BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telah kita ketahui
bahwa auditing merupakan suatu proses untuk membandingkan laporan keuangan
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui
apakah laporan keuangan yang dibuat telah sesuai dengan standar akuntansi
keuangan. Selain itu, dengan mengaudit suatu laporan keuangan dapat terlihat
kecurangan-kecurangan apa saja yang ada dalam suatu organsisasi. Dalam
mengaudit, seorang auditor juga harus terlebih dahulu memahami bidang
keahliannya, karena ketelitian dalam mengaudit merupakan faktor yang penting
dalam mengaudit. Banyak hal yang harus dipahami auditor dalam mengaudit, tetapi
disini penulis akan membahas mengenai audit kas dan bank.
Kas merupakan harta lancar
perusahaan yang sangat menarik dan mudah diselewengkan. Hal itu karena
banyaknya transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Selain
itu, kas lebih mudah menjadi objek pencurian dibandingkan jenis aset lainnya
karena kebanyakan aset harus dikonversikan terlebih dahulu ke kas agar dapat
diuangkan. Untuk itu tujuan dilakukannya audit atas kas adalah untuk memeriksa
apakah saldo kas yang ada di neraca per tanggal neraca benar-benar ada dan
dimiliki perusahaan.
Untuk mengetahui
mengenai hal tersebut, maka penulis akan menjelaskan tentang audit atas kas
agar penulis dan pembaca mengetahui bagaimana prosedur untuk mengaudit kas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut.
1.
Bagaimana perlakuan
akuntansi terhadap kas?
2.
Apa tujuan audit terhadap kas?
3.
Bagaimana prosedur dalam mengaudit kas?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah
untuk menjawab rumusan masalah yaitu sebagai berikut.
1.
Untuk menjelaskan perlakuan
akuntansi terhadap kas.
2.
Untuk menjelaskan tujuan audit terhadap kas.
3.
Untuk menjelaskan prosedur dalam mengaudit kas.
1.3.2 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari karya
tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1.
Bagi Pembaca:
untuk
memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai proses audit atas kas.
2.
Bagi Penulis:
untuk menambah pengalaman dalam membuat makalah
ini dan menambah wawasan tentang proses audit.
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1 Perlakuan
Akuntansi Terhadap Kas
Kas
merupakan harta lancar entitas atau perusahaan yang sangat menarik dan mudah
untuk diselewengkan. Karena menyangkut dengan penerimaan dan pengeluaran kas
maka perlu pengendalian internal (internal control) yang baik atas kas dan
bank. Sedangkan menurut PSAK No.2 (2009), Kas terdiri atas saldo kas (cash on
hand) dan rekening giro (demand deposits), sedangkan setara kas (cash
equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan
yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan
memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka
pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan
setara kas, investasi harus dapat segera diubah menjadi kas dalam jumlah yang
diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya,
suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagau setara kas hanya segera akan
jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.
·
Sifat dan contoh kas dan setara kas
Kas merupakan
harta lancer perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk diselewengkan .
menurut SAK 1994:
a.
Kas adalah alat pembayaran yang siap
dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
b.
Bank adalah sisa rekening giro
perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan mum
perusahaan.
·
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dari bank
adalah:
a.
Kas kecil
b.
Saldo rekening giro di bank
c.
Bon sementara
d.
Bon-bon kas kecil yang belum di
reimbursed
e.
Check tunai yang akan di depositokan
·
Yang
tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan bank dalam neraca adalah :
a.
Deposito
berjangka yang jatuh tempo lebih dr 3 bln
b.
Check
kosong dan check mundur
c.
Dana
yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
d.
Rekening
giro yg tidak
dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri, misalnya karena
dibekukan
Saldo
Kas
Saldo
kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank, pada rekening
giro umum dan rekening tabungan, serta akun impres seperti kas kecil dan
rekening di bank untuk gaji.
Hubungan
Saldo Kas Dengan Transaksi
Lima
siklus transaksi berkaitan langsung dengan saldo kas umum, seperti siklus
pendapatan, pengeluaran, pembiayaan, investasi, dan jasa personalia. Siklus
produksi tidak mempunyai transaksi yang berkaitan langsung dengan kas. Siklus
pembiayaan dan siklus investasi keduanya dapat menaikkan dan menurunkan kas,
sementara siklus pendapatan akan menaikkan kas, dan siklus pengeluaran serta
jasa personalia akan menurunkan kas.
A. Penerimaan
Kas
Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama
yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.
1. Penerimaan
Kas dari Penjualan Tunai
Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara
mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dahulu sebelumbarang
diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterimaoleh
perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan
tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.
Penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga
yaitu:
a.
Peneriamaan
kas dari over-the counter sale
Dalam
penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilihan barang
atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir, dan kemudian
menerima barang yang dibeli. Dalam over-the
counter sale ini, perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi (personal check), atau pembayaran
langsung dari pembeli dengan credit card,
sebelum barang diserahkan kepada pembeli.
b.
Penerimaan
kas dari cash on delivery sales (COD
sales)
Cash on delivery sales (COD sales) adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos,
perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahan dan penerimaan
kas dari hasil penjulan.
c.
Penerimaan
kas dari Credit Card Sales
Credit card merupakan sarana pembayaran bagi pembeli, baik dalam over-the counter sale maupun dalam penjulan yang pengiriman
barangnya dilaksanakan melalui jasa pos atau angkutan umum.
Fungsi yang terkait dalam penerimaan kas
a)
Fungsi
penjualan
b)
Fungsi
kas
c)
Fungsi
gudang
d)
Fungsi
pengiriman
e)
Fungsi
akuntansi
Dokumen yang digunakan dalam penerimaan kas
a)
Faktur
penjualan tunai
b)
Pita
register kas
c)
Credit card slip
d)
Bill of Lading
e)
Faktur
penjualan COD
f)
Bukti
setor bank
g)
Rekapitulasi
harga pokok penjualan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam penerimaan kas
a)
Jurnal
penjualan
b)
Jurnal
penerimaan kas
c)
Jurnal
umum
d)
Kartu
persediaan
e)
Kartu
gudang
Unsur pengendalian intern dalam penerimaan kas
Organisasi
1)
Fungsi
penjualan harus terpisah dari fungsi kas
2)
Fungsi
kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
3)
Transaksi
penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi
pengiriman, dan fungsi akuntansi.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
4)
Penerimaan
order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan mengunakan formulir
faktur penjualan tunai.
5)
Penerimaan
kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur
penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut.
6)
Penjualan
dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank
penerbit kartu kredit.
7)
Penyerahan
barang diotorisasi oleh fungsi pengirima dengan cara membubuhkan cap “sudah
diserahkan” pada faktur penjualan tunai.
8)
Pencatatan
ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan
tanda pada faktur penjualan tunai.
Praktik yang sehat
9)
Faktur
penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.
10) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor
seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau
hari kerja berikutnya.
11) Perhitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas
secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.
2.
Penerimaan Kas dari Piutang
Penerimaan kas dari piutang dapat dilakukan melalui
berbagai cara seperti melalui penagihan perusahaan, melalui pos, dan melalui lock-box collection plan. Diantara
berbagai cara penagihan tersebut penerimaan kas dari piutang seharusnya
mewajibkan debitur melakukan pembayaran dengan menggunakan cek atas nama, yang
secara jelas mencantumkan nama perusahaan yang berhak menerima pembayaran di
atas cek. Dengan cek atas nama ini, perusahaan akan terjamin menerima kas dari
debitur, sehingga kecil kemungkinan orang yang tidak berhak dapat menguangkan
cek yang diterima dari debitur untuk kepentingan pribadinya.
Fungsi yang terkait
a.
Fungsi
sekretariat
b.
Fungsi
penagihan
c.
Fungsi
kas
d.
Fungsi
akuntansi
e. Fungsi pemeriksa intern
Dokumen yang digunakan
a.
Surat
pemberitahuan
b.
Daftar
surat pemberitahuan
c.
Bukti
setor bank
d.
Kuitansi
Unsur pengendalian intern
Organisasi
1.
Fungsi
akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas.
2.
Fungsi
penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
3. Debitur diminta
untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindah
bukuan (giro bilyet).
4. Fungsi penagihan
melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang harus ditagih yang
dibuat oleh fungsi akuntansi.
5. Pengkreditan
rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (bagian piutang) harus
didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur.
Praktik yang sehat
6. Hasil
perhitungan kas harus direkam dalam berita cara penghitungan kas dan disetor
penuh ke bank dengan segera
7. Para penagih
dan kasir harus diasuransikan.
8. Kas dalam
perjalanan (baik yang ada di tangan bagian kasa maupun di tangan penagih perusahaan)
harus diasuransikan.
B. Pengeluaran
Kas
Pengeluaran kas
dalam perusahaan dilakukan dengan menggunakan cek. Pengeluaran kas yang tidak
dapat dilakukan dengan cek (biasanya karena jumlahnya relatif kecil), dilaksanakan
melalui dana kas kecil yang diselenggarakan dengan salah satu diantara sistem
fluktuasi dan sistem impres.
Dokumen yang digunakan
a)
Bukti
kas keluar
b)
Cek
c)
Permintaan
cek
Catatan akuntansi yang digunakan
a)
Jurnal
pengeluaran kas
b)
Register
cek
Fungsi yang terkait
a)
Fungsi
yang memerlukan pengeluaran kas
b)
Fungsi
kas
c)
Fungsi
akuntansi
d)
Fungsi
pemeriksa intern
Unsur pengendalian intern
Organisasi
1.
Fungsi
penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
2.
Transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian
kasa sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
3.
Pengeluaran
kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang
4.
Pembukaan
dan penutupan rekening bank harus mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang
5.
Pencatatan
dalam jurnal pengeluaran kas (atau dalam metode pencatatan tertentu dalam
register cek) harus didasarkan bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi
dari pejabat yang berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang
lengkap.
Praktik yang sehat
6.
Saldo
kas yang ada di tangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau
penggunaan yang tidak semestinya.
7.
Dokumen
dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas harus dibubuhi cap
“lunas”.
8.
Penggunaan
rekening koran bank, yang merupakan informasi dari pihak ketiga merupakan
fungsi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas.
9.
Semua
pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima
pembayaran atau dengan pemindah bukusn.
10. Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil,
pengeluaran ini dilakukan sistem akuntansi pengeluaran kas melalui dana kas
kecil, yang akuntansinya diselenggarakan dengan sistem impres.
11. Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang
ada di tangan dengan jumlah kas menurut catatan akuntansi.
12. Kas yang ada di tangan dan kas yang ada di perjalanan
diasuransikan dari kerugian.
13. Kasir diasuransikan.
14. Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah
terjadinya pencurian terhadap kas yang ada di tangan, misalnya almari besi.
15. Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh bagian
kas.
C. Penggunaan Rekening Bank
Sebagian besar dari
kita hampir dapat dipastikan sudah tidak asing lagi dengan rekening bank.
Penggunaan rekening bank sangat efektif terutama dalam menunjang pengendalian
atas kas. Perusahaan dapat mengamankan kasnya dengan cara menyimpannya di bank.
Selain itu, seringkali perusahaan juga memanfaatkan cek atau transfer uang
lewat rekening bank untuk melakukan pembayaran kas.
Pemanfaatan rekening
bank dapat mengurangi jumlah uang kas yang harus dibawa ke sana ke mari,
sekaligus memperkecil risiko terjadinya kehilangan atas uang kas. Disamping
itu, dengan rekening bank memungkinkan pencatatan berganda atas seluruh
transaksi perusahaan yang melaui bank. Transaksi dicatat oleh perusahaan dan
juga sekaligus oleh bank. Hubungan yang
ada antara perusahaan dengan bank adalah hubungan timbal balik. Setiap kali
perusahaan menyetor uang ke bank maka hal ini merupakan kewajiban bagi bank,
sebaliknya jika perusahaan melakukan penarikan uang maka hal ini akan
mengurangi kewajiban bank. Jumlah saldo uang kas perusahaan yang ada di bank
secara terus-menerus harus dicocokkan antara menurut catatan perusahaan dengan
catatan bank.
Laporan
Bank (Rekening Koran)
Rekening Koran memuat
hal yang sama dengan buku tabungan. Di dalamnya, sama-sama memuat mengenai
tanggal dan sandi transaksi, mutasi debet, mutasi kredit, dan saldo. Bedanya
adalah kalau buku tabungan dibuka untuk nasabah perorangan, sedangkan rekening
koran untuk nasabah corporate (entitas). Untuk nasabah corporate, biasanya
rekening koran yang memuat transaksi bulanan akan dikirim langsung oleh bank ke
nasabah yang bersangkutan. Khusus untuk rekening koran (laporan yang memuat
rincian atas transaksi rekening giro), seluruh penarikan kas harus dilakukan
dengan menggunakan cek atau bilyet giro.
·
Rekonsiliasi Bank Dua Kolom
Rekonsiliasi dua kolom biasanya
dilakukan untuk menetapkan atau mendapatkan saldo akhir cash in bank yang benar
atau yang sesungguhnya. Tampilan laporan atau penyajiannya akan dibagi menjadi
dua bagian (sisi). Sisi petama memuat mengenai rincian koreksi atas saldo akhir
cash in bank menurut catatan bank, sedangkan sisi yang satunya lagi memuat
rincian koreksi atas saldo akhir cash in bank menurut catatan perusahaan.
·
Rekonsiliasi Bank Empat Kolom
Untuk kepentingan audit atas saldo,
biasanya rekonsiliasi bank yang dipegunakan adalah rekonsiliasi empat kolom,
sebagai pembuktian atas saldo akhir cash in bank periode berjalan. Dalam
penyusunan rekonsiliasi empat kolom, dibuat kolom-kolom secara terpisah untuk
rekonsiliasi awal, setoran atau pemasukan, penarikan atau pengeluran, dan
rekonsiliasi akhir.
Berikut beberapa
penyebab timbulnya perbedaan saldo antara catatan menurut perusahaan dengan
rekening Koran yang diterbitkan oleh bank:
ü Deposit
in Transit (Setoran dalam Perjalanan)
Sifatnya akan mengoreksi (menambah)
besarnya saldo cash in bank menurut rekening koran (catatan bank).
ü Outstanding
Checks (Cek yang Masih Beredar)
Sifatnya akan mengoreksi
(mengurangi) besarnya saldo cash in bank menurut rekening Koran (catatan bank).
ü Not
Sufficient Fund Check (Cek Tidak Cukup Dana)
Sifatnya akan mengoreksi
(mengurangi) kembali besarnya saldo cash in bank menurut catatan perusahaan
ü Notes
plus Interest Collected by Bank (Penagihan Piutang Wesel, Beserta Bunganya
Lewat Bank) yang belum dicatat dalam jurnal atau pembukuan perusahaan.
Sifatnya akan menambah saldo cash
in bank menurut catatan perusahaan.
ü Interest
Income (Bunga Bank atas Saldo Rekening Perusahaan yang Mengendap atau Sering
Dikenal Sebagai Jasa Giro) yang belum dicatat dalam jurnal atau pembukuan
perusahaan.
Sifatnya akan menambah saldo cash
in bank menurut catatan perusahaan.
ü Bank
Service Charges (Biaya Jasa Bank) yang belum dicatat dalam jurnal atau
pembukuan perusahaan.
Sifatnya akan mengurangi saldo cash
in bank menurut catatan perusahaan.
ü Error
in Recording (Kesalahan dalam Pencatatan)
Untuk rekonsiliasi bank, jika
jumlah tertentu telah salah dicatat oleh perusahaan, maka selisih jumlah
kesalahan tersebut seharusnya ditambahkan atau dikurangkan dari saldo cash in
bank menurut catatan perusahaan, disertai dengan pembuatan jurnal koreksi.
Demikian juga jika jumlah tertentu telah salah (keliru) dicatat oleh bank, maka
selisih jumlah kesalahn tersebut seharusnya ditambahkan atau dikurangkan dari
saldo cash in bank menurut catatan bank, tanpa perlu membuat jurnal koreksi
dalam pembukuan perusahaan.
Kuesioner
|
Y = Ya T = Tidak
|
|||||||
TR = Tidak Relevan
|
||||||||
Y
|
T
|
TR
|
||||||
Penerimaan Kas/ Bank
|
||||||||
1
|
Apakah digunakan
kwitansi khusus perusahaan?
|
|
|
|
||||
Bila Ya, apakah:
|
|
|
|
|||||
a. Bernomor urut
tercetak?
|
|
|
|
|||||
b. Digunakan menurut
urutan nomor urut?
|
|
|
|
|||||
c. Bentuk pembayaran
menggunakan kwitansi?
|
|
|
|
|||||
d. Buku kwitansi
terdaftar? Dicatat secara up-to-date?
|
|
|
|
|||||
e. Buku kwitansi
terkontrol dengan baik?
|
|
|
|
|||||
f. Bagian akuntansi
memerhatikan urutan nomor urut?
|
|
|
|
|||||
2
|
Bila digunakan bon
(penjualan) kontan, apakah:
|
|
|
|
||||
a. Bernomor urut
tercetak?
|
|
|
|
|||||
b. Digunakan menurut
urutan nomor urut?
|
|
|
|
|||||
c. Bentuk pembayaran
dinyatakan dalam kwitansi?
|
|
|
|
|||||
d. Bon kontan
terdaftar?
|
|
|
|
|||||
e. Dicatat secara
up-to-date?
|
|
|
|
|||||
f. Bagian akuntansi
memperhatikan urutan nomor urut?
|
|
|
|
|||||
3
|
Apakah penagih piutang
(kolektor) atau orang yang membuka sampul pengiriman uang (khusus untuk
perusahaan yang menerima pembayaran berupa cek melalui pos) membuat suatu
daftar cek dan uang tunai yang diterima?
|
|
|
|
||||
Bila Ya, apakah:
|
|
|
|
|||||
a. Satu salinan (copy)
diberikan kepada bagian akuntansi?
|
|
|
|
|||||
b. Daftar tersebut
dicocokkan oleh bagian akuntansi dengan kwitansi?
|
|
|
|
|||||
4
|
Bila tidak digunakan
kwitansi atau bon (penjualan) tunai, apakah perusahaan menggunakan cash
register untuk mengadministrasikan penerimaan?
|
|
|
|
||||
Bila Ya, uraikan
pengendalian internal mulai dari penerimaan sampai penyetoran hasil
penerimaan (pada kertas terpisah)
|
|
|
|
|||||
5
|
Apakah penjualan tunai
atas sisa bahan dan sejenisnya prosedurnya sama dengan penjualan biasa?
|
|
|
|
||||
6
|
Apakah hasil
penerimaan baik dari penjualan tunai maupun penagihan piutang disetorkan
secara utuh ke bank paling lambat keesokan harinya?
|
|
|
|
||||
7
|
Apakah penyetoran
dilakukan oleh pegawai yang bukan pemegang buku piutang?
|
|
|
|
||||
8
|
Apakah bukti setoran
dicocokkan dengan kwitansi/ bon (penjualan) tunai oleh bagian akuntansi?
|
|
|
|
||||
9
|
Apakah total yang
tertera pada bukti setoran dicocokkan dengan transaksi debit pada buku bank
yang bersangkutan?
|
|
|
|
||||
10
|
Apakah Debet Memo dari
bank diterima langsung oleh pejabat tertentu (yang bukan kasir) untuk
diinvestigasi?
|
|
|
|
||||
11
|
Apakah tugas kasir
terpisah dari pembukuan piutang?
|
|
|
|
||||
12
|
Apakah tata
administrasi diatur sedemikian rupa sehingga kasir atau orang yang menyetor
ke bank tidak mendapat kesempatan untuk mencatat atau mengubah angka pada
buku piutang dan daftar perhitungan saldo yang akan dikirim kepada pelanggan?
|
|
|
|
||||
13
|
Bila perusahaan
membina beberapa dana kas sesuai dengan sumber penggunaannya, apakah dana kas
tersebut dan surat berharga secara fisik disimpan secara terpisah dan
diadministrasikan masing-masing (tidak tercampur)?
|
|
|
|
||||
14
|
Untuk cek mundur yang diterima,
apakah:
|
|
|
|
||||
a. Hanya diberikan
kwitansi sementara penerimaan cek mundur?
|
|
|
|
|||||
b. Diberikan kwitansi
asli bila telah dapat diuangkan?
|
|
|
|
|||||
c. Disetorkan ke bank
pada saat jatuh tempo?
|
|
|
|
|||||
d. Dibina buku catatan
cek mundur?
|
|
|
|
|||||
Bila Ya, apakah orang
tertentu (bukan kasir) secara berkala mencocokkan catatan tersebut dengan kwitansi
sementara/ asli?
|
|
|
|
|||||
15
|
Apakah pengaman untuk
menjaga uang kas cukup? Sebutkan bagaimana?
|
|
|
|
||||
Disimpan dalam brankas
yang kuncinya dipegang oleh dua orang yang berbeda
|
|
|
|
|||||
16
|
Apakah atas kerugian
yang mungkin diderita atas uang yang disimpan atau di perjalanan
diasuransikan dengan cukup?
|
|
|
|
||||
Sebutkan perinciannya!
|
|
|
|
|||||
17
|
Apakah penerimaan yang
sifatnya rutin, misalnya sewa, dividen, bunga, dan sebagainya secara berkala
ditelaah sehingga atas kekurangannya segera dibuatkan catatan dan
diinvestigasi?
|
|
|
|
||||
18
|
Apakah kantor Pusat
mengontrol penerimaan Cabang?
|
|
|
|
||||
Pengeluaran Kas/ Bank
|
|
|
|
|||||
1
|
Apakah semua
pembayaran kecuali untuk pengisian dana kas kecil dilakukan dengan cek?
|
|
|
|
||||
2
|
Apakah semua cek yang
belum digunakan, disimpan oleh orang tertentu secara aman?
|
|
|
|
||||
3
|
Apakah cek diguanakan
menurut nomor urut?
|
|
|
|
||||
4
|
Apakah semua cek yang
dibatalkan tetap melekat pada buku cek dan dirusak agar tidak dapat
disalahgunakan?
|
|
|
|
||||
5
|
Apakah cek dilindungi
terhadap pemalsuan tulisan?
|
|
|
|
||||
6
|
Apakah kebijakan
perusahaan:
|
|
|
|
||||
6.1 Tidak memungkinkan
penandatanganan blanko cek?
|
|
|
|
|||||
6.2 Menghindari
mengeluarkan cek "tunai" (tidak atas nama)?
|
|
|
|
|||||
6.3 Tidak mengeluarkan
cek mundur?
|
|
|
|
|||||
7
|
Haruskah semua cek:
|
|
|
|
||||
7.1 Di-counter signed?
|
|
|
|
|||||
7.2 Dilengkapi dengan
bukti pendukung yang cukup bila diajukan untuk ditandatangani?
|
|
|
|
|||||
8
|
Sebutkan batas jumlah
yang dapat ditandatangani hanya seorang:
|
|
|
|
||||
Jumlah: Rp
|
|
|
|
|||||
Oleh:
|
|
|
|
|||||
9
|
Apakah penandatangan
cek terpisah dari orang yang menyimpan uang kas dan pemegang buku?
|
|
|
|
||||
10
|
Bila digunakan
stempel, apakah disimpan oleh yang berhak menandatangani cek?
|
|
|
|
||||
11
|
Apakah setiap
pembayaran didukung dengan bukti otentik yang telah diperiksa dan disetujui
oleh orang laindari yang menandatangani cek dan diparaf?
|
|
|
|
||||
12
|
Apakah semua bukti
segera distempel "LUNAS" untuk menghindari pembayaran dua kali?
|
|
|
|
||||
13
|
Apakah orang yang
menyiapkan cek berbeda dengan:
|
|
|
|
||||
13.1 Orang yang
menandatangani cek?
|
|
|
|
|||||
13.2 Pembayar uang
kas?
|
|
|
|
|||||
14
|
Bila perusahaan
menerima cek mundur dari pelanggan, apakah cek tersebut tidak pernah
dibayarkan lagi kepada pihak ketiga?
|
|
|
|
||||
Rekonsiliasi Bank
|
|
|
|
|||||
15
|
Apakah rekonsiliasi
bank:
|
|
|
|
||||
15.1 Dibuat paling
sedikit sebulan sekali?
|
|
|
|
|||||
15.2 Oleh seorang
pejabat terpisah dari: pemegang uang kas termasuk penyetor uang kas ke bank?
|
|
|
|
|||||
15.3 Diperiksa oleh pejabat
yang senior?
|
|
|
|
|||||
16
|
Apakah rekening koran
langsung dikirim oleh bank kepada orang yang membuat rekonsiliasi?
|
|
|
|
||||
17
|
Apakah penyetoran ke
bank yang belum tampak di rekening koran, cek yang masih beredar, dan
transfer antar bank diperhatikan dengan seksama pada saat rekonsiliasi?
|
|
|
|
||||
Kas Kecil
|
|
|
|
|||||
18
|
Apakah kas kecil atau
dana kas lainnya:
|
|
|
|
||||
18.1 Menggunakan
sistem dana tetap?
|
|
|
|
|||||
18.2 Pengeluaran
dibatasi dengan suatu jumlah tertentu?
|
|
|
|
|||||
18.3 Besarnya dana
diperiksa secara periodik?
|
|
|
|
|||||
18.4 Diawasi dengan
memadai?
|
|
|
|
|||||
19
|
Bila seseorang
menguasai labih dari satu kas, apakah dibina dan dibukukan secara terpisah
dengan rapi?
|
|
|
|
||||
20
|
Apakah bukti
pengeluaran kas kecil:
|
|||||||
20.1 Diperlukan untuk
semua pembayaran?
|
||||||||
20.2 Ditandatangani
oleh yang melakukan pembayaran?
|
||||||||
20.3 Ditandatangani
oleh yang memeriksa pembayaran?
|
||||||||
20.4 Ditulis dengan
tinta?
|
||||||||
20.5 Jumlah, kecuali
ditulis dengan angka, juga dieja dengan huruf?
|
||||||||
20.6 Disetujui oleh pejabat
yang berwenang?
|
||||||||
21
|
Apakah secara berkala
dilakukan kas opname secara mendadak?
|
|||||||
22
|
Apakah pengisian
kembali kas kecil dilakukan:
|
|||||||
22.1 Dengan cek?
|
||||||||
22.2 Semua dokumen
yang mendukung pembayaran diperiksa?
|
||||||||
23
|
Apakah pemberian uang muka
harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang?
|
|||||||
24
|
Tidak terdapat bon
gantung yang lama tidak dipertanggungjawabkan?
|
|||||||
|
||||||||
A.
Kelemahan-kelemahan lain yang tidak tercantum pada pernyataan di
atas:
|
||||||||
B.
Catatan lain:
|
||||||||
C.
Kesimpulan penilaian (Baik, Sedang, Buruk)?
|
||||||||
D.
Revisi kesimpulan penilaian (lampirkan alasannya).
|
||||||||
Klien
|
Dibuat oleh:
|
Diperiksa oleh:
|
Indeks
|
|||||
Skedul
|
Tanggal:
|
Tanggal:
|
Periode
|
|||||
2.2
Tujuan Audit
atas Kas
Tujuan Audit Spesifik untuk Saldo Kas
Kategori
Asersi
|
Tujuan
Audit Saldo Akun
|
Keberadaan
atau Keterjadian
|
Saldo kas yang dicatat ada pada
tanggal neraca
|
Kelengkapan
|
Saldo kas yang dicatat mencakup
pengaruh dari semua transaksi kas yang telah terjadi
Transfer kas akhir tahun di antara
bank telah dicatat pada periode yang tepat
|
Hak
dan kewajiban
|
Entitas mempunyai hak legal atas semua
saldo kas yang diperlihatkan pada tanggal neraca
|
Penilaian
atau alokasi
|
Saldo kas yang dicatat dapat
direalisasi pada jumlah yang dinyatakan di neraca dan sesuai dengan skedul
pendukung
|
Penyajian
dan pengungkapan
|
Saldo kas telah diidentifikasi dan
diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca
Lini kredit, jaminan pinjaman,
perjanjian saldo kompensasi, dan pembatasan lain padanya atas kas telah
diungkapkan dengan tepat.
|
2.3 Prosedur dalam Mengaudit Kas
Pertimbangan
Perencanaan Audit
·
Materialitas
Bagi kebanyakan
entitas, bagian dari aktiva lancar atau total aktiva pada suatu titik waktu
yang disajikan oleh saldo kas adalah sangat kecil, dan seringkali tidak
material. Akan tetapi, jika dikaitkan dengan transaksi dalam lima siklus
transaksi yang mempengaruhi kas, jumlah kas yang mengalir melalui akun-akun
selama suatu periode waktu benar-benar dapat sangat material.
·
Risiko Inheren
Volume transaksi yang
tinggi dapat menimbulkan tingkat risiko inheren yang signifikan untuk asersi
saldo kas tertentu, terutama keberadaan dan keterjadian serta kelengkapan.
Selain itu, sifat saldo kas juga membuatnya mudah dicuri.
·
Risiko Prosedur Analitis
Saldo kas dipengaruhi
secara signifikan oleh keputusan dan strategi operasi, investasi, serta
pembiayaan manajemen. Akibatnya, dalam beberapa audit atas saldo ini mungkin
tidak diharapkan untuk memperlihatkan hubungan yang stabil atau dapat
diprediksi dengan data keuangan atau operasi masa berjalan atau historis.
·
Risiko Pengendalian
Penerimaan dan
pengeluaran kas seringkali merupakan transaksi rutin yang dapat dikendalikan
oleh sistem pengendalian internal yang baik, sehingga dapat memungkinkan
auditor untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat yang rendah. Karena
rawannya saldo kas atas pencurian, maka banyak auditor akan mengevaluasi secara
cermat pengendalian internal atas kas.
Pengujian
Substantif Atas Saldo Kas
Dalam bagian ini dan subbagian berikut, istilah saldo kas
hanya mengacu pada kas yang ditahan dan di bank, tidak termasuk kas kecil dan
dana impres lainnya.
1)
Menentukan
Risiko Deteksi
Beberapa pemilik
perusahaan kecil menginginkan agar auditor secara cermat mengaudit kas guna
memberikannya kepastian tentang keabsahan saldo kas.
Risiko inheren biasanya
tinggi karena kerawanan kas terhadap penyalahgunaan. Efektivitas prosedur
analitis seringkali tergantung pada prosedur yang ditempuh entitas untuk
mengembangkan anggaran atau peramalan kas yang akurat. Model risiko audit atau
matriks risiko kemudian dapat digunakan untuk menentukan tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima atas setiap asersi saldo kas.
2)
Merancang
Pengujian Substantif
Suatu daftar pengujian
substantif yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit spesifik atas
saldo kas disusun menurut kerangka kerja umum untuk mengembangkan program audit
bagi pengujian substantif. Bebrapa dari pengujian dapat berlaku untuk lebih
dari satu tujuan audit, dan setiap tujuan didukung oleh berbagai pengujian yang
mungkin. Dan juga, tidak semua pengujian dapat dilaksanakan dalam setiap audit.
PROSEDUR
AUDIT AWAL
1. Mengusut saldo kas yang tercantum di
neraca ke saldo akun kas yang bersangkutan di dalam buku besar
2. Menghitung kembali saldo akun kas di
dalam buku besar
3. Mengusut saldo awal akun kas ke kertas
kerja tahun yang lalu
4. Melakukan
review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
kas
5. Mengusut
posting pendebetan dan pengkreditan akun kas dalam jurnal penerimaan kas dan
jurnal pengeluaran kas
PROSEDUR
ANALITIK
Pada tahap awal
pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik dimaksudkan untuk
membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif.
Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan
dengan harapan auditor, misalnya ratio
tahun yang lalu, rerata ratio
indusri, atau ratio yang dianggarkan. Di samping itu, auditor perlu
membandingkan akun Kas yang tercantum di neraca dengan saldo kas pada akhir
tahun yang lalu. Perbandingan ini membantu auitor untuk mengungkapkan:
1. Peristiwa
atau transaksi yang tidak biasa
2. Perubahan
akuntansi
3. Perubahan
usaha
4. Fluktuasi
acak, atau
5. Salah
saji
PENGUJIAN
TERHADAP TRANSAKSI RINCI
1. Verifikasi Pisah Batas (Cutoff)
a. Membuat
rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo kas menurut
catatan klien
Atas dasar cutoff bank statement,
auditor dapat membuat rekonsiliasi bank untuk membuktikan ketelitian catatan
kas klien dan membuktikan status setoran dalam perjalanan dan cek yang beredar
yang tercantum di dalam rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien pada tanggal
neraca
b. Mengusut
setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca ke dalam
cutoff bank statement
c. Memeriksa
tanggal yang tercantum dalam cek yang beredar pada tanggal neraca
d. Memeriksa
adanya cek kosong yang tercantum di dalam cutoff bank statement.
2. Periksa
semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan hilangnya cek
yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca
3. Membuat
daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menemukan kemungkinan terjadinya check kitting
4. Membuat
dan melakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank empat kolom
5. Memeriksa adanya kemungkinan penggelapan kas
dengan cara lapping penerimaan dan pengeluaran kas
PENGUJIAN
TERHADAP AKUN RINCI
1. Menghitung
kas yang ada di tangan klien
Dalam penghitungan kas, auditor
harus memperhatikan berbagai hal berikut:
·
Penghitungan kas harus dilakukan oleh
auditor di muka pejabat yang bertanggung jawab atas penyimpanan kas
·
Hasil penghitungan kas harus dicatat di
dalam Berita Acara Penghitungan Kas yang harus segera ditandatangani oleh
pejabat yang bertanggungjawab atas penyimpanan kas
·
Unsur-unsur yang tidak dimasukkan dalam
unsur kas pada saat penghitungan kas adalah cek mundur, perangko dan materai,
dan kas bon.
2. Rekonsiliasi
catatan kas klien dengan rekening Koran bank yang bersangkutan
3. Melakukan konfirmasi saldo kas di bank
4. Memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca
ke dalam rekening koran bank
VERIFIKASI
PENYAJIAN KAS DI DALAM NERACA
1. Memeriksa
jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan terhadap pemakaian
rekening tertentu klien di bank
2. Melakukan wawancara dengan manajemen mengenai
batasan penggunaan kas klien.
Pertimbangan
Lain :
Pengujian
Untuk Mendeteksi Lapping
Lapping adalah suatu
penyimpangan yang disebabkan oleh misapropiasi secara sengaja atas penerimaan
kas. Lapping dapat melibatkan penggelapan penerimaan kas secara sementara atau
permanen untuk kepentingan pribadi dari seseorang yang melakukan tindakan yang
bukan wewenangnya. Kondisi yang kondusif untuk lapping tersedia pabila
seseorang yang menangani penerimaan kas juga memegang buku besar piutang usaha.
Auditor harus menilai kemungkinan lapping guna mendapatkan pemahaman tentang pembagian
tugas seperti penerimaan dan pencatatan penagihan dari pelanggan.
Pengujian untuk
mendeteksi lapping hanya dapat dilaksanakan apabila risiko pengendalian untuk
transaksi penerimaan kas adalah sedang atau tinggi. Ada tiga prosedur yang
dapat mendeteksi lapping, yaitu:
Ø Mengkonfirmasi
piutang usaha
Pengujian ini akan menjadi lebih
efektif jika dilaksanakan secara mendadak pada tanggal interim. Melakukan
konfirmasi pada saat ini akan mencegah seseorang untuk melakukan lapping.
Ø Melakukan
perhitungan kas secara mendadak
Perhitungan kas akan mencakup uang
logam atau koin, uang kertas, dan cek pelanggan yang ada di tangan. Auditor
harus mengawasi setoran dari dana-dana tersebut. Rincian setoran pada slip
setoran duplikat harus dibandingkan dengan ayat jurnal penerimaan kas dan
posting kea kun pelanggan.
Ø Membandingkan
rincian ayat jurnal penerimaan kas dengan rincian slip setoran harian yang
berkaitan
Prosedur ini mengungkapkan
perbedaan rincian seperti dua contoh diatas. Apabila pembagian tugas yang tepat
dalam penanganan penerimaan pos sudah ditetapkan, beberapa auditor lebih
memilih untuk menggunakan daftar pendahuluan dari prosedur ini. Tanggal
penagihan aktual kemudian dibandingkan dengan tanggal posting penagihan itu ke
buku besar piutang usaha.
BAB
3. KESIMPULAN
Pada dasarnya proses
audit memiliki tujuan untuk menilai kewajaran suatu entitas. Dalam proses
mengaudit kas auditor memiliki tujuan untuk memperoleh keyakina bahwa saldo kas
yang ada di neraca benar-benar sesuai dengan saldo yang sebenarnya sebagaimana
telah disesuaikan dengan bukti-bukti yang tersedia. Langkah-langkah untuk
mengaudit kas yang pertama kali dilakukan auditor yakni melakukan prosedur
awal, dimana auditor mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien dan
mencocokkan antara saldo investasi awal dan kas dengan jumlah yang diaudit. Selanjutnya
prosedur analitis, pengujian rincian transaksi, prosedur rincian saldo, dan
terakhir yaitu memverifikasi
penyajian dan pengungkapan kas.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing, Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Agoes, Sukrisno. 2006. Praktikum Audit, Buku 1.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Badan Penerbit Universitas
Jember. 2011. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah, Edisi Ketiga. Jember: Badan Penerbit Universitas Jember.
Boynton, William C., dkk. 2002. Modern Audit Jilid 2, Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Elder, Randal J., Mark S. Beasley. dkk. 2011. Jasa
Audit dan Assurance, Buku
Dua. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Mulyadi.
1998. Auditing, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar