset yang didalamnya terdapat hipotesa-hipotesa
yang diuji kebenarannya, termasuk dalam teori akuntansi sektor publik maupun
sektor swasta. Teori memiliki tiga karakteristik dasar, yaitu:
1. Kemampuan
untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability to explain).
2. Kemampuan
untuk memprediksi
(the ability to predict).
3. Kemampuan
mengendalikan fenomena (the ability to
control given phenomena).
Tujuan mempelajari teori akuntansi, antara lain:
1. Untuk
memahami praktik akuntansi yang saat ini ada.
2. Mempelajari
kelemahan dan kekurangan dari praktik
akuntansi yang saat ini dilakukan.
3. Memperbaiki
praktik akuntansi di masa datang.
Suatu
disiplin ilmu
dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu:
1. Ilmu
murni atau abstrak (abstract sciences)
Misalnya: matematika, ilmu logika, dan metafisik.
2. Ilmu
deskriptif (general descriptive sciences)
Ilmu ini mendasarkan pengetahuannya
melalui observasi dan pendeskripsian suatu fenomenal aktual. Misalnya: ilmu
kimia, biologi, dan sosiologi.
3. Ilmu
derivatif (special derivative sciences)
Merupakan turunan dari ilmu lain.
Misalnya: botani, zoology, minerologi,
dan etnologi
4. Ilmu
sinoptis (sypnoptic sciences)
Merupakan turunan dari derivatif
special science yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu. Misalnya:
auditing, geologi, dan geografi.
5. Ilmu
terapan (applied sciences)
Merupakan disiplin ilmu yang secara
khusus terpisah dari disiplin ilmu lain, namun bisa juga kombinasi dari
berbagai prinsip yang diambil dari disiplin ilmu lain yang disesuaikan dengan
kebutuhan praktis ilmu tersebut. Misalnya: ilmu akuntansi.
Jika
dikaitkan dengan bangunan dari ilmu (body
of knowledge), akuntansi sektor publik dikatakan memiliki teori yang mapan
apabila terpenuhi beberapa persyaratan. Bangunan ilmu terdiri atas konsep dasar
sebagai landasan ilmu tersebut, postulat, teori, konsep, prinsip, standar, dan
praktik aplikasi. Akuntansi sektor publik sendiri merupakan salah satu cabang
dari ilmu akuntansi itu sendiri. Oleh karena itu, pengembangan teori akuntansi
sektor publik sangat tergantung pada perkembangan ilmu akuntansi.
Untuk
menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat diandalkan,
terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah :
1. Objektivitas
Objektivitas
merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan yang relevan.
Laporan keuangan disajikan oleh manajemen untuk melaporkan kinerja yang telah
dicapai oleh manajemen selama periode waktu tertentu kepada pihak eksternal
yang menjadi stakeholder organisasi. Masalah objektivitas laporan kinerja
disebabkan oleh adanya benturan kepentingan antara kepentingan manajemen dengan
kepentingan stakeholder. Manajemen tidak selalu bertindak untuk stakeholder,
tetapi bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka dan mengamankan
mereka tanpa memandang bahaya yang ditimbulkan terhadap stakeholder lainnya.
Teknik akuntansi yang digunakan manajemen harus memiliki derajat objektivitas
yang dapat diterima semua pihak yang menjadi stakeholder.
2. Konsistensi
Konsistensi
mengacu pada penggunaan metode atau teknik akuntansi yang sama untuk
menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu secara
berturut-turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat diperbandingkan
kinerjanya dari tahun ke tahun. Konsistensi
penerapan metode akuntansi merupakan hal yang sangat penting karena organisasi
memiliki orientasi jangka panjang (going
concern), sedangkan laporan keuangan hanya melaporkan kinerja selama satu
periode. Dan agar tidak terjadi keterputusan proses evaluasi
kinerja organisasi oleh pihak ekternal, maka organisasi perlu konsisten dalam
menerapkan metode akuntansinya.
3. Daya
Banding
Laporan
keuangan sektor publik hendaknya dapat diperbandingkan antar periode waktu dan
dengan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya banding berarti bahwa
laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja organisasi dengan
organisasi lain yang sejenis. Kendala daya banding terkait dengan objektivitas
karena semakin objektif suatu laporan keuangan maka akan semakin tinggi daya bandingnya karena
dengan dasar yang sama akan dapat dihasilkan laporan yang berbeda.
4. Tepat
Waktu
Laporan
keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan ekonomi, sosial,
politik serta untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
Kendala ketepatan waktu penyajian laporan terkait dengan lama waktu yang
dibutuhkan oleh organisasi untuk menghasilkan laporan keuangan. Semakin cepat waktu penyajian laporan keuangan, maka
akan semakin baik untuk pengambilan keputusan. Permasalahannya adalah semakin
banyak kebutuhan informasi, maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan berbagai informasi tersebut.
5. Ekonomis
dalam Penyajian Laporan
Penyajian
laporan keuangan membutuhkan biaya. Semakin banyak informasi yang dibutuhkan
semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Kendala ekonomis dalam penyajian
laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih besar
dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.
6. Materialitas
Suatu
informasi dianggap material apabila mempengaruhi keputusan atau jika informasi
tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda. Penentuan
materialitas memang bersifat pertimbangan subjektif, namun pertimbangan
tersebut tidak dapat dilakukan menurut selera pribadi. Pertimbangan yang digunakan merupakan professional–judgement
yang berdasarkan pada teknik tertentu.
2.2
PERLUNYA
SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Masisi (1978)
dalam Giynn (1993) menjelaskan aturan dasar sistem akuntansi keuangan sebagai
berikut:
1. Identifikasi
kegiatan operasi yang relevan.
2. Pengklasifikasian
kegiatan operasi secara tepat.
Penentuan waktu pengakuan untuk
setiap jenis operasi (timing of
recognition).
3. Adanya
sistem pengendalian untuk menjamin realibilitas
Terdiri dari dua komponen yaitu
komponen formal dan komponen subtansial.
Komponen formal adalah pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping): kesalahan akuntansi akan dapat diketahui
dan dilacak ketika jumlah sisi kredit tidak sama dengan sisi debit. Komponen
subtansial merupakan mekanisme konflik kepentingan (conflict of interest): kesalahan akuntansi muncul ketika
mempengaruhi secara negatif pihak ketiga.
4. Menghitung
pengaruh masing-masing operasi.
Terdapat kesamaan antara akuntansi
keuangan baik sektor publik maupun swasta, yaitu kedua sektor direkomendasikan dalam
penggunaan sistem pembukuan berpasangan dalam mencatat akun-akun transaksi dan
sama-sama membutuhkan standar akuntansi keuangan sebagai pedoman pencatatan
agar terdapat perlakuan yang sama terhadap suatu transaksi.
Akuntansi
keuangan sektor publik terkait dengan tujuan dihasilkannya laporan eksternal
dan penghitungan biaya pelayanan. Oleh karena itu, akuntansi keuangan sektor
publik pada dasarnya berbicara masalah tujuan laporan keuangan sektor publik,
jenis laporan keuangan sektor publik, sistem akuntansi, standar akuntansi
keuangan sektor publik dan akuntansi biaya sektor publik.
2.3
STANDAR
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Standar
akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para
pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik
khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan standar.
Standar
akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan
keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan
implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang
disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan dalam
pengauditan.
Ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:
a. Standar
memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan posisi
keuangan, kinerja dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna
informasi.
b. Standar
memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan penguji
secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya
dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajarannya.
c. Standar
memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang perlu disajikan yang berkaitan
dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan,
regulasi, perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi
serta tujuan sosial lainnya.
d. Standar
menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.
Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dan penetapan standar adalah
menghindari terjadinya standar yang overload.
Standar yang overload
terjadi ketika:
a. Standar
terlalu banyak
b. Standar
terlalu rumit
c. Tidak
ada standar yang tegas (rigid)
sehingga sulit untuk membuat pilihan dalam penerapannya
d. Standar
memiliki tujuan yang sifatnya umum sehingga gagal dalam menyajikan perbedaan
kebutuhan diantara para penyaji dan pengguna
e. Standar
kurang spesifik sehingga gagal dalam mengidentifikasi perbedaan antara:
· Entitas
publik dan entitas non-publik
· Laporan
keuangan tahunan dan interim
· Organisasi
besar dan kecil
· Laporan
keuangan auditan dan non-auditan
f. Pengungkapan
yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks atau kedua-duanya
2.4
TEKNIK-TEKNIK
AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Terdapat beberapa teknik akuntansi pada
organisasi sektor publik, yaitu:
1.
Akuntansi
Anggaran (Budgetary Accounting)
Teknik
akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah yang dianggarkan
dengan jumlah aktual dan dicatat serta berpasangan. Akuntansi anggaran banyak
digunakan oleh organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, yang mencatat
dan menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan
anggarannya. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan anggaran dalam
siklus perencanaan– pengendalian–pertanggung jawaban. Dalam teknik ini,
anggaran dan realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi jika terdapat varians (selisih). Tetapi akuntansi anggaran
lebih menekankan pada bentuk dari akun-akun keuangan bukan isi (content) dari
akun itu sendiri. Kelemahan dari teknik ini antara lain:
· Teknik
ini sangat kompleks.
Akan lebih mudah dan
lebih komprehensif jika akun-akun yang ada menunjukkan pendapatan dan biaya
aktual, dan anggaran menunjukkan pendapatan dan biaya dianggarkan.
· Organisasi
menggunakan format pelaporan dan perlakuan yang berbeda karena level agregasi dan perbandingan antara anggaran
dan aktual yang terjadi.
· Seberapa
sering, atau seberapa intensifkah laporan keuangan membandingkan antara
anggaran dengan yang aktual terjadi dan menjelaskan perbedaannya.
2. Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)
Akuntansi
komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada
saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat faktur
diterima dan mengakui pendapatan ketika faktur dikeluarkan. Akuntansi komitmen
dapat digunakan bersama-sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual. Tujuan
utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Berhubungan dengan
fungsi utamanya, maka akuntansi komitmen berfokus pada pesanan yang telah
dibuat. Agar manajer dapat mengendalikan anggaran, maka manajer perlu mengetahui
berapa besar anggaran yang telah dilaksanakan atau digunakan jika dihitung
berdasarkan order yang telah dikeluarkan. Akuntansi komitmen berfokus pada
order yang dikeluarkan. Order yang diterima yang terkait dengan pendapatan
tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan.
Jika akuntansi
komitmen diadopsi selama tahun anggaran, konversi dari akuntansi komitmen
menjadi akrual biasa pada akhir tahun adalah sebagai berikut:
Pesanan yang dibuat xxx
Belanja
ABC xxx
Belanja XYZ xxx
Jurnal
ini dibuat untuk pesanan yang telah dibuat tetapi fakturnya belum diterima pada
akhir tahun. Jurnal ini akan dibalik dalam tahun anggaran yang baru sehingga
akun yang dicatat kembali menjadi komitmen yang dicatat.
3.
Akuntansi
Dana (Fund Accounting)
Pada
organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber
dana dan alokasi dana. Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk
digunakan oleh organisasi nirlaba atau institusi pemerintah biasanya memiliki
keterbatasan penggunaan dengan tujuan atau aktivitas tertentu yang terkadang
merupakan syarat dari pihak eksternal yang merupakan penyedia dana.
Organisasi
sektor publik memiliki tujuan-tujuan yang spesifik. Organisasi sektor publik
menggunakan sumber daya yang ada untuk tujuan tertentu, misalnya membangun
perpustakaan ataupun beasiswa.
Secara
umum, keseluruhan dana yang dimiliki organisasi sektor publik memiliki tujan
tersendiri dalam penggunaannya, baik karena faktor eksternal (pembatasan
eksternal) maupun faktor internal (perencanaan manajemen), ataupun karena
peraturan.
Organisasi
sektor publik membuat dana-dananya (funds)
ke dalam sistem akuntansi, dimana pemasukan yang dimiliki akan diklasifikasikan
ke dalam dana-dana tersebut sesuai dengan tujuan dan maksud tertentu. Akuntansi dana digunakan untuk mengendalikan
dana yang terikat atau dibatasi penggunaannya (restricted fund) tersebut sekaligus untuk menjamin adanya ketaatan
dan persyaratan yang ada. Pengertian dana (fund)
dalam Governmental Accounting Standard
Board (GASB) adalah:
“a fiscal and
accounting with self-balancing set of a accounts recording cash and other
financial resources, together with all related liabilities, and residual
equities or balances, and changer therein, which ar segregated for the purpose
of carrying on specific activities or attaining certain objectives in
accordance with special regulation, restriction, or limitation”
Perbedaan akuntansi dana pada
organisasi bisnis dengan organisasi sektor publik.
Keterangan :
A = Aktiva KB =
Kekayaan Bersih
SD = Saldo
Dana
U
= Utang
_ _ _=
organisasi secara keseluruhan yang mana laporan konsolidasinya biasanya tidak
tersedia.
|
Terdapat dua jenis dana yang
digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu :
a.
Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)
Menurut
(Mardiasmo: 2004),
dana yang dapat dibelanjakan digunakan untuk mencatat nilai aktiva, utang,
perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan untuk kegiatan
yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana ini digunakan pada
organisasi pemerintahan.
Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang dapat dibelanjakan
adalah dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat
non-business yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
b.
Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)
Menurut
(Mardiasmo: 2004),
dana yang tidak dapat dibelanjakan digunakan untuk mencatat pendapatan, biaya,
aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari laba. Jenis dana
ini digunakan pada organisasi bisnis.
Menurut (Deddi
Nordiawan:
2009), dana yang tidak dapat dibelanjakan adalah dana yang dipisahkan untuk
aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan sebagai pendukung dari expendable fund.
Persamaan Akuntansi Dana
Dalam
akuntansi dana dikenal persamaan
akuntansi:
AKTIVA
= KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Sedangkan
persamaan akuntansi dalam akuntansi
keuangan:
AKTIVA
= KEWAJIBAN + EKUITAS
Ekuitas
dana berbeda dengan ekuitas. Di perusahaan, ekuitas
adalah selisih antara aktiva dan utang yang menunjukkan adanya kepemilikan pada
perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya. Sedangkan, di organisasi sektor
publik, ekuitas dana tidak menunjukkan adanya kepemilikan siapa pun karena
memang tidak ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi sektor publik.
Basis Akuntansi dan Fokus
Pengukuran
Dalam
akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran (measurement focus). Basis akuntansi
menentukan transaksi dan peristiwa yang terjadi
diakui. Fokus pengukuran dari entitas akuntansi menentukan apa yang akan
dilaporkan, dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui
secara akuntansi dan dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus
pengukuran berhubungan erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan
pemilihan yang lain.
4.
Akuntansi
Kas
Penerapan
akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran
dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan
pengeluaran yang aktual, riil, dan objektif. Dalam GAAP tidak menganjurkan
pencatatan dengan dasar kas karena tidak mencerminkan kinerja yang
sesungguhnya. Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektivitas suatu
kegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan baik.
5.
Akuntansi
Akrual
Akuntansi
akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi berbasis akrual
dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akrual,
komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik.
Basis akrual diterapkan berbeda antara proprietary
fund (fund accrual) dengan governmental
fund (modified accrual) karena biaya (expense) diukur dalam proprietary fund, sedangkan expenditure fokus pada general funds. Expense adalah jumlah sumber daya yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang
dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi.
Pengaplikasian
accrual basis dalam akuntansi sektor
publik adalah untuk menentukan cost of
service and charging for service,
yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik.
Perbedaan
antara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasis akrual
1. Basis
kas: Penerimaan kas – Pengeluaran kas = Perubahan kas.
2. Basis
akrual: Pendapatan – Biaya = Rugi/ Laba.
3. Pendapatan:
Penerimaan kas selama satu periode akuntansi – Saldo awal piutang + Saldo akhir
piutang.
4. Biaya:
Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi – Saldo awal utang + Saldo
akhir utang.
2.5
SIKLUS
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Adanya berbagai kepentingan dan
kebutuhan di masing-masing organisasi berdampak pada tumbuhnya beragam teknik
pengukuran dan basis akuntansi yang digunakan.
Siklus
Akuntansi
2.6
LAPORAN
KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Laporan keuangan dalam lingkungan sektor
publik memiliki peranan dalam menciptakan akuntabilitas sektor publik. Semakin
besar tuntutan terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik memperbesar
kebutuhan akan transparasi informasi keuangan sektor publik. Informasi keuangan
ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
Akuntansi sektor publik memiliki peranan penting dalam menyiapkan laporan
keuangan sebagai perwujudan akuntabilitas publik.
Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan
dan fungsi laporan keuangan sektor publik sebagai berikut:
1.
Kepatuhan dan Pengelolaan (Compliance and Stewardship).
Laporan
keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan
dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2.
Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif
(Accountability and Retrospective
Reporting).
Laporan
keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada publik. Laporan
keuangan digunakan untuk memonitor kerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan
dasar untuk mengamati tren antarkurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah
ditetapkan dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis
jika ada. Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh
informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan bagi
mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
organisasi.
3.
Perencanaan dan Informasi Otorisasi (Planning and Authorization Information).
Laporan
keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas
di masa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan informasi
pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
4.
Kelangsungan Organisasi (Viability)
Laporan
keuangan berfungsi untuk membantu pengguna dalam menentukan apakah suatu
organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa
(pelayanan) di masa yang akan datang.
5.
Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Laporan
keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada organisasi untuk
mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pengguna yang
dipengaruhi karyawan dan masyarakat. Laporan keuangan berfungsi sebagai alat
komunikasi dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6.
Sumber Fakta dan Gambaran (Source of Facts and Figures)
Laporan
keuangan bertujuan untuk memberikan infomasi kepada berbagai kelompok
kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.
Dalam Statement of Financial Accounting Concept
(SFAC) No.4: Objectives of Financial
Reporting by Nonbusiness Organizations, tujuan laporan keuangan yaitu:
1.
Laporan keuangan organisasi nonbisnis
hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon
penyedia sumber daya, serta pengguna dan calon pengguna lainnya dalam pembuatan
keputusan yang rasional tentang alokasi sumber daya organisasi.
2.
Memberikan informasi untuk membantu para
penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pengguna dan calon pengguna
lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta
kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
3.
Memberikan informasi yang bermanfaat
bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pengguna dan calon pengguna
lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan
tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4.
Memberikan informasi mengenai sumber
daya ekonomi, kewajiban, kekayaan bersih organisasi, pengaruh dari transaksi,
peritiwa dan kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber
daya tersebut.
5.
Memberikan informasi mengenai kinerja
organisasi selama satu periode. Pengukuran secara periodik atas perubahan
jumlah dan keadaan/ kondisi sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta
informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama
yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
6.
Memberikan informasi mengenai bagaimana
organisasi memperoleh dan membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai
utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi likuiditas.
7.
Memberikan penjelasan dan interpretasi
untuk membantu pengguna dalam memahami informasi keuangan yang diberikan.
Drebin et al (1981)
mengidentifikasikan sepuluh kelompok pengguna laporan keuangan sektor publik
sebagai berikut:
1. Pembayar
pajak
2. Pemberi
bantuan (grantors)
3. Investor
4. Pengguna
jasa
5. Karyawan
|
6. Pemasok
7. Dewan
Legislatif
8. Manajemen
9. Pemilih
(voters)
10.
Badan Pengawas (Oversight Bodies)
|
Enam pengguna utama
(pembayar pajak, pemberi bantuan, investor, pengguna jasa, karyawan, dan
pemasok) merupakan penyedia sumber daya organisasi, baik sumber daya finansial, tenaga kerja, maupun material. Dewan
legislatif dan manajemen merupakan pihak yang membuat keputusan alokasi sumber
daya, dan aktivitas tersebut diawasi oleh badan pengawas dan pemilih.
Borgonovi dan
Anessi-Pessina (1997) mengklasifikasikan pengguna laporan keuangan sektor publik
sebagai berikut:
1.
Masyarakat pengguna jasa publik
2.
Masyarakat pembayar pajak
3.
Perusahaan dan organisasi sosial ekonomi
yang menggunakan pelayanan publik sebagai input atas aktivitas organisasi.
4.
Bank dan masyarakat sebagai kreditor
pemerintah
5.
Badan-badan internasional
6.
Investor asing dan analisis negara (country analyst)
7.
Generasi yang akan datang
8.
Lembaga Negara
9.
Kelompok politik
10.
Manajer publik
11.
Pegawai pemerintah
Sementara Governmental Accounting Standards Board
(GASB) mengidentifikasikan pengguna laporan keuangan pemerintah menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1. Masyarakat
yang kepadanya pemerintah bertanggung jawab
2. Legislatif
dan badan pengawas yang secara langsung mewakili masyarakat
3. Investor
dan kreditor yang memberikan pinjaman dan atau
berpartisipasi dalam proses pemberian pinjaman.
Laporan
Keuangan Sektor Publik Di Indonesia
Laporan
keuangan sektor publik terbagi menjadi dua yaitu:
a. Laporan
keuangan yang menunjukkan posisi keuangan organisasi pada waktu tertentu dan
b. Laporan
keuangan yang menjelaskan perubahan atas posisi keuangan tersebut.
Pada
umumnya, beberapa laporan keuangan tersebut antara lain:
1.
Neraca atau Laporan Posisi
Keuangan.
2.
Laporan Operasi atau Laporan
Aktivitas atau Laporan Realisasi Anggaran.
3.
Laporan Arus Kas.
4.
Laporan Perubahan Ekuitas.
5.
Catatan Atas Laporan Keuangan.
Dalam
konteks Indonesia, acuan penyusunan laporan keuangan bagi organisasi sektor publik
adalah:
1. Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK 45) tentang Laporan Keuangan
Organisasi Nirlaba.
PSAK 45 sering
dijadikan pedoman organisasi sektor publik yang bergerak di berbagai sektor publik
berupa yayasan, LSM, termasuk institusi-institusi pendidikan.
2. Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 24 Tahun 2005.
SAP menjadi acuan wajib
bagi seluruh organ pemerintah baik di pusat maupun di daerah.
Laporan Keuangan Berdasar PSAK 45
Yayasan
Maju Bersama
Laporan
Posisi Keuangan
31
Desember 20X1 dan 20X2
(dalam
ribuan rupiah)
|
||
|
20X1
|
20X2
|
AKTIVA
Kas dan setara kas
Piutang bunga
Persediaan
Biaya dibayar dimuka
Piutang lain-lain
Investasi lancar
Aktiva terikat untuk investasi dalam tanah, bangunan, dan peralatan
Tanah, bangunan, dan peralatan
Investasi jangka panjang
|
263.000
5.400.000
1.075.000
525.000
7.637.000
3.575.000
13.100.000
154.325.000
545.175.000
|
1.225.000
4.250.000
2.005.000
570.000
6.825.000
2.575.000
11.475.000
159.050.000
508.750.000
|
Jumlah Aktiva
|
731.075.000
|
696.725.000
|
KEWAJIBAN DAN
AKTIVA BERSIH
Kewajiban
Utang usaha
Pendapatan diterima dimuka yang dapat dikembalikan
Utang lain-lain
Utang wesel
Kewajiban tahunan
Utang jangka panjang
Jumlah
Kewajiban
|
6.500.000
-
2.262.000
-
4.288.000
13.825.000
26.875.000
|
2.700.000
1.700.000
3.325.000
2.925.000
4.250.000
16.250.000
31.150.000
|
Aktiva Bersih
Tidak terikat
Terikat temporer
Terikat permanen
Jumlah Aktiva
Bersih
|
288.145.000
60.930.000
355.125.000
704.200.000
|
259.250.000
63.750.000
342.575.000
665.575.000
|
Jumlah
Kewajiban dan Aktiva Bersih
|
731.075.000
|
696.725.000
|
Yayasan
Maju Bersama
Laporan
Aktivitas (Bentuk A)
Untuk
Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20X2
(dalam
ribuan rupiah)
|
|
Perubahan
Aktiva Bersih Tidak Terikat
Pendapatan dan Penghasilan :
Sumbangan
Jasa lainnya
Penghasilan investasi jk. panjang
Penghasilan investasi lain-lain
Penghasilan bersih investasi jk. panjang belum direalisasi
Lain-lain
|
21.600
13.500
14.000
2.125
20.570
375
|
Jumlah
Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat
|
72.170
|
Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya :
Pemenuhan program
pembatasan
Pemenuhan pembatasan
perolehan peralatan
Berakhirnya pembatasan
waktu
Jumlah
aktiva yang telah berakhir pembatasannya
|
29.975
3.750
3.125
36.850
|
Jumlah
Pendapatan, Penghasilan, dan Sumbangan Lain
|
109.020
|
Beban dan
Kerugian
Program
A
Program B
Program C
Manajemen dan umum
Pencarian dana
Jumlah Beban
Kerugian akibat kebakaran
|
32.750
21.350
14.400
6.050
5.375
79.925
200
|
Jumlah Beban
dan Kerugian
Kenaikan
Aktiva Bersih Tidak Terikat
|
80.125
28.895
|
Perubahan
Aktiva Bersih Terikat Temporer :
Sumbangan
Penghasilan investasi jk. panjang
Penghasilan bersih direalisasikan dan belum direalisasi dari investasi
jk panjang
Kerugian aktual untuk kewajiban tahunan
Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan
|
20.275
6.450
7.380
( 75 )
( 36.850 )
|
Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer
|
( 2.820 )
|
Perubahan
Aktiva Bersih Terikat Permanen :
Sumbangan
Penghasilan investasi jk. panjang
Penghasilan bersih investasi jk. panjang belum direalisasi dari
investasi jk panjang
|
700
300
11.550
|
Penurunan
Aktiva Bersih Terikat Permanen
|
12.550
|
Kenaikan
Aktiva Bersih
Aktiva Bersih
pada Awal Tahun
|
38.625
665.575
|
Aktiva Bersih
pada Akhir Tahun
|
704.200
|
Yayasan
Maju Bersama
Laporan
Aktivitas (Bentuk B)
Untuk
Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20X2
(dalam
ribuan rupiah)
|
||||
|
Tidak
Terikat
|
Terikat
Temporer
|
Terikat
Permanen
|
Jumlah
|
Pendapatan,
Penghasilan, Sumbangan Lain
Sumbangan
Jasa layanan
Penghasilan investasi jk panjang
Penghasilan investasi lain
Penghasilan bersih investasi jk. panjang belum direalisasi dari
investasi jk panjang
Lain-lain
Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya:
Pemenuhan program pembatasan
Pemenuhan pembatasan perolehan peralatan
Berakhirnya pembatasan waktu
|
21.600
13.500
14.000
2.125
20.570
375
29.975
3.750
3.125
|
20.275
-
6.450
-
7.380
-
(
29.975 )
(3.750
)
( 3.125 )
|
700
-
300
-
11.550
-
-
-
-
|
42.575
13.500
20.750
2.125
39.500
375
-
-
-
|
Jumlah
Pendapatan, Penghasilan, dan Sumbangan
|
109.020
|
( 2.745 )
|
12.550
|
118.825
|
Beban dan
Kerugian
Program A
Program B
Program C
Manajemen dan umum
Pencarian dana
|
32.750
21.350
14.400
6.050
5.375
|
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
|
32.750
21.350
14.400
6.050
5.375
|
Jumlah Beban
Kerugian akibat kebakaran
Kerugian aktuarial dari kewajiban tahunan
|
79.925
200
-
|
-
-
75
|
-
-
-
|
79.925
-
75
|
Jumlah Beban
dan Kerugian
Perubahan
Aktiva Bersih
Aktiva Bersih
pada Awal Tahun
|
80.125
28.895
259.250
|
75
( 2.820 )
63.750
|
-
12.550
342.575
|
80.200
38.625
665.575
|
Aktiva Bersih
pada Akhir Tahun
|
288.145
|
60.930
|
355.125
|
704.200
|
Yayasan
Maju Bersama
Laporan
Aktivitas (Bentuk B)
Untuk
Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20X2
(dalam
ribuan rupiah)
|
|
Arus Kas dari
Aktivitas Operasi
Kas dari pendapatan jasa
Kas dari penyumbang
Kas dari piutang lain-lain
Bunga dan dividen yang diterima
Penerimaan lain-lain
Bunga yang dibayarkan
Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan supplier
Utang lain-lain yang dilunasi
Kas bersih
yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi
|
13.050
20.075
6.537,5
21.425
375
(955)
(59.520)
(1.062,5)
( 75 )
|
Arus Kas dari
Aktivitas Investasi
Ganti rugi asuransi kebakaran
Pembelian peralatan
Penerimaan dari penjualan investasi
Pembelian investasi
Kas bersih
yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi
|
625
(3.750)
190.250
(187.250)
(125)
|
Arus Kas dari Aktivitas
Pendanaan
Penerimaan dari kontribusi berbatas dari :
Investasi dalam dana abadi (endowment)
Investasi dalam dana abadi berjangka
Investasi bangunan
Investasi perjanjian tahunan
Aktivitas
pendanaan lain :
Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi
Pembayaran kewajiban tahunan
Pembayaran utang wesel
Pembayaran kewajiban jangka panjang
Kas bersih
yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan
Kenaikan
(penurunan) Bersih dalam Kas dan Setara Kas
Kas dan Setara
Kas pada Awal Tahun
Kas dan Setara
Kas pada Akhir Tahun
|
500
175
3.025
500
4.200
750
(362)
(2.850)
(2.500)
(4.962)
(762,5)
(962,5)
1.150
187,5
|
Laporan
Keuangan berdasarkan SAP
Pemerintah Indonesia
memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD dan APBN dalam
bentuk laporan keuangan. Hal ini dijelaskan dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
Pasal 30 UU No. 17 Tahun 2003
menyatakan:
1) Presiden
menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
2) Laporan
Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi APBN, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dihampiri dengan
laporan keuangan perusahaan Negara dan badan lainnya.
Sedangkan Pasal 31 UU No. 17 Tahun 2003 juga menyatakan :
1) Gubernur/
Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang
telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
2) Laporan
Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi APBD, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan
laporan keuangan perusahaan daerah.
Laporan keuangan yang dituntut UU No. 17 Tahun 2003 adalah laporan
keuangan jenis General Purpose Financial
Statement (GPFS) atau Laporan Keuangan Umum. Laporan keuangan umum adalah
laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang meliputi
masyarakat, DPR atau DPRD, investor/ kreditor, manajemen pemerintah, dan
lembaga internasional.
Pemerintah Kota/ Kab ABC
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0
(dalam ribuan rupiah)
|
|||
URAIAN
|
Anggaran
20X1
|
Realisasi
20X1
|
Realisasi
20X0
|
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Restribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
PENDAPATAN
TRANSFER
TRANSFER
PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan
TRANSFER
PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi
Total Pendapatan Transfer
LAIN-LAIN
PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan dan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN
|
45.000
220.000
800.000
385.000
1.450.000
2.300.000
10.000
350.000.000
-
362.310.000
11.500.000
-
11.500.000
373.810.000
15.000.000
-
-
15.000.000
390.260.000
|
75.000
295.000
1.200.000
470.000
2.040.000
12.300.000
10.000
350.000.000
-
362.310.000
11.500.000
-
11.500.000
373.810.000
15.000.000
-
-
15.000.000
390.850.000
|
65.000
250.000
800.000
350.000
1.465.000
10.000.000
10.000
250.000.000
-
260.010.000
10.000.000
-
10.000.000
270.010.000
-
-
-
-
271.475.000
|
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Keuangan
Jumlah Belanja Operasi
BELANJA MODAL
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Bangunan Air
Belanja Modal Bangunan Gedung
Belanja Modal Alat-Alat Besar
Belanja Modal Alat-Alat Angkutan
Belanja Modal Alat-Alat Kantor dan Rumah Tangga
Belanja Aktiva Tetap Lainnya
Belanja Aktiva Lainnya
Jumlah Belanja Modal
BELANJA TAK
TERDUGA
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tak Terduga
JUMLAH BELANJA
TRANSFER
TRANSFER/ BAGI
HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Jumlah Transfer/ Bagi Hasil Ke Desa
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER
SURPLUS/ DEFISIT
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Jumlah Penerimaan
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Jumlah Pengeluaran
PEMBIAYAAN NETO
Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran
|
70.084.000
10.210.000
27.500
-
-
75.000
80.396.500
500.000
1.075.000
200.000
2.950.000
1.250.000
1.670.000
2.625.000
-
-
10.270.000
30.000
30.000
90.696.500
250.000
75.000
-
325.000
91.021.500
299.238.500
189.662.120
-
-
189.662.120
-
1.000.000
100.000
1.100.000
188.562.120
487.800.620
|
69.829.000
9.267.500
27.500
-
-
75.000
79.199.000
500.000
1.075.000
200.000
2.950.000
1.250.000
1.670.000
2.625.000
-
-
10.270.000
20.000
20.000
89.489.000
250.000
75.000
-
325.000
89.814.000
301.036.000
189.662.120
-
-
189.662.120
-
1.000.000
100.000
1.100.000
188.562.120
489.598.120
|
70.000.000
8.750.000
20.000
-
-
50.000
78.820.000
350.000
615.000
115.000
2.000.000
1.000.000
1.000.000
2.000.000
-
-
7.080.000
25.000
25.000
85.925.000
200.000
50.000
-
250.000
86.175.000
185.300.000
4.912.120
-
-
4.912.120
-
500.000
50.000
550.000
4.362.420
189.662.120
|
Pemerintah Kota/ Kab ABC
Neraca
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(dalam ribuan rupiah)
|
||
URAIAN
|
20X1
|
20X0
|
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas di Kas Daerah
Piutang pajak
Persediaan
Jumlah Aktiva Lancar
INVESTASI JANGKA
PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman kepada Perusahan Daerah
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Jumlah Investasi Nonpermanen
Investasi Permanen
Penyertaan Modal pemerintah Daerah
Jumlah Investasi Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang
AKTIVA TETAP
Tanah
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air
Bangunan Gedung
Alat-Alat Besar
Alat-Alat Angkutan
Alat-Alat Kantor Rumah Tangga
Jumlah Aktiva Tetap
AKTIVA LAINNYA
Dana Santunan
Jumlah Aktiva Lainnya
JUMLAH AKTIVA
|
489.598.120
750.000
450.000
490.798.120
440.000
1.370.000
1.810.000
1.570.000
1.570.000
3.380.000
4.500.000
3.575.000
700.000
3.700.000
1.725.000
1.920.000
2.775.000
18.895.000
12.356.000
12.356.000
525.429.120
|
189.662.120
400.000
450.000
190.512.120
500.000
1.300.000
1.800.000
1.450.000.000
1.450.000.000
1.451.800.000
4.000.000
2.500.000
500.000
750.000
475.000
250.000
150.000
8.625.000
12.000.000
12.000.000
1.662.937.120
|
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Obligasi
Jumlah Kewajiban jangka Pendek
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Utang Dalam Negeri-Obligasi
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN
|
-
85.000
-
85.000
1.915.000
-
1.915.000
2.000.000
|
-
50.000
35.000
85.000
1.300.000
700.000
2.000.000
2.085.000
|
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang
Diinvestasikan dalam Aktiva Tetap
Diinvestasikan dalam Aktiva Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
Jumlah Ekuitas Dana Investasi
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan
JUMLAH EKUITAS
DANA
JUMLAH KEWAJIBAN
DAN EKUITAS DANA
|
489.598.120
750.000
450.000
(85.000)
490.713.120
3.380.000
18.895.000
12.356.000
(1.915.000)
32.716.000
-
-
523.429.120
525.429.120
|
189.662.120
400.000
450.000
(85.000)
190.427.120
1.451.800.000
8.625.000
12.000.000
(2.000.000)
1.470.425.000
-
-
1.660.852.120
1.662.937.120
|
Pemerintah Kota/ Kab ABC
Neraca
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(dalam ribuan rupiah)
|
||
URAIAN
|
20X1
|
20X0
|
ARUS KAS DARI
AKTIVITAS OPERASI
ARUS MASUK KAS
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Suber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Hibah
Jumlah Arus Masuk Kas
ARUS KELUAR KAS
Belanja
Pegawai
Belanja
Barang
Bunga
Bantuan
Keuangan
Balanja Tak
Terduga
Bagi Hasil
Pajak
Bagi Hasil
Retribusi
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS OPERASI
|
75.000
295.000
1.200.000
470.000
12.300.00
10.000
350.000.000
11.500.000
15.000.000
390.850..000
69.829.000
9.267.500
27.500
75.000
20.000
250.000
75.000
79.544.000
311.306.000
|
65.000
250.000
800.000
350.000
10.000.000
10.000
250.000.000
10.000.000
-
271.475.000
70.000.000
8.750.000
20.000
50.000
25.000
200.000
50.000
79.095.000
192.380.000
|
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI AKTIVA
NON-KEUANGAN
ARUS KELUAR KAS
Belanja
Modal Tanah
Belanja
Modal Jalam dan Jembatan
Belanja
Modal Bangunan Air
Belanja
Modal Bangunan Gedung
Belanja
Modal Alat-Alat Besar
Belanja
Modal Alat-Alat Angkutan
Belanja
Modal Alat-Alat Kantor Rumah Tangga
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS INVESTASI AKTIVA
NONKEUANGAN
|
500.000
1.075.000
200.000
2.950000
1.250.000
1.670.000
2.625.000
10.270.000
(10.270.000)
|
350.000
615.000
115.000
2.000.000
1.0000.000
1.000.000
2.000.000
7.080.000
(7.080.000)
|
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
ARUS MASUK KAS
Pencairan
Dana Cadangan
Hasil
Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman
Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Jumlah Arus Masuk Kas
ARUS KELUAR KAS
Pembentukan
Dana Cadangan
Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran
Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
|
-
-
-
-
-
1.000.000
100.000
1.100.000
(1.100.000)
|
-
-
-
-
-
500.000
50.000
550.000
(550.000)
|
ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN
ARUS MASUK KAS
Penerimaan
Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Masuk Kas
ARUS KELUAR KAS
Pengeluaran
Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVA NONANGGARAN
KENAIKAN/ PENURUNAN KAS
SALSO AWAL KAS DI BUD
SALDO AKHIR KAS DI BUD
SALDO AKHIR KAS DI PEMEGANG KAS
SALDO AKHIR KAS
|
413.000
413.000
(413.00)
(413.000)
-
299.936.000
189.662.120
489.598.120
-
89.598.120
|
1.616.000
1.616.000
(1.616.000)
(1.616.000)
-
184.750.000
4.912.120
189.662.120
-
189.662.120
|
LAPORAN KEUANGAN DALAM
INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARDS- IPSAS
(STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
INTERNASIONAL)
Public Sector Entity
Statement of Financial
Position
As of 31 December 20X2
(in Thousand of Currency
Units)
|
|||||
ASSETS
Current Asset
Cash and cash equivalents
Receivables
Inventories
Prepayment
Investment
Total Current
Asset
Non Current Assets
Receivable
Investment
Other financial assets
Infrastructure, plant, and equipment
Land and buildings
Intangible assets
Other non-financial assets
Total Non-Current Asset
TOTAL ASSET
|
20X1
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
|
20X2
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
|
|||
LIABILITIES
Current Liabilities
Payable
Short-term borrowings
Current portion of borrowings
Provisions
Employee benefits
Superannuation
Total Current Liabilities
Non-Current Liabilities
Payable
Borrowings
Provisions
Employee benefits
Superannuation
Total Non-Current Liabilities
TOTAL LIABLITIES
Net Asset
NET ASSETS/ EQUITY
Capital contributed by
Other government entities
Reserves
Accumulated surpluses/ (deficit)
Minority
interest
Total net asset/ equity
|
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
|
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
|
Public Sector Entity
Statement of Financial
Position
As of 31 December 20X2
(in Thousand of Currency
Units)
|
||
|
20X2
|
20X1
|
Operating
Revenues
Taxes
Fees, fines, penalties, and licenses
Revenue from exchange transactions
Transfer from other government entities
Other
operating revenue
Total
operating revenues
Operating Expenses
General public service
Defense
Public order and safety
Education
Health
Social protection
Housing and community amenities
Recrectional and community amenities
Recrectional, cultural, and religion
Economic affairs
Environmental
protection
Total operating expenses
Surplus/ (deficit) from
operating activities
Finance costs
Gains on sale of property,
plant, and equipment
Total non-operating revenue
(expenses)
Surplus/ (deficit) from
ordinary activities
Minority interest share of
surplus/ (deficit)
Net surplus/ (deficit) before
extradionary items
Extradionary items
Net surplus/(deficit) for the
period
Operating Revenue
Taxes
Fees, fines, penalties, and licenses
Revenue from exchange transactions
Transfer from other government entities
Other operating revenue
Total operating revenues
Operating Expenses
Wages, salaries, and employes benefits
Grants and other transfer payments
Supllies and consumables used
Depreciation and amortization
Other operating expenses
Total operating expenses
Surplus/ (deficit) from
operating activities
Finance costs
Gains on sale of property,
plant, and equipment
Total non-operating revenue
(expenses)
Surplus/ (deficit) from
ordinary activities
Minority interest share of
surplus/ (deficit)
Net surplus/ (deficit) before
extradionary items
Extradionary items
Net surplus/(deficit) for the
period
|
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
|
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
( XXX )
XXX
(
XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
( XXX )
XXX
(
XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
|
Public Sector Entity
Statement of Changes in
Net Asset/ Equity
For the Year Ended 31
December 20X2
(in Thousands of Currency
Units)
|
|||||
|
Contributed
Capital
|
Revaluation
Reserve
|
Translation
Reserve
|
Accumulated
Surplus/ (Deficit)
|
Total
|
Balance
at 31/ 12/ 20X0
Changes
in accounting policy
Restated
balance
Surplus
on revaluation of property
Deficit
on revaluation of investments
Currency
translation differences
|
XXX
(XXX)
XXX
-
-
-
|
XXX
-
XXX
XXX
(XXX)
-
|
(XXX)
-
XXX
-
-
(XXX)
|
XXX
(XXX)
XXX
-
-
-
|
XXX
(XXX)
XXX
XXX
(XXX)
(XXX)
|
Net
gains and losses not recognized in the statement of financial performance
Net
surplus for the period
Balance
at 31/ 12/ 20X1
Deficit
on revaluation of property
Surplus
on revaluation of investments
Currency translation
differences
|
XXX
|
XXX
XXX
(XXX)
XXX
|
(XXX)
(XXX)
(XXX)
|
XXX
XXX
|
XXX
XXX
XXX
(XXX)
XXX
XXX
|
Net
gains and losses not recognized in the statement of financial performance
Net
deficit
Balance
at 31/ 12/ 20X2
|
XXX
|
(XXX)
XXX
|
(XXX)
(XXX)
|
(XXX)
XXX
|
(XXX)
(XXX)
XXX
|
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori akuntansi memiliki kaitan yang
erat dengan akuntansi keuangan, terutama pelaporan keuangan kepada pihak
eksternal. Tujuan mempelajari teori akuntansi, antara lain:
a. Untuk
memahami praktik akuntansi yang saat ini ada.
b. Mempelajari
kelemahan dan kekurangan dari praktik
akuntansi yang saat ini dilakukan.
c. Memperbaiki
praktik akuntansi di masa datang.
Untuk
menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat diandalkan,
terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah: objektivitas, konsistensi, daya banding, tepat waktu, ekonomis
dalam penyajian laporan, dan materialitas. Terdapat beberapa teknik akuntansi
pada organisasi sektor publik, yaitu:
a. Akuntansi
Anggaran (Budgetary Accounting)
b. Akuntansi
Komitmen (Commitment Accounting)
c. Akuntansi
Dana (Fund Accounting)
Terdapat
dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu:
·
Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)
·
Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)
d.
Akuntansi Kas
e.
Akuntansi Akrual
Laporan
keuangan dalam lingkungan sektor publik memiliki peranan dalam menciptakan
akuntabilitas sektor publik. Semakin besar tuntutan terhadap pelaksanaan
akuntabilitas sektor publik memperbesar kebutuhan akan transparasi informasi
keuangan sektor publik. Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan
keuangan sektor publik sebagai berikut:
a.
Kepatuhan dan Pengelolaan (Compliance and Stewardship).
b.
Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif
(Accountability and Retrospective
Reporting).
c.
Perencanaan dan Informasi Otorisasi (Planning and Authorization Information).
d.
Kelangsungan Organisasi (Viability)
e.
Hubungan Masyarakat (Public Relation)
f.
Sumber Fakta dan Gambaran (Source of Facts and Figures)
Drebin et al (1981)
mengidentifikasikan sepuluh kelompok pengguna laporan keuangan sektor publik antara
lain:
1. Pembayar
pajak
2. Pemberi
bantuan (grantors)
3. Investor
4. Pengguna
jasa
5. Karyawan
|
6. Pemasok
7. Dewan
Legislatif
8. Manajemen
9. Pemilih
(voters)
10. Badan
Pengawas (Oversight Bodies)
|
Laporan
keuangan sektor publik terbagi menjadi dua yaitu:
a. Laporan
keuangan yang menunjukkan posisi keuangan organisasi pada waktu tertentu.
b. Laporan
keuangan yang menjelaskan perubahan atas posisi keuangan tersebut.
Pada
umumnya, beberapa laporan keuangan tersebut antara lain:
1.
Neraca atau Laporan Posisi
Keuangan.
2.
Laporan Operasi atau Laporan
Aktivitas atau Laporan Realisasi Anggaran.
3.
Laporan Arus Kas.
4.
Laporan Perubahan Ekuitas.
5.
Catatan Atas Laporan
Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Nordiawan, Deddi. 2009. Akuntansi
Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta : Andi.
PSAK 45. Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar