PERUBAHAN DAN INOVASI
1.
Perubahan
Dalam era globalisasi dan liberalisasi
perdagangan, terjadi berbagai perubahan dalam hampir semua aspek, misalnya
dalam aspek ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi, hukum, hankam, dan
aspek lainnya. Implikasi perubahan-perubahan tersebut adalah adanya perubahan
peluang dan/atau ancaman pasar. Perubahan di pasar terjadi amat cepat dan
bisnis harus menanggapinya secara cepat, jika mereka ingin tetap bertahan. Perubahan
juga terjadi di bidang manufaktur, sehingga berbagai tren baru dalam lingkungan
manufaktur membawa dampak terhadap kualitas (Tabel 1).
Tabel 1. Lingkungan Manufaktur Baru
No.
|
Tren
|
Implikasi
terhadap Mutu
|
1.
|
Fokus pada
strategi manufaktur
|
Mutu menjadi dasar
strategi kekuatan bersaing
|
2.
|
Produksi barang bermutu
tinggi
|
Mutu secara langsung
berhubungan dengan pangsa pasar, pertumbuhan bisnis dan laba
|
3.
|
Pengurangan tingkat persediaan dengan konsep just in time
|
Pengurangan biaya
persediaan
|
4.
|
Skedul produksi
yang ketat
|
Peningkatan
ketersediaan oleh pelanggan dipersepsikan sebagai aspek mutu
|
5.
|
Bauran dan
variasi produk
|
Memungkinkan fokus pada
strategi dan segmentasi pasar
|
6.
|
Otomatisasi mesin
& peralatan
|
Memberikan justifikasi
bagi peningkatan mutu dan produktivitas
|
7.
|
Daur hidup lebih
singkat
|
Memberikan peluang bagi usaha mempercepat perubahan
pasar dan memasukkan teknologi baru ke dalam produk melalui program manajemen
mutu
|
8.
|
Perubahan
organisasi
|
Tanggung jawab mutu
didelegasikan kepada unit bisnis strategik dan manajer produk
|
9.
|
Teknologi
informasi
|
Memungkinkan pengendalian lebih ketat terhadap biaya
mutu, manajemen mutu dan integrasi fungsional silang.
|
Kelangsungan
hidup perusahaan sangat tergantung pada kemampuan untuk memberi respons
terhadap perubahan-perubahan tersebut secara efektif. Umumnya perubahan yang
terjadi disebabkan oleh berbagai kekuatan yang ada, baik internal maupun
eksternal. Dinosaurus musnah sebab
mereka tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan. Program pemerintah, kebijakan
perusahaan, partai politik atau kegiatan lainnya yang sudah didesain dengan
baik akhirnya gagal karena ketidakmampuannya untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lokal/yang berubah. Oleh karena itu,
konsekuensi adanya perubahan tersebut kita memerlukan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi.
Dikaitkan
dengan membangun wirausaha, maka model pengelolaan perubahan di atas harus difokuskan pada
individu atau kelembagaan. Kepada semua pihak yang terkait harus ditumbuhkan
dan dikembangkan suatu kesadaran kognitif tentang posisi dan peran yang
diemban. Paling tidak mereka harus sadar dan berubah dari kondisi yang selama
ini tergantung pada struktur (dependent)
menjadi pelaku yang mandiri (independent),
dan selanjutnya dikembangkan ke arah sebuah sinergi ketergantungan (interdedependent) antar semua pihak.
Tentu saja saling ketergantungan ini berada dalam suasana ”belajar” satu sama
lain, tidak satupun yang lebih hebat dari yang lain.
Stephen
R. Covey dalam bukunya ”Seven Habits of
Highly Effektive People” (1987) memberikan kiat bagaimana sebaiknya
cara-cara berubah dari orang-orang yang sangat tergantung menjadi orang
mandiri, dan berikutnya menjadi sebuah kerjasama tim yang sinergis. Intinya
adalah membangun kebiasaan-kebiasaan yang positif di tingkat personil yang
terlibat.
Kebiasaan-kebiasaan
tersebut meliputi :
a. Perubahan dari Ketergantungan Menjadi
Kemandirian
Kebiasaan
1 :
|
Jadilah orang yang proaktif !
Orang proaktif tidak mau menunggu. Orang
yang proaktif selalu sempat berpikir secara bebas dan kreatif sebelum
memberikan respon atas rangsangan yang muncul. Kebiasaan ini bisa berbentuk ”misi”
(tujuan).
|
Kebiasaan
2 :
|
Tentukan secara tegas apa tujuan kita di akhir setiap kegiatan nanti !
Dengan dipahaminya tujuan akhir setiap
kegiatan, kita dan pihak-pihak lain yang bekerja dengan kita akan senantiasa
dapat mengendalikan dan mengontrol arah dan proses yang sedang berjalan serta
tidak perlu khawatir terhadap terobosan atau modifikasi di tengah jalan.
Kebiasaan dapat disetarakan dengan ”visi” (impian yang hampir mustahil).
Orang yang punya visi tidak takut salah arah dan/atau kesasar.
|
Kebiasaan
3 :
|
Dahulukan hal-hal yang memang seharusnya didahulukan !
Dalam menghadapi banyak pilihan
tindakan, setiap orang membutuhkan acuan untuk membuat pilihan. Kesalahan
memilih urutan dan prioritas dapat menjadi sumber kegagalan seluruh kegiatan.
Oleh karena itu perlu adanya panduan yang dapat diacu untuk menentukan urutan
prioritas tindakan. Kebiasaan ini
merupakan manifestasi dari tahapan perumusan strategi.
|
Jika ketiga kebiasaan tersebut sudah
terbangun dan tertanam secara intens pada setiap orang, maka dapat dikatakan
kita sudah menjadi orang yang mandiri
atau independen. Tanda-tanda orang mandiri adalah mampu merumuskan visi,
misi dan prioritas (pribadi). Pada saat ini kita sudah mencapai tahap ”Kemenangan Diri”.
b.
Perubahan dari Kemandirian Menjadi Kesalingtergantungan
Kebiasaan
4 :
|
Berpikirlah menang-menang !
Untuk menjadi orang yang bisa
bekerjasama, syarat pertama yang mutlak dimiliki adalah kebiasaan untuk
berpikir positif dan menguntungkan kedua belah pihak. Dengan demikian, keinginan untuk sama-sama
untung memudahkan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
|
Kebiasaan 5 :
|
Berusahalah untuk mengerti (orang lain) sebelum dimengerti (oleh orang
lain) !
Kebiasaan berempati sangat kurang di
antara kita, umumnya orang hanya terlatih untuk bersimpati saja. Karena tidak
ada rasa empati maka agak sulit mewujudkan upaya kerjasama. Untuk menjadi
orang yang penuh empati, biasanya mendengar banyak terlebih dahulu dari orang
lain sebelum orang lain memahami kita.
|
Kebiasaan
6 :
|
Bersinergi !
Untuk menuju ke arah orang yang bisa
bekerjasama dibutuhkan kemauan dan
kebiasaan untuk sinergi, artinya
kehendak untuk mau memberi dan menerima, mau menerima kekurangan orang lain
sebagai kewajaran.
|
Jika ketiga
kebiasaan tersebut sudah terbangun dan tertanam secara intens pada setiap
orang, maka dapat dikatakan kita sudah
menjadi orang yang saling tergantung dan bisa bekerjasama.
Tanda-tanda orang yang bisa bekerjasama adalah berpikir positif, tidak egois,
memiliki empati tinggi dan mampu bersinergi. Pada saat ini kita sudah mencapai
tahap ”Kemenangan Bersama”.
c.
Setelah terbentuknya
kesalingtergantungan
Kebiasaan 7 :
|
Memelihara kebiasaan positif !
Hal ini didasari oleh asumsi bahwa
setiap upaya perubahan harus memiliki
kemampuan untuk berlanjut.
|
2.
Inovasi
Inovasi merupakan alat khusus kewirausahaan.
Inovasi adalah tindakan yang memberi sumber daya kekuatan dan kemampuan baru
untuk menciptakan kesejahteraan. Tidak ada sesuatupun yang menjadi sumber daya
sampai orang menemukan manfaat dari sesuatu yang terdapat di alam, sehingga
memberinya nilai ekonomis. Tanaman
dan mineral sebelumnya tidak lebih dari sekedar rumput liar dan batu karang. Setelah
tanaman dan mineral dapat diubah menjadi sesuatu sumber daya yang bermanfaat, baru
hal tersebut sebagai hasil dari inovasi. Inovasi, di pihak lain, berusaha untuk
mencapai teritori yang sebelumnya belum terjamah dan belum ditemukan. Usaha inovasi ini kebanyakan tidaklah efisien. Untuk bisa sukses dalam
inovasi, maka dibutuhkan toleransi terhadap kegagalan dan berani mengambil
risiko. Inovasi cenderung kepada ”do the
right thing”.
Pendapat umum mengatakan bahwa inovasi hanya
menyangkut barang yang didasarkan pada ilmu dan teknologi. Orang Jepang
bukanlah pembaharu (innovator)
melainkan peniru (imitator), karena
orang Jepang belum pernah menghasilkan inovasi penting dalam bidang teknik dan
ilmu pengetahuan. Keberhasilan mereka berdasarkan pada inovasi sosial. Tujuan
Jepang yang sesungguhnya seperti dalam teknik ”yudo” adalah mempergunakan
kekuatan senjata ”Barat” untuk menjatuhkan ”Barat” dan tetap menjadi Jepang.
Hal tersebut berarti inovasi sosial jauh lebih penting dari pada lokomotif
maupun mesin lainnya. Inovasi sosial dalam arti pengembangan berbagai lembaga, pemerintahan,
sekolah, bank, dan hubungan perburuhan jauh lebih sulit dari pada membuat
lokomotif.
Perubahanlah yang
senantiasa memberikan peluang untuk sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena
itu unsur pokok inovasi adalah pencarian secara terarah dan terorganisir atas
perubahan yang terjadi melalui analisis secara sistematis atas peluang yang
ada. Perubahan tersebut mungkin terbuka untuk inovasi ekonomis dan sosial. Sementara
itu perusahaan yang mempunyai budaya inovasi akan lebih bersifat entrepreneur,
berfokus pada pasar, teknologi, dan model bisnis yang baru. Tujuannya adalah
untuk menemukan platform pertumbuhan baru yang dapat menghasilkan pendapatan
dan laba yang signifikan.
Inovasi (”inovasi
sistematis” istilah Drucker, 1991) dapat dilakukan dengan memantau melalui
tujuh sumber peluang inovasi sebagai berikut.
a. Sumber : Di Luar Dugaan
Di luar dugaan yang dimaksud adalah di luar
skenario/rencana awal.
Contoh; toko yang konsentrasinya menjual pakaian
mode, juga menyediakan peralatan rumah tangga sebagai produk sampingan. Di luar
dugaan, yang berhasil dalam usaha tersebut bukan ”pakaian mode”, tetapi
”peralatan rumah tangga”, sehingga toko tersebut perlu merencanakan penjualan
peralatan rumah tangga lebih baik.
b. Sumber : Ketidakserasian
Ketidakserasian bisa terjadi jika terdapat
perbedaan antara harapan dan realita.
Contoh; pabrik penggilingan gabah yang menetap
dirasa merugikan bagi petani kecil, karena petani membutuhkan biaya transpor
untuk ke pabrik. Penggilingan padi keliling dan menjemput bola ke rumah-rumah
petani merupakan inovasi untuk menangkap peluang dengan biaya lebih murah.
c. Sumber : Kebutuhan Proses
Kebutuhan proses dapat diartikan sebagai
penyempurnaan proses yang telah ada, mengganti mata rantai yang hilang atau
merancang ulang proses yang lama/sudah ada dengan pengetahuan baru.
Contoh; penggunaan robot untuk mengganti tenaga
manusia yang melakukan proses kegiatan yang penuh resiko. Foto digital lebih
menarik dari pada foto pakai kertas.
d. Sumber : Struktur Industri dan Pasar
Contoh; Jepang pernah jaya menjual mobil di AS,
karena mempertimbangkan kualitas dan irit bahan bakar sesuai harapan konsumen.
e. Sumber : Demografi
Contoh; banyaknya wanita yang berpendidikan tinggi
dan ingin meniti karier, akhirnya banyak dimanfaatkan oleh Citybank di AS.
f. Sumber : Perubahan dalam Persepsi
Contoh; keberhasilan pendidikan menyebabkan banyak
orang berperilaku rasional (peluang), sehingga perusahaan yang menjual produk
dengan menekankan kesehatan banyak berhasil.
g. Sumber : Pengetahuan Baru
Contoh; penggunaan robot sebagai pengganti tenaga
kerja manusia di pabrik mobil, merupakan pemanfaatan pengetahuan baru (peluang)
supaya industri pabrik lebih efisien.
Untuk berhasil dalam
melakukan inovasi diperlukan suatu prinsip. Prinsip inovasi terdapat beberapa macam
dan tergolong menjadi empat kategori, sebagai berikut.
a.
Hal yang Menjadi Keharusan
1) Inovasi yang mempunyai tujuan dan
sistematis.
Teknis yang dilakukan
dimulai dengan menganalisis peluang.
2) Inovasi bersifat konseptual dan perseptual.
Cara yang dilakukan adalah analisis untuk memenuhi
kebutuhan peluang.
3) Inovasi harus sederhana dan difokuskan,
supaya efektif.
4) Inovasi yang efektif harus dimulai dari
kecil
5) Inovasi yang berhasil harus mengarah pada
kepemimpinan
b.
Hal yang Menjadi Larangan
1) Jangan berlagak pintar
2) Jangan mencoba terlalu banyak pekerjaan
sekaligus
3) Jangan mencoba melakukan inovasi masa
depan, tetapi untuk masa sekarang.
c.
Tiga Persyaratan
1) Inovasi adalah karya atau hasil kerja
keras yang terarah dan mempunyai tujuan yang memerlukan ketekunan dan keuletan.
2) Agar berhasil, inovator harus membina
kekuatannya. Artinya inovasi disesuaikan dengan kompetensinya, sehingga dengan
kekuatan dan kelebihannya inovasi dapat direalisasi.
3) Inovasi adalah dampak dari perekonomian
dan masyarakat. Oleh karena itu, inovasi mempunyai peluang untuk berhasil jika
menyesuaikan dengan perubahan di masyarakat, konsumen atau pasar.
d.
Inovator yang Konservatif
Artinya inovator yang berhasil adalah konservatif,
mereka tidak ”berfokus pada resiko”, mereka ”berfokus pada peluang”. Sudah
barang tentu dengan memenuhi peluang yang ada, selanjutnya manajemen resiko
juga dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar