EVOLUSI TEORI
MANAJEMEN
SEJARAH PEMIKIRAN TENTANG MANAJEMEN
Pembahasan dan pemahaman perkembangan teori-teori manajemen sangat diperlukan
guna memberikan landasan dalam pemahaman perkembangan teori manajemen
selanjutnya. Setiap pandangan dalam teori manajemen akan membantu manajer untuk
membuat keputusan-keputusan yang lebih efektif pada berbagai masalah yang
berbeda dalam organisasi yang terus mengalami perubahan. Tiga pandangan utama
tentang manajemen dapat dikelompokkan berdasarkan pendekatan-pendekatan sebagai
berikut :
• Pendekatan
klasik (the classical approaches), yang dikenal sebagai aliran manajemen
ilmiah (scientific management) dan teori organisasi klasik/prinsip-prinsip
administrative (administrative principles) serta organisasi birokrasi
(bureaucratic organization) yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan
prinsip-prinsip universal untuk berbagai situasi manajemen.
• Pendekatan
sumber daya manusia (the human resources approaches), yang dikenal juga
sebagai aliran perilaku, yaitu pendekatan pada studi manajemen tentang
kebutuhan manusia, kerja kelompok serta peranan faktor-faktor social di tempat
kerja.
• Pendekatan
kauntitatif atau pendekatan ilmu manajemen (the quantitative or management
science approaches), yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan
menggunakan teknik-teknik matematis dalam memecahkan masalah manajemen dalam
sebuah organisasi.
• Pendekatan modern (modern approaches),
yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan pandangan system dan pemikiran
kontingensi berdasarkan komitmen terhadap mutu dan kinerja yang tinggi
1.1. Pendekatan Manajemen Klasik
Aliran klasik, terdiri dari :
a) Manajemen Ilmiah
Tokoh utama aliran ini adalah Frederick Winslow Taylor yang menulis buku
“Scientific Management”. Taylor memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan
pendekatan ilmiah pada manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk mencapai
efisiensi.
Empat prinsip dasar manajemen
ilmiah, yaitu :
1. Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen, agar
metode yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat
diberikan tanggung jawab atas suatu tugas sesuai dengan kemampuannya.
3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah karyawan
4. Kerjasama yang baik antara manajemen dan
karyawan
Teknik pencapaian efisiensi yang dikembangkan untuk melaksanakan
prinsip-prinsiptersebut adalah studi gerak dan waktu, pengawasan fungsional,
system upah perpotongan differensial, kartu instruksi, pembelian dengan
spesifikasi dan standardisasi pekerjaan, peralatan, dan tenaga kerja.
b) Prinsip-Prinsip Administratif
Tokoh utama aliran ini adalah Henry Fayol, indsutrialis Perancis yang menulis
buku “Administration Industriele et Generale”, mengemukakan lima unsur
manajemen POACC (fungsionalisme Fayol)
Fayol membagi operasi perusahaan menjadi enam kegiatan yang saling bergantung
yaitu :
1. Teknik, produksi dan
manufacturing produk.
2. Komersial, pembelian
bahan baku dan penjualan produk
3. Keuangan, perolehan
dan penggunaan modal
4. Keamanan, melindungi
para karyawan dan kekayaan perusahaan
5. Akuntansi, pelaporan
dan pencatatan keuangan
6. Manajerial, penerapan
fungsi POACC
Empat belas prinsip
manajemen Fayol yaitu :
1. Pembagian kerja, spesialisasi meningkatkan
efisiensi pelaksanaan kerja
2. Wewenang, hak untuk memberi perintah dan untuk dipatuhi
3. Disiplin, respek, dan ketaatan pada peranan dan tujuan organisasi
4. Kesatuan perintah, setiap karyawan hanya menerima intruksi tentang kegiatan
tertentu dari seorang atasan.
5. Kesatuan pengarahan, operasi-operasi organisasi yang mempunyai tujuan yang
sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.
6. Meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan umum
7. Balas jasa, kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil bagi
karyawan dan pemilik.
8. Sentralisasi, ada keseimbangan yang tepat antara sentralisasi (pengambilan
keputusan terpusat) dan desentralisasi (memberikan peranan dalam pembuatan
keputusan kepada karyawan
9. Rantai scalar, garis perintah dan wewenang yang jelas
10. Order, kebutuhan sumber daya harus ada pada waktu dan tempat yang tepat
11. Keadilan, harus ada persamaan perlakuan dalam organisasi
12. Kestabilan staff, tingkat perputaran karyawan yang tinggi tidak baik untuk
perkembangan perusahaan.
13. Inisiatif, adanya kebebasan karyawan menjalankan pekerjaan sesuai rencana
14. Semangat korps, kesatuan adalah kekuatan, menekankan mendorong komunikasi
lisan bila memungkinkan.
Marry Parker Follet memberikan pandangan
terhadap prinsip-prinsip administratif dalam bukunya “Dynamic Administration :
The Collected Papers of Mary Parker Follet” sebagai berikut :
• Tugas manajer adalah membantu karyawan untuk saling bekerja sama mencapai
kepentingan-kepentingan yang terintegrasi
• Rasa memiliki terhadap perusahaan menciptakan rasa tanggung jawab kolektif
• Permasalahan dalam bisnis melibatkan banyak factor yang harus dipertimbangkan
berkaitan dengan hubungan antar factor
• Pemberian pelayanan dan keuntungan perusahaan harus dikaitkan dengan
kesejahteraan masyarakat
c) Teori Organisasi Birokratis, yang
dikemukakan Max Waber menyatakan tentang konsep birokrasi yaitu : sebuah bentuk
organisasi yang ideal dengan tujuan yang rasional serta sangat efisien yang
didasarkan atas prinsip-prinsip yang masuk akal, teratur serta wewenang formal.
Beberapa karakteristik konsep birokrasi
Weber, yaitu :
• Pembagian tugas yang jelas,,
pekerjaan ditentukan secara jelas menjadikan karyawan lebih terampil terhadap
pekerjaan itu
• Hierarki wewenang yang jelas,
posisi wewenang dan tanggung jawab ditentukan dengan jelas, setiap posisi
melaporkan pada posisi lain yang lebih tinggi
• Aturan dan prosedur formal,
petunjuk tertulis yang mengatur setiap perilaku dan keputusan dibuat secara
formal
• Impersonal, aturan dan
prosedur diterapkan secara menyeluruh, tidak ada yang mendapat perlakuan khusus
• Jenjang karier didasarkan
atas kualitas, karyawan dipilih dan dipromosikan berdasarkan kemampuan dan kinerja, manajer harus karyawan yang
professional.
1.2. Pendekatan Sumber Daya
Manusia/Perilaku Manusia
Aliran ini muncul karena ketidakpuasan terhadap pendekatan klasik yang
tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Aliran
ini berusaha melengkapi dengan pandangan sosiologi dan psikologi.
Tokoh yang terkenal pada aliran ini adalah
Elton Mayo, melalui percobaan yang dilakukan di pabrik Hawthorne terhadap
kondisi kerja sekelompok karyawan, Mayo menemukan bahwa hubungan manusiawi
diantara anggota terpilih maupun dengan peneliti (pengawas) lebih penting dalam
menentukan produktivitas, perhatian khusus dari manajemen puncak mendorong
peningkatan motivasi mereka, daripada perubahan variabel seperti upah, jam
kerja atau periode istirahat. Fenomena ini dikenal sebagai “Hawthorne effect”.
Pandangan studi Hawthorne Effect memunculkan bidang studi perilaku organisasi
yaitu studi tentang indivisu dan kelompok dalam organisasi diantaranya muncul
teori kebutuhan manusia oleh Abraham Maslow terhadap lima tingkatan kebutuhan
manusia, yaitu :
Teori tersebut berdasarkan atas dua prinsip, pertama prinsip deficit, kebutuhan
yang telah terpenuhi berhenti menjadi motivator dalam perilaku, kedua prinsip
berurutan, kelima kebutuhan tersebut berurutan seperti suatu hirarki, suatu
kebutuhan disetiap tingkatan akan muncul jika kebutuhan ditingkat yang lebih
rendah sudah terpenuhi.
Douglas McGregor memberikan pandangan berdasarkan studi Hawthorne dan Maslow,
yaitu teori X dan teori Y tentang sifat manusia di tempat kerja :
Teori X
berasumsi bahwa karyawan :
• Tidak suka bekerja
• Tidak mempunyai ambisi
• Tidak bertanggung jawab
• Enggan untuk berubah
• Lebih suka dipimpin daripada memimpin
Teori
Y berasumsi bahwa karyawan :
Suka
bekerja
• Mampu mengendalikan diri
• Menyukai tanggung jawab
• Penuh imajinasi dan kreasi
• Mampu mengarahkan diri sendiri
Manajer yang berasumsi bahwa karyawan bersifat X akan bersikap sangat mengatur
dan berorientasi pada pengendalian. Sikap ini mendorong karyawan bersikap
pasif, tergantung dan mempunyai rasa enggan.
Manajer yang berasumsi bahwa karyawan bersifat Y akan bersikap mendorong
karyawan untuk berpartisipasi, bertanggung jawab dan merasa bebas dan kraetif
dalam melakukan pekerjaan mereka.
1.3. Pendekatan Management Science
Aliran kuantitatif (management science), merupakan ilmu manajemen yang
berdasarkan teknik-teknik matematis untuk pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan, biasanya digunakan dalam kegiatan seperti penganggaran modal,
manajemen aliran kas, scheduling produksi, pengembangan strategi produk,
perencanaan program pengembangan sumber daya manusia dan sebagainya.
Langkah-langkah management science yaitu
:
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan suatu model matematis
3. Mendapatkan penyelesaian dari model
4. Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model
5. Penetapan pengawasan hasil-hasil
6. Pelaksanaan
Pendekatan manajemen kauntitatif mencakup karakteristik sebagai berikut ;
Konsentrasi pada pengambilan keputusan dan dampak akhir bagi tindakan manajemen
Penggunaan kriteria ekonomi dalam keputusan (biaya, pendpatan, deviden)
Penggunaan model matematis dengan hukum dan rumus yang canggih
Penggunaan computer untuk mempercepat proses
1.4. Pendekatan Manajemen Modern
Berkembangnya pendekatan dalam ilmu manajemen menunjukkan bahwa tidak ada satu
teori yang dapat diterapkan secara universal dalam segala situasi. Perkembangan
teori manajemen terus mengalami penyesuaian seiring tuntutan lingkungan
organisasi yang berubah secara dinamis. Sehingga manajer dan organisasi harus
menanggapi perbedaan-perbedaan tersebut melalui strategi manajerial memberi
kesempatan terhadap perkembangan sejumlah bakat dan kemampuan anggota-anggota
organisai. Landasan utama pendekatan ini adalah manajemen sebagai system dan manajemen
dengan pendekatan kontingensi.
1) Pendekatan Sistem
(System Approaches)
Pendekatan system dalam manajemen artinya memandang organisasi sebagai suatu
satu kesatuan yang menyeluruh yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubngan dan sebagai bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas. Pada
dasarnya system merupakan sub system-sub system yang saling berhubungan dan
saling bergantung.
Manajemen memandang system sebagai system tertutup dan system terbuka.
Manajemen system tertutup memusatkan pada hubungan-hubungan dan konsistensi
internal (kesatuan perintah, rentang kendali, wewenang dan delegasi) sedangkan
system terbuka mempertimbangkan pengaruh lingkungan, tetapi secara fungsional
tidak menghubungkannya dengan konsep-konsep dan teknik-teknik manajemen yang
mengarahkan ke pencapaian tujuan.
2) Pendekatan Kontingensi (Contingency
Approaches)
Pendekatan ini memandanga bahwa tugas manajer adalah mengidentifikasikan teknik
mana pada situasi tertentu, di bawah keadaan tertentu dan pada waktu tertentu
akan membantu pencapaian tujuan manajemen.
Perbedaan kondisi dan situasi membutuhkan aplikasi dan teknik manajemen yang
berbeda, karena tidak ada teknik, prinsip dan konsep universal yang dapat
diterapkan dalam seluruh kondisi. Pendekatan ini memasukkan variable-variabel
lingkungan dalam analisanya, karena perbedaan kondisi lingkungan akan
memerlukan aplikasi konsep dan teknik manajemen yang berbeda pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar